Friday, August 22, 2014

FeminaPatriarka

Oleh : M. Arfan Mu’ammar : Jika berkunjung ke Madinah, khususnya ke Masjid Nabawi, dapat disaksikan banyak pedagang yang berjualan di pintu keluar halaman Masjid Nabawi. Pemandangan tersebut akan tampak sangat ramai khususnya setiap kali usai sholat jama’ah 5 waktu di Masjid Nabawi. Diluar waktu itu mungkin hanya segelintir pedagang saja yang tersisa. Mayoritas dari pedagang tersebut adalah perempuan-perempuan yang berpakaian hitam dan bercadar, entah perempuan tersebut asli penduduk Madinah atau pendatang, yang jelas mayoritas dari penjual “dadakan” tersebut adalah perempuan. Disebut “dadakan” karena mereka menjual barang dagangannya hanya dengan sehelai kain yang dihempaskan dijalan dan atasnya dipenuhi dengan barang dagangan. Walaupun disana terdapat banyak toko permanen, akan tetapi jama’ah terlihat lebih antusias dengan para pedagang “dadakan” tersebut karena gaya penawarannya yang menarik perhatian serta mudah dijangkau. Budaya Patriarki merupakan sebuah budaya yang menempatkan laki-laki sebagai sosok yang memiliki otoritas penuh dibanding perempuan. Partisipasi dalam status publik dan politik serta agama atau atribusi dari berbagai pekerjaan pria dan wanita ditentukan oleh pembagian kerja secara seksual. (Bressler, Charles E). Substansi dari budaya patriarki adalah ketertindasan perempuan oleh laki-laki baik dari segi perannya dalam masyarakat sosial maupun dari perilaku perempuan yang serba terbatas. Keterbatasan perempuan dalam hal ini adalah keterbatasannya dalam memperoleh pekerjaan maupun keterbatasan dalam budaya berpakaian. Abaya dan niqab merupakan pakaian yang menutup seluruh tubuh beserta cadar, sehingga hanya mata yang terlihat. Bahkan di Afganistan, ada yang memakai burqa yaitu kain hitam tipis untuk menutup matanya agar matanya tak terlihat, akan tetapi mata masih dapat melihat dengan samar-samar dari dalam. Dengan demikian praktis tidak sejengkalpun dari bagian tubuh wanita tersebut terlihat alias tertutup total, dan pemakaian abaya di Arab Saudi termasuk cukup ketat. Dengan demikian, perempuan sangat terbatas sekali dalam hal berpakaian, baju-baju model terbaru yang dijual dipertokoan hanya dapat menjadi tontonan karena tak kuasa menggunakannya kecuali dirumah. Dengan keterbatasan inilah maka budaya Abaya, niqab dan burqa merupakan warisan dari budaya patriarki yang dapat membatasi perempuan setidaknya dalam budaya berpakaian. Adapun feminisme merupakan sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria (Rosemarie Tong). Dengan kata lain bahwa feminisme adalah lawan kata patriarki, jika budaya patriarki dominasi ada pada seorang pria, maka budaya feminisme menuntut adanya equalibrium antara peran laki-laki dan perempuan. Laki-laki tidak boleh mendominasi dan perempuan tidak boleh tertindas, demikian juga dalam hal mendapatkan pekerjaan, pekerjaan pria boleh dikerjakan perempuan dan pekerjaan perempuan boleh dikerjakan pria. Salah satu pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh pria adalah mencari nafkah sedangkan para perempuan atau istri dirumah. Akan tetapi budaya feminisme beranggapan bahwa kemajuan sebuah negara ditentukan oleh keluarga-keluarga yang sejahtera, karena negara merupakan akumulasi dari keluarga. Semakin banyak income yang dihasilkan oleh orangtua maka semakin sejahtera keluarga tersebut. Artinya jika income itu berasal hanya dari seorang ayah maka keluarga tersebut tidak lebih sejahtera dari keluarga yang incomenya berasal dari ayah dan ibu. Dengan demikian seorang istri yang bekerja merupakan sebuah keniscayaan demi kemajuan keluarga dan bangsa. Masih ingat kah! Jenis kelamin apa yang mendominasi pedagang “dadakan” di sekitar Masjid Nabawi? Jawabannya adalah : Perempuan..!!. Bukankah mereka penganut budaya patriarki? Tapi bukankah mereka juga mencari nafkah?. Sinergisitas itu saya sebut “FeminaPatriarka”. Di Indonesia, semangat feminisme atau emansipasi wanita digaungkan oleh Kartini, walaupun pada akhir hayatnya ia harus rela disunting oleh bupati Rembang untuk menjadi istri kedua, akan tetapi semangat emansipasi yang ia salurkan lewat korespondensi masih tetap menyala hingga sekarang. Para wanita tidak lagi hanya berdiam diri dirumah, partisipasi wanita diruang publik semakin terlihat, mulai dari dunia kerja maupun politik. Semangat emansipasi wanita di Indonesia mulai kembali bergairah pada awal tahun 1990-an, ketika kampus-kampus di Indonesia mulai mendirikan Pusat Studi Wanita (PSW), kajian-kajian kewanitaan sudah mulai diminati banyak mahasiswa-mahasiswi, mulai dari seminar, lokakarya serta diskusi dikelas. Kini ideologi feminisme mencapai momentumnya ketika pemerintah mensahkan undang undang no 2 tahun 2008 tentang keterlibatan perempuan minimal 30% pada anggota dewan. Partisipasi perempuan khususnya di Indonesia tidak hanya di bidang pekerjaan, akan tetapi partisipasi politik untuk perempuan di Indonesia kini sudah terbuka lebar. Ungkapan-ungkapan bahwa perempuan itu hanya hidup di “dapur, sumur dan kasur” sudah tidak terdengar lagi. Nasihat-nasihat orang tua dahulu seperti : “anak perempuan buat apa sekolah tinggi-tinggi..toh nanti kembalinya ke dapur” sudah hampir tidak terucap lagi, bahkan jika ingin mencari perempuan-perumpuan yang bergelar Doktor bahkan Guru Besar sudah sangat mudah dicari di perguran tinggi - perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta. Akan tetapi lepasnya keterbatasan wanita dari budaya patriarki ini kadang menjadi dominasi wanita lebih besar dibanding pria, sehingga tak jarang didengar istilah “suami-suami takut istri”. Jika suami dapat mengimbangi dominasi istri mungkin tidak akan banyak masalah, akan tetapi jika keduanya sama-sama ingin mendominasi, maka keretakan keluargalah yang akan terjadi. Sehingga ketaatan istri perlu kiranya tetap “terpatri” layaknya dalam budaya patriarki, walaupun dari segi income, istri jauh lebih besar dari suami. Partisipasi perempuan diruang publik kini menjadi kebutuhan, disisi lain keutuhan keluarga adalah sebuah keharusan. Dengan demikian, FeminaPatriarka merupakan sebuah keniscayaan.

 
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA...... TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA......TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA......TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA......TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA......TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA......TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA......