tag:blogger.com,1999:blog-37763699921958187442024-03-13T22:24:15.412-07:00M. Arfan Mu'ammarBerbagi bersama untuk kemajuanM. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-29625989901958658342015-08-07T20:30:00.001-07:002015-08-07T20:30:43.476-07:00Psikosomatis dan Terapi Sholat<span class="fullpost">
Oleh : M. Arfan Mu’ammar
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggUiNRQ4IhU6elSvZf5UTkU1R6SDwF0fzHsyGvFpzrY-WTefe5U0IGL82x4ZMDTwxpqr2wKDl2xnm-lSbSKk-1Sx9bra36kv-7Nm-ZO2I8AO9a9a7vhv249dX5_GqUJ6xlap7oXdn1wxAo/s1600/stress.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggUiNRQ4IhU6elSvZf5UTkU1R6SDwF0fzHsyGvFpzrY-WTefe5U0IGL82x4ZMDTwxpqr2wKDl2xnm-lSbSKk-1Sx9bra36kv-7Nm-ZO2I8AO9a9a7vhv249dX5_GqUJ6xlap7oXdn1wxAo/s320/stress.jpg" /></a></div>
Seringkali sebuah sakit diakibatkan oleh pola makan yang salah dan gaya hidup yang tidak sehat, entah itu berujung pada meningkatnya kadar kolesterol, asam urat, darah tinggi dan sebagainya. Namun kadangkala sakit yang diderita tidak dapat terdeteksi penyebabnya, karena secara diagnosa dokter semua masih dalam taraf normal, namun tubuh ini masih merasa sakit dibagian tertentu, berbagai dokter spesialis telah dikunjungi akan tetapi tidak kunjung mendapatkan solusi yang tepat. Kemungkinan sakit yang anda alami ini adalah masuk dalam kategori psikosomatis, sebuah sakit yang diakibatkan oleh faktor psikis dan pola pikir yang berlebih sehingga berdampak pada sakitnya tubuh.
Psikosomatis berasal dari kata psycho (jiwa) dan soma (tubuh, jasad) yang merujuk kepada keterkaitan antara adanya ketidakberesan dalam keseimbangan jiwa dengan kemunculan gejala sakit yang dirasakan oleh tubuh. Bukankah sudah banyak didengar istilah mens sana in corpore sano, “Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat”. Ternyata juga berlaku sebaliknya, tubuh yang sehat dimiliki oleh jiwa yang juga sehat. Begitu juga dalam Islam dikenal istilah al-Aqlu Saliim fi Jismi Saliim, “akal yang sehat berada pada jiwa yang sehat”. Karenanya Ini adalah masalah mind and body connection.
Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut seringkali berpindah-pindah. Misalkan dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain. Malah ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan.
Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya.
PENYEBAB PSIKOSOMATIS
Seringkali terlihat seorang pejabat yang masih terlihat sehat bugar tiba-tiba jatuh sakit terkena stroke, lantaran dirinya tersangka korupsi. Soeharto yang sekian tahun berkuasa terlihat sehat dan gagah, tiba-tibah jatuh sakit dan stroke setelah dilengserkan oleh massa. Seorang pegawai yang juga terlihat sehat wal afiat tiba-tiba jatuh sakit parah lantaran mendapat surat PHK dari perusahaan. Seorang ayah atau ibu yang masih tampak sehat tiba-tiba terkena serangan jantung lantaran salah satu anak dari mereka tertimpa masalah yang berat dan berbagai permasalahan hidup yang lain.
Beban pikiran yang begitu berat tersebut tidak mampu dipikul oleh pikiran sehingga menimbulkan apa yang sering disebut dengan “stress”. Namun dalam pengertian awam istilah stress sering disalahartikan sebagai suatu penyakit atau gejala yang berhubungan dengan masalah psikis/kejiwaan. Padahal, makna stress itu sendiri jika ditinjau dari sudut ilmu kedokteran dan psikologi adalah respon normal tubuh yang bersifat adaptif terhadap perubahan di lingkungan atau luar tubuh, sebagai stressor, yang menimbulkan perubahan atau mekanisme pertahanan tubuh. Respon tubuh terhadap stresor atau penyebab stress dapat berupa perubahan fisik atau emosi.
Ditinjau dari ilmu kedokteran dan psikologi, gejala psikosomatis, menurut orang awam sering disebut stress, munculnya ketika tubuh sudah tidak dapat lagi mengatasi stressor. Peristiwa ini sering juga disebut sebagai kondisi Distress. Pada tahap inilah biasanya penderita psikosomatis datang ke dokter dengan gejala-gejala sebagaimana disebut diatas.
SHOLAT SEBAGAI HIPNOTERAPI
Perkembangan dalam terapi ilmu kedokteran dewasa ini sesuai dengan definisi WHO tahu 1994 tentang konsep sehat adalah sehat secara fisik, psikologis, sosial dan “spiritual”, maka terapi pun seyogyanya dilakukan secara holistik. Bukan hanya terapi secara fisik dan psikologis saja, namun melakukan terapi “spiritual” yang memiliki dampak terapi psikologis maupun fisik serta sosial.
Bagaimana bisa, satu terapi mendapat menjangkau empat aspek sekaligus? Begini penjelasannya :
1. Sholat sebagai sebuah aktifitas spiritual, telah diyakini memberikan dampak positif terhadap kesehatan, salah satu contoh adalah penelitian Fauzan Shaleh seorang guru besar ahli imunorologi alumnus universtias airlangga, dalam penelitian disertasinya Fauzan menyimpulkan bahwa sholat tahajjud berdampak terhadap peningkatan daya imun seseorang. Disamping itu juga banyak penelitian yang mengatakan bahwa gerakan-gerakan dalam sholat merupakan bentuk terapi tersendiri bagi tubuh.
2. Sholat yang dilakukan secara berjama’ah merupakan bagian dari aktifitas sosial, bertemu dengan masyarakat, berbaur, berkomunikasi, menghilangkan perasaan-perasaan dendam antar sesama, menjaga keutuhan persahabatan dan sebagainya. Ini merupakan salah satu bentuk terapi sosial, sesehat apapun seseorang, akan tetapi jika masyarakatnya penuh dengan konflik sosial maka dia tidak akan merasa aman, ketika ia tidak merasakan aman maka akan timbul rasa gundah dan khawatir yang berlebihan sehingga menjadi beban pikiran, dan ini menjadi awal mula timbulnya psikosomatis.
3. Sholat yang dilakukan secara tuma’ninah dan khusu’ akan memberikan dampak yang berbeda terhadap psikis seseorang, ketenangan batin dan jiwa akan terasa dibanding dengan orang yang tidak pernah melakukan sholat, sebesar apapun masalah seseorang jika dihadapi dengan hati dan pikiran yang tenang maka ia akan dapat menyelasikan masalah, karenanya Allah memerintahkan untuk sholat sehari 5 waktu itu merupakan bentuk terapi psikis kita agar dapat bisa lebih tenang dan rileks menghadapi permasalahan sehari-hari. Namun jika seseorang tidak pernah melakukannya maka cenderung menghadapi masalah dengan emosi tidak menggunakan kepala yang dingin.
4. Aspek spiritual tentunya pasti dapat disentuh dengan ritual sholat, karena sholat sendiri merupakan aktifitas spiritual, spiritualitas memang tidak selamanya dapat dibuktikan secara empiris, namun bentuk “spirit” yang timbul dalam diri seseorang itulah yang nnti nya menjadi “ruh” penyemangat untuk tetap eksis, untuk tetap fight terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi disertai dengan kepasrahan kepada sang pencipta akan terlepas dari berbagai permasalahan yang melilit. Rasa “percaya” bahwa tuhan akan membantu dan ikut andil dalam mencarikan jalan keluar bagi permasalahan kita itu merupaka bentuk “spirit” yang tumbuh dari aktifitas “spiritual” melalui banyak macam aktifitas spiritual, diantaranya melalui sholat.
SIMPULAN
Sholat sebagai bentuk hipnoterapi mencakup empat aspek konsep sehat dalam perspektif WHO yaitu sehat secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Karenanya jika ingin menyentuh keempat aspek tersebut diatas maka sholat seyogyanya dilakukan secara berjama’ah dan tuma’ninah. Jika tidak memenuhi unsur itu maka keempat aspek tersebut tidak akan tersentuh, dan kita hanya melakukan rutinitas tanpa dapat mengambil manfaat darinya sehingga terkesan menggugurkan kewajiban.
Wallahu a’lam bi ashowab
</span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj284MqSqeUuC7Z7w54gAwzBmcFW8cIARTetx10hd-uld-uybiubRFKBN0f_V-qS5TDymPeVGcpTgErVTLzlDauxzcM0IXTisotGT9FXTneunED-R8JqBZNZ3HzqQt_2PEyidz8WaAxO_kW/s1600/stress.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj284MqSqeUuC7Z7w54gAwzBmcFW8cIARTetx10hd-uld-uybiubRFKBN0f_V-qS5TDymPeVGcpTgErVTLzlDauxzcM0IXTisotGT9FXTneunED-R8JqBZNZ3HzqQt_2PEyidz8WaAxO_kW/s320/stress.jpg" /></a>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-72393253210232848972014-08-22T20:56:00.002-07:002014-08-22T20:56:48.815-07:00FeminaPatriarka<span class="fullpost">
Oleh : M. Arfan Mu’ammar :
Jika berkunjung ke Madinah, khususnya ke Masjid Nabawi, dapat disaksikan banyak pedagang yang berjualan di p<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dKvIEhBIW30Aj1JORg4nuoYrqorsz2txEDkMjFz57naEmBf1pqtZaMiYuzgXtmOB-FBV9b_m1-0Sl2KLojVQM3OgRE837cLg52toj15nkVtS307cVXE7aQi08vhbbm8ZkxPbhJ_D0q1_/s1600/FeminaPatriarka.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dKvIEhBIW30Aj1JORg4nuoYrqorsz2txEDkMjFz57naEmBf1pqtZaMiYuzgXtmOB-FBV9b_m1-0Sl2KLojVQM3OgRE837cLg52toj15nkVtS307cVXE7aQi08vhbbm8ZkxPbhJ_D0q1_/s320/FeminaPatriarka.jpg" /></a>intu keluar halaman Masjid Nabawi. Pemandangan tersebut akan tampak sangat ramai khususnya setiap kali usai sholat jama’ah 5 waktu di Masjid Nabawi. Diluar waktu itu mungkin hanya segelintir pedagang saja yang tersisa.
Mayoritas dari pedagang tersebut adalah perempuan-perempuan yang berpakaian hitam dan bercadar, entah perempuan tersebut asli penduduk Madinah atau pendatang, yang jelas mayoritas dari penjual “dadakan” tersebut adalah perempuan. Disebut “dadakan” karena mereka menjual barang dagangannya hanya dengan sehelai kain yang dihempaskan dijalan dan atasnya dipenuhi dengan barang dagangan. Walaupun disana terdapat banyak toko permanen, akan tetapi jama’ah terlihat lebih antusias dengan para pedagang “dadakan” tersebut karena gaya penawarannya yang menarik perhatian serta mudah dijangkau.
Budaya Patriarki merupakan sebuah budaya yang menempatkan laki-laki sebagai sosok yang memiliki otoritas penuh dibanding perempuan. Partisipasi dalam status publik dan politik serta agama atau atribusi dari berbagai pekerjaan pria dan wanita ditentukan oleh pembagian kerja secara seksual. (Bressler, Charles E).
Substansi dari budaya patriarki adalah ketertindasan perempuan oleh laki-laki baik dari segi perannya dalam masyarakat sosial maupun dari perilaku perempuan yang serba terbatas. Keterbatasan perempuan dalam hal ini adalah keterbatasannya dalam memperoleh pekerjaan maupun keterbatasan dalam budaya berpakaian.
Abaya dan niqab merupakan pakaian yang menutup seluruh tubuh beserta cadar, sehingga hanya mata yang terlihat. Bahkan di Afganistan, ada yang memakai burqa yaitu kain hitam tipis untuk menutup matanya agar matanya tak terlihat, akan tetapi mata masih dapat melihat dengan samar-samar dari dalam. Dengan demikian praktis tidak sejengkalpun dari bagian tubuh wanita tersebut terlihat alias tertutup total, dan pemakaian abaya di Arab Saudi termasuk cukup ketat.
Dengan demikian, perempuan sangat terbatas sekali dalam hal berpakaian, baju-baju model terbaru yang dijual dipertokoan hanya dapat menjadi tontonan karena tak kuasa menggunakannya kecuali dirumah. Dengan keterbatasan inilah maka budaya Abaya, niqab dan burqa merupakan warisan dari budaya patriarki yang dapat membatasi perempuan setidaknya dalam budaya berpakaian.
Adapun feminisme merupakan sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria (Rosemarie Tong). Dengan kata lain bahwa feminisme adalah lawan kata patriarki, jika budaya patriarki dominasi ada pada seorang pria, maka budaya feminisme menuntut adanya equalibrium antara peran laki-laki dan perempuan. Laki-laki tidak boleh mendominasi dan perempuan tidak boleh tertindas, demikian juga dalam hal mendapatkan pekerjaan, pekerjaan pria boleh dikerjakan perempuan dan pekerjaan perempuan boleh dikerjakan pria.
Salah satu pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh pria adalah mencari nafkah sedangkan para perempuan atau istri dirumah. Akan tetapi budaya feminisme beranggapan bahwa kemajuan sebuah negara ditentukan oleh keluarga-keluarga yang sejahtera, karena negara merupakan akumulasi dari keluarga. Semakin banyak income yang dihasilkan oleh orangtua maka semakin sejahtera keluarga tersebut. Artinya jika income itu berasal hanya dari seorang ayah maka keluarga tersebut tidak lebih sejahtera dari keluarga yang incomenya berasal dari ayah dan ibu. Dengan demikian seorang istri yang bekerja merupakan sebuah keniscayaan demi kemajuan keluarga dan bangsa.
Masih ingat kah! Jenis kelamin apa yang mendominasi pedagang “dadakan” di sekitar Masjid Nabawi? Jawabannya adalah : Perempuan..!!. Bukankah mereka penganut budaya patriarki? Tapi bukankah mereka juga mencari nafkah?. Sinergisitas itu saya sebut “FeminaPatriarka”.
Di Indonesia, semangat feminisme atau emansipasi wanita digaungkan oleh Kartini, walaupun pada akhir hayatnya ia harus rela disunting oleh bupati Rembang untuk menjadi istri kedua, akan tetapi semangat emansipasi yang ia salurkan lewat korespondensi masih tetap menyala hingga sekarang. Para wanita tidak lagi hanya berdiam diri dirumah, partisipasi wanita diruang publik semakin terlihat, mulai dari dunia kerja maupun politik. Semangat emansipasi wanita di Indonesia mulai kembali bergairah pada awal tahun 1990-an, ketika kampus-kampus di Indonesia mulai mendirikan Pusat Studi Wanita (PSW), kajian-kajian kewanitaan sudah mulai diminati banyak mahasiswa-mahasiswi, mulai dari seminar, lokakarya serta diskusi dikelas. Kini ideologi feminisme mencapai momentumnya ketika pemerintah mensahkan undang undang no 2 tahun 2008 tentang keterlibatan perempuan minimal 30% pada anggota dewan. Partisipasi perempuan khususnya di Indonesia tidak hanya di bidang pekerjaan, akan tetapi partisipasi politik untuk perempuan di Indonesia kini sudah terbuka lebar. Ungkapan-ungkapan bahwa perempuan itu hanya hidup di “dapur, sumur dan kasur” sudah tidak terdengar lagi. Nasihat-nasihat orang tua dahulu seperti : “anak perempuan buat apa sekolah tinggi-tinggi..toh nanti kembalinya ke dapur” sudah hampir tidak terucap lagi, bahkan jika ingin mencari perempuan-perumpuan yang bergelar Doktor bahkan Guru Besar sudah sangat mudah dicari di perguran tinggi - perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta.
Akan tetapi lepasnya keterbatasan wanita dari budaya patriarki ini kadang menjadi dominasi wanita lebih besar dibanding pria, sehingga tak jarang didengar istilah “suami-suami takut istri”. Jika suami dapat mengimbangi dominasi istri mungkin tidak akan banyak masalah, akan tetapi jika keduanya sama-sama ingin mendominasi, maka keretakan keluargalah yang akan terjadi. Sehingga ketaatan istri perlu kiranya tetap “terpatri” layaknya dalam budaya patriarki, walaupun dari segi income, istri jauh lebih besar dari suami. Partisipasi perempuan diruang publik kini menjadi kebutuhan, disisi lain keutuhan keluarga adalah sebuah keharusan. Dengan demikian, FeminaPatriarka merupakan sebuah keniscayaan.
</span>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-12037291325461692512013-10-19T08:14:00.002-07:002013-10-19T08:18:42.616-07:00Matematika Akhlak sebagai Pendekatan Alternatif dalam Pembentukan Karakter Siswa<span class="fullpost">
MATEMATIKA AKHLAK SEBAGAI PENDEKATAN ALTERNATIF
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
M. Arfan Mu’ammar
<b>Abstrak</b>
Intelektualitas tidak menjamin accountabilitas atau hilangnya sikap-sikap mental korupsi, kolusi, nepotisme dan sebagainya. Di sisi lain, moralitas yang kaku bisa mengesampingkan intelektualitas.
Pelajaran Matematika sejatinya secara substansi dapat membentuk karakter siswa, Matematika berfungsi sebagai bahasa ilmu dengan lingkup universal, sebab dengan menggunakan Matematika dapat dilakukan abstraksi dari kenyataan-kenyataan yang sangat rumit menjadi suatu model sehingga dapat dicapai ketajaman dalam memberikan deskripsi, mempermudah untuk mengadakan klasifikasi, kalkulasi dan dengan komputasi Matematika akan meningkatkan kemampuan untuk mengadakan evaluasi dan prediksi. Artikel ini mencoba menggunakan Matematika Akhlak sebagai pendekatan dalam pembentukan karakter Siswa.
<b>A. Pendahuluan</b>
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa dasar dari pengembangan kurikulum baru (Kurikulum 2013) adalah untuk membangun pendidikan karakter pada anak-anak bangsa. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pengembangkan karakter disamping ketrampilan dan kemampuan kognitif karena Indonesia saat ini sedang mengalami krisis karakter yang diperlihatkan dari banyaknya korupsi, tindak kejahatan terjadi dimana-mana, dan mudahnya anak-anak bangsa menerima kebudayaan dari negara lain tanpa menyaringnya apakah kebudayaan itu baik atau buruk untuk diri mereka.
Karenanya upaya pembentukan karakter anak adalah sebuah keniscayaan, sehingga berbagai upaya dilakukan dalam mewujudkan upaya tersebut, diantaranya mulai diwajibkannya pramuka sebagai media pembentuk karakter. Menurut pembina kwarcab Pramuka Kota Malang Oetodjo Sardjito, Pramuka merupakan salah satu wahana pembentukan karakter siswa karena dalam Pramuka siswa dilatih akan kepemimpinan, kerja sama, solidaritas, mandiri, dan keberanian.
Disamping itu, setiap guru berkewajiban membuat strategi-strategi dan pendekatan-pendekatan dalam rangka pembentukan karakter siswa, dalam hal ini penulis ingin memberikan sebuah tawaran pendekatan alternatif dalam pembentukan karakter siswa melalui Matematika Akhlak.
Istilah Matematika Akhlak pertama kali dipopulerkan oleh Bekti Hermawan, alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) 1991, Hermawan menemukan sebuah cara mengajarkan Akhlak Qur’an melalui pendekatan Matematika, atau lebih tepatnya mengajarkan Akhlak yang abstrak dengan bahasa bilangan yang disebut dengan Matematika Akhlak.
M. Nuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, banyak orang meragukan peran matematika dalam pembentukan akhlak seorang siswa. Padahal ternyata efeknya cukup besar. M. Nuh juga mejelaskan bahwa “Banyak yang bertanya-tanya pelajaran di sekolah apa bisa membentuk akhlak. Yang paling banyak ditanya, matematika. Itu sebenarnya bisa berpengaruh pada sikap,” kata Nuh dalam diskusi Terbatas bertema “Penguatan Akhlak Bangsa”, diselenggarakan oleh Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar Agama, Ruang Nias lantai 19 Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis 14 Maret 2013.
Dalam terminologi klasik, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, bentuk dan terapannya. Dalam kaitannya dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, Matematika berfungsi sebagai bahasa ilmu dengan lingkup universal, sebab dengan menggunakan Matematika dapat dilakukan abstraksi dari kenyataan-kenyataan yang sangat rumit menjadi suatu model sehingga dapat dicapai ketajaman dalam memberikan deskripsi, mempermudah untuk mengadakan klasifikasi, kalkulasi dan dengan komputasi Matematika akan meningkatkan kemampuan untuk mengadakan evaluasi dan prediksi. Disisi lain Matematika sangat memegang peranan penting dalam berbagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi.
Pandangan yang lain diungkapkan oleh Keith Devlin bahwa “Matematika sebagai ilmu tentang pola, merupakan sebuah cara memandang dunia, baik dunia fisik, biologis dan sosiologis dimana kita tinggal dan juga cara memandang dunia batin dari pemikiran kita.
Sedangkan Akhlak dapat diartikan sebagai tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan, selain itu Akhlak dapat diubah!, Akhlak dapat merupakan hasil dari pendidikan. Oleh karena itu, Akhlak dapat diubah melalui pendidikan.
Dengan penggabungan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jika Akhlak dapat diubah melalui pendidikan, Akhlak seharusnya bisa dijelaskan secara matematis, karena Matematika dan Akhlak adalah suatu bahasa dan sudah terpola dialam semesta ini. Selain itu, aspek kajian ilmu Matematika ini dalam dunia Islam memperkenalkan tertib aturan (sesuatu yang terpola), keseimbangan (sesuatu yang terukur sebagaimana persamaan-persamaan matematis), dan keserasian (dapat digunakan untuk menjelaskan ilmu pengetahuan lain secara umum).
<b>B. Tinjauan tentang Matematika Akhlak</b>
Pendidikan matematika tidak dapat terlepas dari matematika itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mengkaji kontribusi pembelajaran matematika dalam pengembangan karakter peserta didik yang berakhlak mulia akan lebih baik jika terlebih dahulu mengungkap karakteristik dari matematika yaitu obyeknya yang abstrak, simbol yang kosong dari arti, kesepakatan dan pemikiran deduktif aksiomatik, dan anti kontradiksi. Tujuan pendidikan matematika harus memperhatikan (1) tujuan yang bersifat formal, yaitu penataan nalar dan pembentukan kepribadian anak, dan (2) tujuan yang bersifat material yaitu penerapan matematika serta ketrampilan matematika. Beberapa nilai moral dalam pembelajaran matematika yang berkaitan dengan karakteristik dari matematika yang dapat diintegrasikan dengan Al Qur’an di antaranya: kesepakatan, ketaatasasan/konsistensi, deduksi, semesta.
1. Definisi Matematika
Secara bahasa (lughowi), kata matematika berasal dari bahasa yunani yaitu “mathema” atau “mathematikos” yang berarti hal-hal yang dipelajari. Bagi orang yunani matematika tidak hanya meliputi pengetahuan mengenai angka dan ruang, tetapi juga mengenai musik dan ilmu falak (astronomi). Nasoetion menyatakan bahwa Matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “mathenein” yang artinya mempelajari. Orang belanda menyebutnya dengan wiskunde, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ilmu al-hisab yang artinya ilmu berhitung Dinegara kita indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung . Sebagian orang indonesia memberikan plesetan dengan menyebut matematika dengan sebutan “Matimatian”. Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka merasa bahwa matematika sulit untuk dipelajari dan sangat memeras otak dan hal itu juga yang membuat sebagian besar anak didik indonesia merasa atau menganggap matematika sebagai momok (suatu hal yang menakutkan) bagi mereka.
2. Definisi Akhlak
Istilah akhlak (khuluk atau character) di ambil dari al-Qur’an, sedangkan contoh dari akhlak sendiri adalah sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi Muhammad. and you (Muhammad) are on an exalted standard of character . Selain dari itu, istilah khuluk dalam khazanah Islam klasik di definisikan sebagai sebuah jiwa yang menentukan tindakan manusia the soul which determines human actions .
Adapun Al- Farobi salah seorang cendikiawan Islam klasik mendifinisikan khuluk sebagai sebuah jiwa, dimana seseorang mengerjakan kebaikan dan keadilan adalah menggambarkan sifat kebaikannya. Dan jika ia mengerjakan tindakan jahat dan buruk, itu menggambarkan sifat keburukannya. The states of the soul by which a man does good deeds and fair actions are the virtues, and those by which he does wicked deeds and ugly actions, are the vices .
Sedangkan Yahya ibnu ‘Adi (d.974) memberikan definisi yang mendekatinya, yaitu sebagai sebuah jiwa yang mendorong pada tindakan tanpa pikiran sebelumnya a state of the soul by which man performs his actions without thought or deliberation .
Definisi Yahya ini, di ikuti oleh beberpa cendikiawan muslim lainnya seperti Ibnu Miskawaih (d.1030). Demikian juga dengan cendikiawan muslim lainnya yang menulis tentang etika dalam islam, seperti al-Ghazali (d. 1111) , Fakhr al-Din al-Razi (d. 1209) , al-Tusi (d. 1274) , al¬Dawwani (d. 1502) , dan yang lainnya.
3. Definisi Matematika Akhlak
Matematika Akhlak adalah suatu pelajaran moral etika atau akhlak mulia yang diajarkan melalui angka dan bilangan. Angka dalam bahasa Inggris disebut digit atau numeral, angka hanya berupa 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Sedangkan bilangan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai banyaknya benda, satuan dari jumlah atau banyaknya sesuatu, lingkungan, perhitungan untuk mengetahui untung dagang. Bilangan juga dapat didefinisikan sebagai suatu ide atau gagasan yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya anggota dari suatu kelompok atau himpunan.
<b>C. Urgensi Character Building dalam Pembangunan Moralitas Bangsa</b>
Aristoteles menyebutkan pengertian karakter yang baik adalah kehidupan berprilaku baik dan penuh kebajikan, berprilaku baik terhadap pihak lain, Tuhan Yang Maha Esa, manusia, alam semesta dan terhadap diri sendiri. Jonathan Webber dalam Journal of Philosophy menjelaskan bahwa karakter adalah akumulasi dari berbagai ciri yang muncul dalam cara berfikir, merasa dan bertindak. Sikap pemberani atau pengecut seseorang dalam menghadapi bahaya, sikap ketakutan dalam menghadapi orang banyak, merupakan contoh-contoh sederhana tentang karakter seseorang.
Demikian rumusan yang dikemukakan oleh Victor Battistch dari Universitas Missouri St. Louis, dalam salah satu tulisannya berjudul Character Education, Prevention and Positive Youth Development, menegaskan bahwa karakter adalah konstelasi yang sangat luas antara sikap, tindakan, motivasi dan keterampilan. Karakter mencakup sikap, tindakan, cara berfikir dan respon terhadap ketidakadilan, interpersonal dan emosional, serta komitmen untuk melakukan sesuatu bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. Sebagaimana Webber, Battistich juga melihat, karakter selalu dihadapkan pada dilema antara baik buruk, dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang. Melakukan yang baik berarti berkarakter baik dan ideal, sebaliknya melakukan yang buruk berarti berkarakter buruk.
Sejalan dengan keduanya, Katherine M.H, Blackford dan Arthur Newcomb, dalam tulisannya tentang Analyzing Character menekankan tentang karakter seseorang yang senantiasa berlawanan secara diametral antara baik dan buruk. Akan tetapi, Katherine menegaskan bahwa orang-orang yang berkarakter yang bisa diharapkan akan bisa maju dan akan mampu memabawa kemajuan adalah mereka yang memiliki ciri-ciri pokok, yakni, kejujuran, bisa dipercaya, setia, bijaksana, penuh kehati-hatian, antusias, berani, tabah, penuh integritas dan bisa diandalkan. Karakter terdiri dari tiga unjuk perilaku yang saling berkaitan yaitu : (1). Tahu arti kebaikan, (2). Mau berbuat baik, dan (3) nyata berprilaku baik. Ketiga substansi dan proses psikologis tersebut bermuara pada kehidupan moral dan kematangan moral individu. Dengan kata lain, karakter dapat dimaknai sebagai kualitas pribadi yang baik.
Thomas Lickona menyatakan bahwa karakter yang baik meliputi knowing the good, desiring the good, and doing the good habits of mind, habits of heart, and habits of action. (mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan yang baik – kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan tindakan). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
Menurut dokumen Desain Induk Pendidikan Karakter terbitan Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengambil keputusan yang baik, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Kemendikbud telah mengintrodusir 18 macam inti karakter dalam desain induk yang akan dikembangkan pada semua kegaiatan pendidikan dan pembelajaran serta penciptaan suasana yang kondusif di sekolah, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab. Secara rinci penulis jelaskan dalam kolom berikut :
No Nilai / Inti Karakter Deskripsi
1 Religius Sikap dan Perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3 Toleran Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan Perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10 Semangat Kebangsaan Cara Berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan dari kelompoknya.
11 Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk meperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
18 Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
<b>D. Matematika Akhlak sebagai Pendekatan Alternatif dalam Pembentukan Karakter Siswa</b>
Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan diseluruh dunia. Bahkan ada yang berpendapat bahwa “Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai perioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang terutama sains dan tegnologi, dibanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting.” Hal ini dikarenakan matematika sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.
Para ahli pendidikan dinegara kita telah merumuskan bahwa matematika berfungsi :
a. Sebagai saran untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan pendidikan, eksplorasi, dan eksperimen.
b. Sebagi alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika,
c. Sebagi alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan.
Tujuan matematika dirumuskan untuk melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara sistematis, logis, analitis, kritis, kreatif dan konsisten, serta untuk mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah serta kemampuan bekerja sama .
Dari rumusan fungsi dan tujuan pembelajaran matematika yang dikemukakan para ahli pendidikan tersebut diatas, menunjukkan bahwa matematika seakan hanya untuk pengembangan kognitif atau daya pikir dan kurang memperhatikan pengembangan afektif, sikap atau prilaku terpuji (akhlak). Padahal jika kita memperhatikan dengan seksama, sesungguhnya dalam pembelajaran matematika erat hubungannya dengan sikap atau akhlak, diantaranya:
a. Membentuk Karakter Teliti, Cermat dan Hemat
Teliti atau cermat adalah sikap hati-hati dalam melakukan atau mengerjakan suatu hal. Matematika disebut sebagai ilmu hitung karena pada hakikatnya matematika berkaitan dengan masalah hitung-menghitung. Dalam pengerjaan oprasi hitung maka seseorang dituntut untuk bersikap teliti, cermat dan tepat. Teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam mengerjaan masalah matematika, karena jika ada satu langkah saja yang salah maka hasilnya akan salah. Oleh karena itu, langkah demi langkah dalam pengerjaan matematika harus diteliti dan dicermati. Setelah sudah diperoleh hasilnya pun perlu dicek kembali apakah sudah menjawab permasalahan atau tidak. Pada intinya matematika mengajari seseorang untuk jeli dan berhati-hati dalam melangkah. Sebagai contoh, perhatikan pengerjaan soal berikut:
Jadi jawaban “a” yang benar. Mari kita perhatikan ketiga langkah dalam menjawab soal tersebut, hanya berbeda dalam peletakan tempat saja hasilnya akan berbeda meskipun angkanya tetap sama. Inilah yang dimaksud dengan teliti dan cermat, jika kita tidak teliti dalam peletakan angkanya maka hasilnya akan salah.
Matematika juga melatih sikap hemat. Hemat (al-iqtishad) adalah penggunaan segala sesuatu yang tersedia baik berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan, tidak kurang dan tidak berlebihan. Dalam hal ini dapat kita lihat pada penggunaan simbol sebagai alat berkomunikasi dalam matematika. Untuk menyatakan “unsur X merupakan anggota himpunan A” digunakan simbol “X€A” dan untuk menyatakan “f adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B” digunakan simbol “f : A → B”. hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Hodojo (1979:97) bahwa simbol bermanfaat untuk penghematan intelektual, karena simbol dapat mengkomunikasikan ide secara efektif dan efisien.
Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan simbol dalam matematika secara tidak langsung memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya menyederhanakan pengungkapan bahkan menyederhanakan permasalahan.
Selain itu, matematika pada umumnya berkaitan dengan usaha mencari penyelesaian atau solusi suatu permasalahan Matematika. Tetapi sebenarnya bukan solusi itu yang menjadi fokus melainkan bagaimana metode mencari solusi itulah yang diutamakan. Metode tercepat dan tertepat adalah metode yang diutamakan, tercepat disini bermakna terhemat dalam langkah-langkahnya, yakni efektif dan efisien.
b. Membentuk Karakter Jujur, Tegas dan Tanggung Jawab
Dalam pembelajaran matematika, tanpa kita rasakan sebenarnya kita telah berlatih tentang kejujuran diri sendiri. Misalnya saja pada oprasi bilangan bulat positif dan negatif, tanpa kita sadari ternyata dalam oprasi bilangan tersebut mengandung pesan kejujuran. Perhatikan salahsatu rumus oprasi bilangan bulat positif-negatif berikut:
+ x - = -
- x + = -
+ x + = +
- x - = +
Dari rumus tersebut dapat kita jadikan pegangan untuk senantisa berbuat dan berkata jujur, karena rumus tersebut mengandung makna:
1. ( + x - = -) artinya sesuatu yang benar jika kita nyatakan salah maka itu adalah salah
2. (- x + = -) artinya sesuatu yang salah jika kita nyatakan itu benar maka itu adalah salah
3. ( + x + = +) artinya sesuatu yang benar jika kita nyatakan itu benar maka itu adalah kebenaran.
4. ( - x - = + ) artinya sesuatu yang salah kita nyatakan salah maka itu adalah kebenaran.
Inilah yang dimaksud dengan pesan kejujuran dalam oprasi bilangan bulat positif-negatif. Rumus tersebut dapat kita jadikan pegangan atau dasar dalam menjalani hidup sehari-hari agar kita tidak sampai terperosok dalam kejahatan yang nantinya akan memasukkan kita kedalam neraka jahannam. Karena dengan kita jujur sebagaimana yang penulis jelaskan diatas dapat menjadi pengantar kita masuk ke surga, yang mana didalamnya kita akan senantiasa dalam keadaan yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan.
Abdusy-syakur dalam bukunya ketika kyai mengajar matematika, memberikan contoh lain tentang sifat jujur yang terkadang dalam pembelajaran matematika yaitu : misalnya seorang guru meminta seorang siswa menghitung hasil perkalian bilangan bulat 3 x 4 kalau tidak bisa menghitung, maka siswa tersebut harus jujur untuk mengatakan tidak bisa, jika tidak bisa tetapimengatakan bisa, maka saat disuruh mengerjakan akan ketahuan bahwa dia tidak bisa. Ketahuan kalau dia tidak jujur dan akan malu pada siswa yang lain. Jadi pesannya adalah lebih baik jujur walaupun itu pahit.
Selain mengajarkan sifat jujur, menurut penulis, kasus diatas juga mengajarkan sifat tegas pada siswa. Pada kasus diatas, siswa dituntut untuk tidak bertele-tele dalam memberikan jawaban sehingga tidak membingungkan yang bertanya, karena seringkali jawaban yang bertele-tele membingungkan untuk dimengerti dari pada jawaban yang tegas. Contohnya saja, jika ada seorang yang bertanya : berapa saudaramu ? Jawaban tegas : 5! 3 saudara kandung dan dua saudara tiri.
Jawaban yang bertele-tele : ”sebenarnya aku Cuma memiliki tiga saudara tapi karena dulu ayahku pernah menikah lagi, dan dari istri keduanya itu memiliki satu anak, dan sebelum menikah sama ayahku istri keduanya itu telah memiliki satu anak dengan suaminya yang terdahulu, jadi.......bla,bla,bla..
Contoh lain selain diatas adalah pada hasil perkalian bilangan bulat 3 x 4 pasti 12. pada persoalan tersebut kita tegas mengatakan bahwa 3 x 4 = 12 adalah benar, kalau bukan 12, kita tegas mengatakan itu salah. Karena dalam ilmu matematika hanya ada dua pilihan yaitu salah dan benar, tidak mungkin benar sekaligus salah, separuh benar separuh salah. Jadi matematika mengajarkan sikap tegas, tegas mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, tidak abu-abu.
Selain sifat tersebut diatas, matematika juga mengajarkan sikap hidup benar dan bertanggung jawab. Tanggungjawab secara sempit adalah suatu usaha seseorang yang diamanahkan, harus dilakukan. Dalam Islam istilah tanggungjawab merupakan amanah. Secara luas tanggungjawab diartikan sebagai usaha manusia untuk melakukan amanah secara cermat, teliti, memikirkan akibat baik dan buruknya, untung dan rugi serta segala hal yang berhubungan dengan perbuatan tersebut secara transparan menyebabkan orang percaya dan yakin, sehingga perbuatan tersebut mendapat imbalan baik maupun pujian dari orang lain. Dalam hal ini adalah matematika yang berkenaan dengan masalah pembuktian.
Langkah-langkah dalam pembuktian matematika harus berdasarkan pada hal-hal yang sudah diakui kebenarannya. Langkah demi langkah harus berdasarkan alasan yang jelas, kaut dan benar, seperti contoh: jika seorang siswa dapat menjawab; -2 + (-5) -2 + 7 – (-3) – (+4) + 9 – 10 + (-2) + 3.
Hasilnya adalah -3, maka ia harus bisa menjelaskan alasan maupun langkah-langkah yang digunakan. Jika ia bisa menjelaskan , maka ia telah bertanggung jawab atas jawabannya, tetapi bila sebaliknya itu berarti tidak benar dan tidak bertanggung jawab. Berikut merupakan langkah-langkah penyelesaiannya:
1. Menyederhanakan bilangan positif negatif tersebut -2 -5 -2 +7 +3 -4 +9 -10 -2 +3
2. Kumpulkan sesuai tandanya dan jumlahkan -2 -5 -2 -4 -10 -2 +7 +3 +9 +3
3. Diperoleh +22 – 25 = -3
Dengan cara sepertia itulah sebenarnya matematika mengajarkan sikap hidup benar dan bertanggung jawab. Implikasi atau aplikasi dalam kehidupan, kita diajarkan bahwa setiap perkataan, kehendak dan perbuatan harus berdasar pada sumber yang benar, semua perbuatan ada dasarnya, dalam hal ini adalah al-quran dan al-hadits. Mengapa kita mengerjakan sholat? Dasarnya karena diperintahkan dalam al-quran, mengapa kita tidak boleh sombong? Dasarnya karena hal itu dilarang dalam al-Quran.
c. Membentuk Karakter pantang menyerah dan percaya diri
Sikap pantang menyerah terkadang memang sangat kita butuhkan ketika kita dalam keadaan yang sulit. Mencari solusi untuk menyelesaikan soal matematika, akan melatih kita untuk bersikap pantang menyerah dan percaya diri. Langkah demi langkah yang kita coba dan terus mencoba sampai akhirnya kita menemukan jawabannya itulah sikap pantang menyerah dan percaya diri. Saat gagal atau tidak bisa menjawab kita dituntut untuk mencari cara lain agar solusi dan jawaban itu dapat kita temukan, kegagalan dengan satu cara tidak boleh mengurangi semangat kita untuk terus berusaha, saat keberhasilan tercapai maka rasa puas dan bangga akan tumbuh (tapi ingat jangan berlebihan ya......). Dari sini, sungguh matematika telah mengajarkan kepada kita tantang pentingnya sikap pantang menyerah dan percaya diri, inilah mutiara yang sangat berguna dalam kehidupan.
Dalam al-Quran sikap pantang menyerah, pantang berputus asa dan percaya diri sangat dianjurkan dan merupakan perintah dalam alquran, Firman Allah dalam QS. Al-ankabut ayat 23 menjelaskan: Artinya: “Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan dia, mereka putus asa dari rahmatku, dan mereka itu mendapat adzab yang pedih.” Dalam QS yusuf ayat 87 : Artinya: “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir”. Dalam QS Al-Hijr ayat 56 : Artinya: “Ibrahim berkata: tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.”
<b>E. Kesimpulan</b>
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari ke 18 macam inti karakter dalam desain induk yang akan dikembangkan pada semua kegiatan pendidikan dan pembelajaran, matematika akhlak berperan dalam pembentukan karakter pada poin 2 (Jujur), 4 (Displin), 5 (Kerja Keras) dan 18 (Tanggung Jawab). Pada poin 2 menjelaskan bahwa Jujur merupakan Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Pada poin 4 menjelaskan bahwa disiplin atau ketegasan merupakan Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Pada poin 5 dijelaskan bahwa kerja keras atau pantang menyerah merupakan Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Pada 18 dijelaskan bahwa Tanggung Jawab merupakan Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Integrasi penanaman karakter pada setiap mata pelajaran merupakan sebuah keniscayaan, tanpa harus berdiri sebagai satu mata pelajaran sendiri, pendidikan karakter seharusnya sudah Automaticaly Integrated dalam setiap mata pelajaran, setiap guru seharusnya dapat mengkaitkan antara substansi pelajaran yang diajarkan dengan karakter yang akan dibentuk, dalam hal ini penulis mengungkap beberapa susbstansi pada mata pelajaran matematika yang dapat digunakan untuk membentuk karater siswa. Demikian juga dengan mata pelajaran yang lain, guru diharapkan dapat sekreatif mungkin mengkaitkan dan mengintegrasikan substansi pelajaran yang diajarkan dengan karakter siswa yang akan dibentuk. Wallahu A’lam bi Ashowab.
<b>DAFTAR PUSTAKA</b>
Abdussyakir, Ketika Kyai Mengajar Matematika, Malang : UIN-Malang Press, 2004.
Al-Farabi, Fusul, also al-Farabi, al-Tanbih, dalam Mohd Nasir Omar. Christian and Muslim Ethic.
Al-Ghazali, Ihya ulumuddin III.
Battistich, Victor, Character Education, Prevention and Positive Youth Development, University of Missouri, St. Louis, USA, 2002.
Blackfoard, Katherine M.H., and Arthur Newcomb, Analyzing Character, Gutenberg, eBook, 2004.
Bumolo, Husain dan Djoko Mursinto, Matematika untuk Ekonomi dan Aplikasinya, Malang : Bayumedia Publishing, 2005.
Handoyo, Bekti Hermawan, Matematika Akhlak, Jakarta : Kawan Pustaka, 2007.
http://news.detik.com/read/2013/03/14/111226/2193658/10/mendikbud-pelajaran-matematika-bisa-membentuk-sikap-dan-akhlak-anak
Lickona, Thomas, Education for Character, 2001.
Mas’ud, Moch, Quantum Bilangan-bilangan al-Qur’an, Yogyakarta : DIVA Press, 2008.
Masykur, Moch dan Halim Fatoni, Mathematical Intelligence; cara cerdas Melatik Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007.
Manzur, Ibn, Lisan al-Arab, 6 vols. Cairo: Dar al-Ma’arif, II.
Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Badan Litbang, Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.
Saliba, Jamil, al-Mu’jam al-Falsafi , 2 vols. Beirut: Dar al¬Kitab al-Lubnani. I. 1971.
Theresia, Tirta Saputro, Pengantar Dasar Matematika Logika dan Teori Himpunan, Jakarta : Erlangga, 1992.
Webber, Jonathan, Sarte’s Theory of Character, Europe Journal of Philosophy, Blackwell Publishing House, UK, 2006.
Yahya, Tahdhib; dalam Mohd Nasir Omar
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwg-WG1pgkQr5YLnow4gppXx2diGypQFkjy9lUDpv8zK0i1oLnMTJZnSH_dyAtZFo7ruZF0d_duKJ5cyQ_pd6VQQQnq58AGmmv6LASVqT51I3E_W6wXyCnEDXSqCEB6uzOzieFueqH8PLm/s1600/matematika(1).gif" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwg-WG1pgkQr5YLnow4gppXx2diGypQFkjy9lUDpv8zK0i1oLnMTJZnSH_dyAtZFo7ruZF0d_duKJ5cyQ_pd6VQQQnq58AGmmv6LASVqT51I3E_W6wXyCnEDXSqCEB6uzOzieFueqH8PLm/s320/matematika(1).gif" /></a>
</span>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-73130541234293585362013-01-21T20:14:00.001-08:002013-01-21T20:15:41.818-08:00Internalisasi Konsep Ta'dib Al-Attas dalam Membangun Karakter<span class="fullpost">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHy-H8ifyXnsTB-BkqvJZXP3coPO8Puwfl8H6q4BmuT8-nWYPYafdOscKLV4xlXkdLlvbMy4fKjxhrEioxVi3q7VwjH1YV3j0Vu2-A31I1tfUOIsd58mchf_Jno-Xn5cudXW7W9xU7p7gf/s1600/al-Attas.edit.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHy-H8ifyXnsTB-BkqvJZXP3coPO8Puwfl8H6q4BmuT8-nWYPYafdOscKLV4xlXkdLlvbMy4fKjxhrEioxVi3q7VwjH1YV3j0Vu2-A31I1tfUOIsd58mchf_Jno-Xn5cudXW7W9xU7p7gf/s320/al-Attas.edit.jpg" /></a></div>
“The purpose for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in man as man and individual self. The aim of education in Islam is therefore to produce a goodman… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab…” (S.M.N. Al-Attas, 1979:88-89)
“Orang baik” atau good man, tentunya adalah manusia yang berkarakter dan beradab. Al-Attas dalam konsep Ta’dibnya menjelaskan bahwa ada 3 element mendasar yang terdapat dalam Pendidikan Islam yaitu Process, Content and Recipient. Proses adalah Metode, content adalah adab, dan recipent adalah peserta didik. Pendidikan sejatinya merupakan penanaman “adab” kepada peserta didik dengan metode “suri tauladan” yang baik. Jika sang “suri tauladan” belum memiliki etika dan moral yang baik, maka jangan harap program pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah akan berhasil, tapi justru akan menjadi sebatas pengetahuan diatas kertas yang hanya dihafal tanpa ada implementasi.
Karena itulah, pendidikan karakter memerlukan “suri tauladan” dari sang “pembentuk karakter”, Jika di pondok pesantren dikenal istilah sebaik-baik belajar adalah dengan mengajar maka tidaklah berlebihan jika dikatakan, sebaik-baik pendidikan adalah dengan suri tauladan.
Kata Kunci : Karakter, Adab, Ta’dib dan Suri Tauladan
A. Pendahuluan
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD hingga Perguruan Tinggi. Menurut Mendiknas, Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, kata Mendiknas, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Mendiknas mengungkapkan hal ini saat berbicara pada pertemuan Pimpinan Pascasarjana LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Sabtu (15/4/2010).
Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah.
Banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari mengajar tentang kebaikan, tetapi perilakunya tidak sejalan dengan ilmu yang diajarkannya. Sejak kecil, anak-anak diajarkan menghafal tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Tapi, nilai-nilai kebaikan itu diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas dan dihafal sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan keluar dalam kertas soal ujian. (Adian Husaini, 2010 : 1)
B. Metodologi
1. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) dan menggunakan pendekatan deskriptif-analisis. Karenanya penelitian ini menekankan pada ketajaman pandangan serta telaah pemikiran. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya berusaha menemukan keterkaitan dengan berbagai fakta (fact finding research), namun juga berusaha untuk menemukan gagasan-gagasan besar (great ideas) di balik fakta-fakta yang diperoleh dari tokoh tersebut (Muzayyin Arifin, 2003 : 5).
2. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis dan mengolah data, digunakan metode analisis isi (content analysis), yakni analisis terhadap makna dan kandungan yang ada pada teks. Dengan demikian setelah data di deskripsikan apa adanya, maka yang berperan selanjutnya adalah analisis tersebut, sehingga corak sajian datanya adalah deskriptif-analitis. (Anton Beker, 1990 : 75)
Kedua, koherensi internal, yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur struktural yang dilihat dalam satu struktur yang konsisten, sehingga merupakan internal struktur atau internal relational. (Sudarto, 1997 : 42). Ketiga, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitik. Metode deskripsi merupakan langkah yang dilakukan dalam rangka representasi obyek tentang realitas yang terdapat di dalam masalah yang diteliti. Yakni, metode yang digunakan secara sistematis untuk mendeskripsikan segala hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan. (Soejono & Abdurrahman, 1999 : 13)
C. Temuan
Ada 2 faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak, diantaranya :
1. “Lingkungan”. Diantara lingkungan yang paling berpengaruh adalah rumah, sekolah dan masyarakat.
2. “Figur”. Orang tua sebagai figur di rumah, guru sebagai figur di sekolah, dan tokoh masyarakat sebagai figur di masyarakat.
Adapun usaha yang perlu dilakukan oleh pendidikan untuk membentuk karakter anak didik adalah :
1. Sebelum memberikan nasehat, terlebih dahulu seorang figur, (orang tua, guru dan tokoh masyarakat) memberikan contoh yang baik (suri tauladan) kepada anak didik, mengenai hal yang ingin ditanamkan.
2. Seorang figur harus mampu menciptakan suasana yang kondusif sesuai dengan karakter yang ingin dibentuk
D. Pembahasan
Dalam bukunya Islam, Secularism and the Philosophy of the Future, Syed Muhammad Naquib al-Attas (selanjutnya disingkat al-Attas) menjelaskan bahwa dalam pendidikan Islam melekat tiga element mendasar yaitu: Process, Content and Recipient (Proses-Isi-Penerima). Yang dimaksud dengan proses adalah proses penanaman (process of instilling) yang kemudian dirujuk pada metode dan sistem pembelajaran. Jadi jika ada pertanyaan “apakah itu pendidikan?” maka jawabannya adalah “pendidikan adalah sebuah proses penanaman sesuatu kepada manusia” (Education is a process of instilling something into human beings). (S.M.N al-Attas, 1985 : 173)
Dari definisi pendidikan tersebut, selanjutnya menimbulkan sebuah pertanyaan: “apa yang akan ditanam?” (What is Instilled?). Dalam pendidikan Islam, yang di tanam disini adalah adab, dengan demikian yang dimaksud dengan content atau isi diatas adalah adab.
Setelah pertanyaan “apa yang akan ditanam” sudah terjawab, ada satu pertanyaan lagi yang perlu dijawab yaitu: “kepada siapa adab itu ditanamkan?”, dalam pengertian ini adalah penerima atau recipient dari pendidikan tersebut, apakah balita, anak-anak, remaja, orang dewasa atau orang lanjut usia. Dari sinilah kemudian muncul beberapa disiplin ilmu seperti: psikologi anak, psikologi remaja, pedagogy, andragogy dan lain-lain. Karena metode penyampaian isi atau content disesuaikan dengan penerima isi atau content tersebut. Maka mendidik anak-anak tidak sama dengan mendidik remaja, mendidik remaja tidak sama dengan mendidik orang dewasa dan seterusnya. (S.M.N al-Attas, 1985 : 174)
Akan tetapi hal yang terpenting dari ketiga element mendasar yang terdapat dalam pendidikan Islam tersebut adalah bagaimana “metode” penanaman content atau isi tersebut? Artinya bagaimana metode pembentukan karakter anak didik?
Berikut ini adalah sebuah kisah yang dapat dijadikan contoh metode penanaman adab dan pembentukan karakter peserta didik :
“Pada suatu malam tatkala Khalifah Umar bin Abdul Aziz (seorang Khalifah Bani Umaiyah) sedang tekun bekerja di bilik istananya, tiba-tiba seorang putranya masuk untuk membincangkan sesuatu hal yang berhubung dengan urusan keluarga. Tiba-tiba baginda memadamkan lampu yang terletak di mejanya yang digunakan untuk menerangi bilik kerjanya itu. Putranya merasa hairan melihat sikap ayahnya itu seraya bertanya: "Kenapa ayah padamkan lampu itu?" Maka jawab ayahnya: "Benar kata kau wahai anakku, tetapi kau harus ingat lampu yang sedang ayah gunakan untuk bekerja ini kepunyaan kerajaan. Minyak yang digunakan itu dibeli dengan menggunakan wang kerajaan, sedang perkara yang hendak anakkanda perbincangkan dengan ayahanda adalah perkara keluarga."
Lantas baginda meminta pembantunya membawa lampu dari bilik dalam. Kemudian baginda pun berkata kepada putranya: "Sekarang lampu yang baru kita nyalakan ini adalah kepunyaan keluarga kita, minyak pun kita beli dengan wang kita sendiri. Sila kemukakan apa masalah yang anakanda perbincangkan dengan ayahanda." Demikianlah besarnya sifat amanah dari seorang pemimpin berkalibar selaku seorang raja yang berjiwa besar”.
Dalam cerita tersebut, Khalifah Umar bin Abdul Aziz ingin membentuk karakter anaknya dengan karakter yang jujur dan amanah, yaitu agar tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Yang dapat diambil pelajaran dari kisah tersebut adalah metode penyampaian yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yaitu tidak hanya melalui kata-kata ataupun perintah, akan tetapi dimulai dari “suri tauladan” atau contoh dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz sendiri, yang pada akhirnya diharapkan dapat ditiru oleh anaknya.
Dengan demikian, pembentukan karakter sangatlah dipengaruhi oleh figur dan tokoh sang pembentuk karakter, terbentuknya karakter di keluarga dipengaruhi oleh orang tua sebagai figur, terbentuknya karakter di sekolah dipengaruhi oleh guru sebagai figur dan terbentuknya karakter di masyarakat oleh tokoh masyarakat sebagai figur. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah Indonesia saat ini sedang krisis “figur”.
Figur dan lingkungan menjadi faktor utama terbentuknya karakter peserta didik, al-Attas menjelaskan bahwa lingkunganlah yang membentuk prilaku dan karakter peserta didik, al-Attas mengilustrasikan istilah adab layaknya sebuah undangan untuk menghadiri jamuan spiritual inviting to a banquet. Sebagaimana yang dijelaskan al-Attas :
Kitab suci al-Qur’an adalah undangan Tuhan kepada manusia untuk menghadiri jamuan kerohanian, dan cara memperoleh ilmu pengetahuan yang sebenarnya tentang al-Qur’an itu adalah dengan menikmati makanan-makanan yang lezat yang tersedia dalam jamuan kerohanian tersebut. Artinya, karena kenikmatan makanan yang lezat dalam jamuan istimewa itu ditambah dengan kehadiran kawan yang agung dan pemurah, dan karena makanan tersebut dinikmati menurut cara-cara, sikap, dan etiket yang suci, maka hendaknya ilmu pengetahuan yang dimuliakan dan sekaligus dinikmati itu didekati dengan perilaku yang sesuai dengan sifatnya yang mulia. (S.M.N al-Attas, 1993 : 149)
Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa, seseorang ketika menghadiri jamuan makan di sebuah undangan, dengan dihadiri orang-orang yang terhormat, maka secara otomatis mulai dari gerak-gerik dan cara makan akan berbeda dengan ketika dirumah. Berhubung dalam jamuan tersebut banyak orang yang agung dan terhormat maka para undangan akan menikmati jamuan tersebut dengan cara-cara, sikap, dan etiket yang baik, berbeda halnya dengan ketika makan dirumah sendiri, seseorang akan makan dengan lahapnya, kaki diangkat diatas kursi, tanpa menghiraukan sikap dan etiket yang baik.
Dengan demikian orang tua harus dapat menciptkan suasana religius di dalam rumah, misalnya membiasakan diri mengaji setelah maghrib, shalat berjama’ah ketika mendengar adzan, dan berbicara sopan kepada anak. Maka sang anak akan merasa malu jika setelah magrib tidak mengaji padahal orang tuanya mengaji. Anak akan merasa malu jika ketika adzan televisi masih menyala, padahal orang tuanya sudah siap mau ke masjid. Anak akan merasa malu berbicara kasar pada orang tua, karena orang tua selalu berbicara sopan dan lembut kepada anak.
Demikian halnya di lingkungan kampus, jika seorang dosen ingin membentuk karakter mahasiswa agar suka menulis, maka paling tidak dosen tersebut harus sudah pernah menulis buku, menulis di jurnal dan koran, jika tidak, maka jangan pernah berharap mahasiswa mau menulis, karena sang “figur” yang seharusnya dijadikan panutan belum pernah menulis, seperti ungkapan dalam al-Qu’ran : Kaburo Maktan ‘Inddallahi Antakuulu Mala Ta’maluun, Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Q.S. Ash Shaff : 3).
Maka jika seorang menteri ingin mencanangkan program pendidikan karakter, perlu dipertanyakan, apakah bapak menteri sudah memiliki etika, moral dan karakter yang baik? Wallahu a’lam bi ashowab.
E. Kesimpulan
Dari semua analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa: Al-Attas menganggap “adab” adalah hal yang melekat dalam konsep pendidikan Islam, menciptakan “good man” merupakan tujuan utama pendidikan Islam, “adab” oleh al-Attas di ilustrasikan seperti inviting to a banquet, yang menggambarkan bahwa sikap dan etika seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang tersebut hidup.
Maka jika ingin merubah sikap dan etika anak didik, harus dimulai dengan merubah lingkungan sekitar menjadi baik, dan perubahan tersebut di awali oleh figur-figur yang berperan di masing-masing lingkungan. Orang tua sebagai figur di rumah, guru sebagai figur di sekolah, dan tokoh masyarakat sebagai figur di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
al-Attas, Syed Muhammad Naquib, (ed). Aims And Objectives of Islamic Education (Jeddah: King Abdul Aziz University. 1979.
_________, Islam, Secularism and the Philosophy of the Future. London-New York: Mansell Publishing Limited. 1985.
_________, Islam and Secularism, Kuala Lumpur, Art Printing Works Sdn. Bhd. 1993.
_________, Prolegomena to The Methaphysics of Islam. Kuala Lumpur. International Institute of Islamic Thought and Islamic Civilization (ISTAC). 1995.
_________, The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of Education. An address to the Second World Confrence on Muslim Educatiion, Islamabad Pakistan. 1980.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Beker, Anton, Metodologi Penelitian Filsafat, Jogjakarta: Kanisius, 1990.
Conference Book, First World Conference on Muslim Education, Jeddah-Mecca King Abdul Aziz University, 1393.
Husaini, Adian, Pendidikan Karakter: Penting tapi Tidak Cukup, Jakarta: INSIST, 2010.
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Soejono dan Abdurrahman, Bentuk Penelitian, suatu Pemikiran dan Penerapan Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
</span>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-87274157680659113102013-01-21T02:09:00.002-08:002013-01-21T20:06:46.452-08:00Buku Terbaru: Studi Islam Perspektif Insider/Outsider<span class="fullpost">
</span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQXPF8biLbkgQ53ttBYamACyXGWzxHyrawxdFn8Hkctsdnzq1oK3G4jL-xqAo0FjtKhwS9AbH2cf9jVw5DdewdZp9noO1dXklK5MU_2sqdLEbyn0xfJWDELx0J3DsTLnHW9zl9eUd0dFTd/s1600/studi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQXPF8biLbkgQ53ttBYamACyXGWzxHyrawxdFn8Hkctsdnzq1oK3G4jL-xqAo0FjtKhwS9AbH2cf9jVw5DdewdZp9noO1dXklK5MU_2sqdLEbyn0xfJWDELx0J3DsTLnHW9zl9eUd0dFTd/s320/studi.jpg" width="320" /></a></span></div>
<span class="fullpost">
Pada abad yang lalu studi tentang agama-agama manusia menjadi dasar pengembangan akademik, seperti di Amerika, Eropa dan Inggris. Di Amerika Utara misalnya, sekolah-sekolah menyediakan jurusan studi agama, sehingga pada paroh kedua dari abad ke-19, studi scientific agama memperoleh kebebasan dari fakultas-fakultas pada universitas-universitas di Eropa dan Inggris, pada saat itulah masa dimana studi agama, sejarah, antropologi, ketimuran, dan injil menjadi disiplin ilmu yang mandiri
Diantara agama-agama yang menarik dikaji oleh masyarakat internasional saat ini adalah agama Islam. Buku ini merupakan representasi dari ketertarikan dunia internasional terhadap Studi Islam, sehingga penulis menyajikan dalam buku ini dua perspektif (insider/outsider) dalam Studi Islam, dengan harapan dapat mewakili opini masyarakat dunia baik dari insider maupun outsider.
Buku ini berusaha memberikan alternatif metodologis bagi penelitian agama, terutama terkait dengan pemecahan masalah-masalah keagamaan di Masyarakat Muslim.
Adapun permasalahan dalam studi Islam oleh Kim Knott dapat dipetakan menjadi beberapa permasalahan ; Pertama, betapa sulitnya membuat garis demarkasi yang jelas antara wilayah agama dan yang tidak. Kedua, adanya persoalan yang sangat rumit ketika ada yang memahami agama, antara ia sebagai tradisi (tradition) dan sebagai keimanan (faith). Ketiga, terjadinya stagnasi metodologis dan pendekatan di kalangan akademisi maupun praktisi ketika mempelajari studi agama. Di satu pihak, mereka dituntut agar dapat memahami agama dalam orientasi akademik, dan di pihak lain, mereka harus menjaga nilai transendensi agama. Keempat, karena beberapa universitas (baik di Barat maupun di Timur) masih menyimpan sejumlah masalah seputar studi Islam dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Buku ini menyugugkan pendekatan-pendekatan dan berbagai wacana yang dapat memperkaya khazanah keilmuan Islam, baik dari insider maupun outsider. Diantara tawaran-tawaran tersebut diberikan oleh : Charles Sanders S. Peirce, Richard. C Martin, Charles J. Adam, Kim Knott, Omid Safi, Abid Al-Jabiri, Ibrahim Abu Rabi’, Khaled Aboe El-Fadl, Abdullah Saeed, Fathi Osman, Fethullah Gulen, Jasser Auda, Mashood A. Baderin, Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Arkoun.
Mereka memahami agama-agama dalam orbit kultur yang sangat beragam. Sehingga, persoalan krusial dalam studi agama secara objektif adalah kuatnya keyakinan truth claim, yang tidak terpisahkan dari kajian dan objek penelitian. Perlunya netralitas dan keluar dari truth claim dalam penelitian agama sangat disarankan oleh Kristensen, van der Leeuw dan Ninian Smart, mereka menawarkan metode agnostisisme. Metode tersebut diidentifikasi oleh Smart - dan dilanjutkan oleh Barker, metode ini mendominasi studi agama pada era 1970-an dan 1980-an. Menurutnya, cara tersebut untuk mendekatkan adanya gap dikotomi antara insider-outsider, menjadi dua sisi yang integral dalam perspektif sehingga menjadi netral. Netralitas yang diinginkan, dalam arti tidak mudah terkooptasi untuk mendukung kepentingan tertentu yang bersifat empiris pragmatis.
Senada dengan Smart, Cornelius Tiele memberikan polarisasi, meski masih rancu dan cenderung debatable dalam Elements of the Science of Religion (1897). Ia membedakan antara private religious subjectivity of individual (keberagamaan individu yang subjektif) dengan outward impartiality as a scholar of religion (peneliti kajian agama yang netral), sebagai instrumen mendasar untuk studi agama menuju pada hasil yang objektif. Meski dua tipologi itu memberi penegasan karakter, namun justifikasi dari keduanya yang masih memicu kontroversi, seakan ia telah menjustifikasi bahwa insider cenderung melihat persoalan keberagamaan secara subjektif, sedangkan peneliti outsider memandangnya secara objektif impartial.
Konsepsi Barat tentang objektivitas dalam studi agama digambarkan oleh Wilfred C. Smith sebagai berikut; No statement about a religion is valid unless it can be acknowledged by that religion’s believers, Merujuk pada studi pribadinya, Smith juga menegaskan, Anything that I say about Islam as a living faith is valid, only as far as Muslims can say “amin” to it. Ungkapan yang simpatik dari outsider, meski tetap perlu untuk dikritisi.
Sejatinya, kajian Islam dari para outsider memberi kontribusi gagasan-gagasan besar ilmiah yang memicu gerakan intelektual dalam peradaban Islam. Lahirnya daya kritis Islam terkadang lahir berkat kajian-kajian para outsider. Dengan cara berfikir kritis, intelektual Muslim mengetahui problem yang sedang dihadapi, sembari mengusulkan berbagai pemecahan yang harus segera dilakukan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, MA., yang meluangkan waktunya untuk memberi kata pengantar pada buku ini. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih khususnya kepada Prof. Dr. Amin Abdullah, MA., yang telah memberikan pencerahan akademik, memperkaya perspektif serta memberikan masukan-masukan berarti pada kami, karena sejatinya tulisan dalam buku ini adalah buah dari diskusi penulis dengan Prof. Amin dalam mata kuliah metodologi studi Islam di kelas.
Namun perlu disadari bahwa, setiap tulisan dalam buku ini masih menyimpan banyak kelemahan, karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat dinantikan, untuk kemudian dapat disajikan bahan-bahan bagi penyempurnaan. Selamat Membaca!
</span>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-1143441537211641722012-06-18T10:16:00.001-07:002012-06-18T10:23:09.701-07:00Nasib Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9mIt473uzol_rMI_eHoFUKQI2EZz0y5JNdZIqHMCtzPhyxIZh5Pdapd3wJ_pgSynHXwmlW7XPLtQ00D3_O6uC8tcC1ZEUi_qPdpaiaD2CLqzzSITFM8UgVGGhIvxCAqoRctGEU_Q8FBwD/s1600/BUKU+ARFAN+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXQLh825DVdPeTKzSQcwIKak8_qI_i4HiaLxQPqLscGKKB0ECwkTvZujkkK-wAlNIt4KIL5s43bMr_4A3kS_68zZB0In38ed0UldjtbOVF-O2Wgu7VdjuFEMOj6AMx_ZHt3J2fEO0k2GvC/s1600/BUKU+ARFAN+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXQLh825DVdPeTKzSQcwIKak8_qI_i4HiaLxQPqLscGKKB0ECwkTvZujkkK-wAlNIt4KIL5s43bMr_4A3kS_68zZB0In38ed0UldjtbOVF-O2Wgu7VdjuFEMOj6AMx_ZHt3J2fEO0k2GvC/s320/BUKU+ARFAN+3.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNoSpacing">
<br />
<div class="MsoNoSpacing">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt;">Pendidikan Agama Islam
di berbagai perguruan tinggi umum telah mengalami nasib di persimpangan jalan,
baik mulai dari respon mahasiswa, dosen hingga pada bentuk apresiasi dan
perilaku mereka terhadap PAI tersebut. Seringkali kita menduga bahwa sikap
mereka pada PAI itu kurang dialogis, komunikatif dan apresiatif. pertanyaannya
kenapa dan bagaimana nasib dan arah PAI di PT hari ini dan esok? Silahkan baca
buku ini. Smoga bermanfaat. <br /></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt;"></span></div>
</div>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-45512633759134040822012-06-18T10:09:00.000-07:002012-06-18T10:10:35.486-07:00Ada apa dengan filsafat pendidikan?<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJvSslNt2cs3We398UUZIPMKBIGqr5ospUuoFGyxCU82IiPQz0588Q2_9xNRiF5Mn74UlPOYyHgpdWWQUzDYrT-OWN0RMKvzPH5IeKTAITR7zziVBlud6Irdjp5rjcVTdVAeQyzirAC9Cj/s1600/BUKU+ARFAN+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJvSslNt2cs3We398UUZIPMKBIGqr5ospUuoFGyxCU82IiPQz0588Q2_9xNRiF5Mn74UlPOYyHgpdWWQUzDYrT-OWN0RMKvzPH5IeKTAITR7zziVBlud6Irdjp5rjcVTdVAeQyzirAC9Cj/s320/BUKU+ARFAN+2.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNoSpacing">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt;">Tujuan filsafat
pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran
yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan
atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi
kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan
pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan
filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan
pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai
konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar
materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada
diri peserta didik.</span><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNoSpacing">
<br /></div>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-9935839135444581092012-06-18T09:56:00.001-07:002012-06-18T10:03:10.507-07:00Apakah Islam akan maju dengan menjadi Sekuler?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeRWBfGuWV_jWAzZMr7NQCqLGuVo62ZQejpCVmebpc5Pzm1y6CEUSI583r-YxRnyIDORsqkhSH3GWFT46tW5WTPIPgRD_Sf98vk0tK0LmnmnRf2ZD-9fBr4LDtxfYGAhexFr7TDHW_vOAX/s1600/BUKU+ARFAN+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeRWBfGuWV_jWAzZMr7NQCqLGuVo62ZQejpCVmebpc5Pzm1y6CEUSI583r-YxRnyIDORsqkhSH3GWFT46tW5WTPIPgRD_Sf98vk0tK0LmnmnRf2ZD-9fBr4LDtxfYGAhexFr7TDHW_vOAX/s320/BUKU+ARFAN+1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Dari judulnya, kita mengetahui bahwa buku ini membahas kasus Turki.
Yaitu, negara Turki yang mengadakan pembaharuan setelah jatuhnya masa
Khalifah Turki Usmani, namun sayang karena berakhir menjadi sekuler.
Sebenarnya, setiap masalah tentang Turki pernah dibahas, namun demikian
tidak berarti bahwa setiap orang telah memahaminya. Hal ini terbukti
dengan semakin menjalarnya sekularisme di negara-negara muslim, bahkan
menganggap bahwa Islam mengajarkan sekularisme kepada ummatnya. Padahal
mereka secara sadar melihat eksperimen yang dilakukan Turki tidak
berbuah keberhasilan. <br />
<span style="color: blue;"><b>Sekularisasi di turki diawali
dengan pembaharuan di Tubuh Turki oleh Sadrazam atau Wazir Agung. Wazir
Agung merupakan figur kunci dalam pembaharuan di Turki. Pembaharuan di
Turki berjalan terus-menerus pasca runtuhnya Turki Usmani.</b></span><br />
<br />
Akan tetapi, pembaharuan yang dilakukan di tubuh Turki berakhir
dengan sekularisasi, sehingga pembaharuan yang awalnya bertujuan untuk
membangun kejayaan Turki seperti pada kekhalifahan Turki Usmani
berakibat pada pemisahan antara negara dan agama seperti apa yang
dialami oleh negara-negara Barat. Pembaharuan tersebut terlihat sangat
jelas pada masa Sultan mahmud.<br />
Sultan Mahmud menganjurkan kepada par<span id="more-1579"></span>a
pejabat untuk mengganti pakaian kebesaran tradisional dengan stelan
Barat. Selain itu Mahmud mengalihkan kekuasaan yudikatif yang selama ini
dipegang Wazir Agung kepada Syekh al-Islam. Sedang dalam pendidikan,
Mahmud memperkenalkan ide-ide modern Barat dan filsafat kedalam
sekolah-sekolah Turki. Dari sinilah pembaharuan yang dilakukan Mahmud
semakin memperjelas arah pembaharuan Turki selanjutnya.<br />
<br />
<div style="padding-left: 30px;">
<span style="color: blue;"><b><i>Sejatinya, memang terdapat perbedaan dalam arah pembaharuan Islam antara para pembaharu pra modern dan pembaharu modern. </i></b></span>Para
pembaharu sebelum priode modern melancarkan pembaharuan untuk
memurnikan kehidupan keagamaan Ummat Islam dari bentuk
penyelewengan-penyelewengan, bid’ah dan khurofat agar sesuai dengan
corak kehidupan zaman rasulullah dan salafus sholih.</div>
<div style="padding-left: 30px;">
<br /></div>
Buku, <b><span style="color: red;">“Majukah Islam dengan Menjadi Sekuler?”</span></b>
ini memaparkan kepada kita tentang arti sekuler, kemudian keadaan Turki
sebelum dan sesudah menjadi Sekuler. Di akhir penjelasan, penulis
memberikan kesimpulan apakah sekulerisasi memang patut menjadi solusi
permasalahan terutama ummat Islam? Temukan jawabanya dalam buku ini.<br />
Arfan Mu’amar: lahir 3 November 1984 di resik. Alumni KMI (Kulliyatul
Mu’alimin al-Islamiyah) Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo tahun
2003. Kini menjadi salah satu pengkaji di Centre for Islamic and
Occidental Studies (CIOS) dalam bidang sejarah peradaban dan pendidikan
Islam, sekaligus menjadi staff di tempat yang sama.<br />
<i><span style="color: blue;"><b> <a href="http://imtaq.com/cios-isid-gontor/" title="CIOS ISID Gontor">CIOS (Centre for Islamic and Occidental Studies)</a></b></span>
adalah lembaga pengkaji konsep-konsep penting, problematika dan isu-isu
kontemporer dalam tradisi intelektual peradaban Islam dan Barat.
Kagiatan utama lembaga ini adalah workshop, seminar, ceramah ilmiyah,
penelitian, diskusi, kajian dan penerbitan hasil-hasil kajian.</i><br />
<h1>
<span style="color: red;"></span></h1>
Judul : Majukah Islam dengan Menjadi Sekuler? (Kasus turki)<br />
Penulis : M. Arfan Muammar<br />
Tebal/ Tahun : 81 halaman/ 2007<br />
Penerbit : CIOS (Center for Islamic & Occidental Studies)<br />
<br />
Sumber: <a href="http://imtaq.com/majukah-islam-dengan-menjadi-sekuler/">http://imtaq.com/majukah-islam-dengan-menjadi-sekuler/</a><br />
</span>M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-24071547136821832092012-06-18T01:18:00.000-07:002012-06-18T01:18:04.458-07:00Apa itu Hermeneutika?<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2253VLKlkemxUUmlHggQnS9FR21GTTG0zfDYY3hfJIfMnGbTLkvdvzJc2T8OKni8_9yks2YWYVBiz1JwgFzF332Vr4QrX1dgViIr5RdKW4ARiqaiN2xl2qytwLaGfmi7NJFbuEWdfSpXA/s1600/sutradara-film-tanda-tanya-hanung-bramantyo-berbicara-saat-peluncuran-_.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2253VLKlkemxUUmlHggQnS9FR21GTTG0zfDYY3hfJIfMnGbTLkvdvzJc2T8OKni8_9yks2YWYVBiz1JwgFzF332Vr4QrX1dgViIr5RdKW4ARiqaiN2xl2qytwLaGfmi7NJFbuEWdfSpXA/s320/sutradara-film-tanda-tanya-hanung-bramantyo-berbicara-saat-peluncuran-_.jpg" width="320" /></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Oleh : M. Arfan Mua’ammar</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;"> Istilah “hermeneutika” (bahasa
Inggris: </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">hermeneutics</i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">) berasal dari ”</span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">hermeneuein</i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">” (Yunani) yang
diambil dari kata </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">hermeneia </i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">yang secara harfiah berarti penafsiran/
interpretasi. Sedangkan, </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">hermeneutes </i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">bermakna penafsir. Kata ini semula
dihubungkan dengan Hermes, yaitu utusan yang bertugas menyampaikan pesan Dewa
Jupiter kepada manusia. Dengan diasosiasikan dengan Hermes</span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn1" name="_ftnref1" style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">,
hermeneutika memiliki unsur triadik (tiga): pesan atau teks, penafsir
(interpreter) yang diasosiakan dengan Hermes yang menyampaikan pesan kepada
manusia, dan penyampaian pesan tersebut kepada manusia (audiens). Dengan
begitu, hermeneutika kemudian menjadi “seni menginterpretasikan” (</span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">the art of
interpretation</i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;">). </span><span class="MsoFootnoteReference" style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;"><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn2" name="_ftnref2" style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif;" title="">[2]</a> </span></span></span><span style="background-color: white;"><span class="fullpost"></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Dalam tradisi yunani kuno
hermeneuen dipakai dalam tiga makna yaitu mengatakan (to say), menjelaskan (to
explain), dan menerjemahkan (to translate). Dari tiga makna ini kemudian dalam
kata inggris di ekspresikan dengan kata : to interpret. Dengan demikian
kegiatan interpretasi menunjukkan pada tiga hal pokok : pengucapan lisan (an
oral recitation), penjelasan yang masuk akal (a reasonable explanation), dan
terjemahan dari bahasa lain (a translation from another language)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutika semula diterapkan
untuk menginterpretasi teks-teks atau ungkapan-ungkapan Yesus dalam Bible (<i>the
study of the general principle of Biblical interpretation</i>)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Di kalangan Kristen awal, Origen dikenal sebagai salah seorang yang
memperkenalkan cara-cara memahami Bible, yaitu dengan menggunakan metode
allegoris (di samping metode-metode yang dikenal sebelumnya, yaitu interpretasi
literal, interpretasi moral, dan interpretasi mistis).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutika secara umum (baik
yang diterapkan dalam kajian teks maupun yang diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial)
melihat “teks” sebagai sesuatu yang bisa dibaca, diamati, atau dipikirkan,
sehingga “teks” mengandung<i> dua pengertian</i>: teks tertulis (seperti buku,
dokume, kitab suci, dsb.) dan teks tak tertulis atau realitas, namun juga bisa
dibaca, seperti realitas sosial.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Teks dalam perspektif hermeneutika adalah produk atau hasil dari
pengarangnya (<i>the author</i>). Oleh karena itu, hermeutika sangat
mempersoalkan tentang pengarang (<i>authorship</i>) ketika berbicara tentang
teks. Sebagai konsekuensinya, <i>"hermeneutika
tidak membedakan antara teks umum dengan teks suci (kitab suci, sacred text)</i>",
terutama pada hermeneutika modern yang dipelopori oleh Schleiermacher
(1768-1834), seorang pendeta. Dalam kajian hermeneutika, teks kitab suci tetap
dianggap sebagai teks manusiawi, sebagaimana teks linguistik<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a>
lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Dalam hermeneutika selalu
diusulkan pemahaman teks yang bertolak dari keterkaitan antara unsur triadik
(tiga pihak): teks, pembaca atau penafsir, dan audiens (masyarakat). Jika
diilustrasikan, hubungan triadik tersebut adalah begini:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div align="left" dir="ltr">
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 77.4pt; mso-border-insideh: none; mso-border-insidev: none; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 480;">
<tbody>
<tr>
<td style="padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 70.2pt;" valign="top" width="94">
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 149.0pt;" valign="top" width="199">
<div class="MsoNormal" dir="LTR">
<b><span style="font-family: "Garamond","serif"; font-size: 9.0pt;"> </span></b><!--[if gte vml 1]><v:line
id="_x0000_s1036" style='position:absolute;flip:x y;z-index:251658240;
mso-position-horizontal-relative:text;mso-position-vertical-relative:text'
from="75.7pt,12.65pt" to="129.7pt,75.65pt">
<v:stroke endarrow="block"/>
</v:line><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="height: 90px; margin-left: 95px; margin-top: 12px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 79px; z-index: 251658240;"><img height="90" src="file:///C:/Users/pai/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1036" width="79" /></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Garamond","serif"; font-size: 9.0pt;">Teks (nash) </span></b><b><span style="font-family: "Garamond","serif";"><o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 88.2pt;" valign="top" width="118">
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 85.9pt; mso-yfti-irow: 1; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="height: 85.9pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 70.2pt;" valign="top" width="94">
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Garamond","serif"; font-size: 9.0pt;"> Pembaca</span></b><span style="font-family: "Garamond","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="height: 85.9pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 149.0pt;" valign="top" width="199">
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<!--[if gte vml 1]><v:line
id="_x0000_s1035" style='position:absolute;left:0;text-align:left;flip:x;
z-index:251657216;mso-position-horizontal-relative:text;
mso-position-vertical-relative:text' from="-.2pt,6.5pt" to="53.8pt,78.5pt">
<v:stroke endarrow="block"/>
</v:line><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="height: 101px; left: 0px; margin-left: -6px; margin-top: 8px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 79px; z-index: 251657216;"><img height="101" src="file:///C:/Users/pai/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" v:shapes="_x0000_s1035" width="79" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><v:line id="_x0000_s1034"
style='position:absolute;left:0;text-align:left;flip:x;z-index:251656192;
mso-position-horizontal-relative:text;mso-position-vertical-relative:text'
from="-1.6pt,91.5pt" to="133.4pt,91.55pt">
<v:stroke endarrow="block"/>
</v:line><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: -4px; margin-top: 116px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 183px; z-index: 251656192;"><img height="12" src="file:///C:/Users/pai/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" v:shapes="_x0000_s1034" width="183" /></span><!--[endif]--><!--[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]><span
style='font-family:"Garamond","serif";color:#993366'><span style='mso-element:
field-begin;mso-field-lock:yes'></span><span
style='mso-spacerun:yes'> </span>SHAPE<span style='mso-spacerun:yes'>
</span>\* MERGEFORMAT <span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif]--><span style="color: #993366; font-family: "Garamond","serif";"><!--[if gte vml 1]><v:group
id="_x0000_s1026" editas="canvas" style='width:135pt;height:99pt;
mso-position-horizontal-relative:char;mso-position-vertical-relative:line'
coordorigin="4812,9130" coordsize="2700,1980">
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
<v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" o:spt="75"
o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1027" type="#_x0000_t75" style='position:absolute;
left:4812;top:9130;width:2700;height:1980' o:preferrelative="f">
<v:fill o:detectmouseclick="t"/>
<v:path o:extrusionok="t" o:connecttype="none"/>
<o:lock v:ext="edit" text="t"/>
</v:shape><v:line id="_x0000_s1028" style='position:absolute;flip:x' from="4812,9130"
to="6072,10750"/>
<v:line id="_x0000_s1029" style='position:absolute' from="4812,10750" to="7512,10750"/>
<v:line id="_x0000_s1030" style='position:absolute' from="6252,9150" to="7512,10590">
<v:stroke endarrow="block"/>
</v:line><v:line id="_x0000_s1031" style='position:absolute' from="4812,10860"
to="7512,10861">
<v:stroke endarrow="block"/>
</v:line><v:line id="_x0000_s1032" style='position:absolute;flip:y' from="4915,9136"
to="5815,10396">
<v:stroke endarrow="block"/>
</v:line><v:line id="_x0000_s1033" style='position:absolute' from="6064,9130"
to="7504,10750"/>
<w:wrap type="none"/>
<w:anchorlock/>
</v:group><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="136" src="file:///C:/Users/pai/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" v:shapes="_x0000_s1026 _x0000_s1027 _x0000_s1028 _x0000_s1029 _x0000_s1030 _x0000_s1031 _x0000_s1032 _x0000_s1033" width="186" /><!--[endif]--></span><!--[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]><span
style='font-family:"Garamond","serif";color:#993366'><v:shape id="_x0000_i1025"
type="#_x0000_t75" style='width:135pt;height:99pt'>
<v:imagedata croptop="-65384f" cropbottom="65384f"/>
</v:shape><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--><span style="font-family: "Garamond","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="height: 85.9pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 88.2pt;" valign="top" width="118">
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Garamond","serif"; font-size: 9.0pt;">Audiens</span></b><span style="font-family: "Garamond","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Hubungan antara
teks </span><span style="font-family: 'Wingdings 3';">n</span><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;"> pembaca </span><span style="font-family: 'Wingdings 3';">n</span><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;"> audiens itulah yang sering disebut
oleh para pendukung hermeneutika sebagai <i>negosiating process </i>(proses
negosiasi, tawar-menawar antara makna yang termakub dalam teks secara normatif
dengan situasi masyarakat secara riil), istilah M. Amin Abdullah, atau <i>fusion
of horizon </i>menurut istilah Gadamer. Sejauh mana kepentingan umat bisa
terpenuhi dengan tafsiran baru menurut skema metodologis ini adalah sejauh mana
pula si interpreter “membaca kondisi masyarakat” dan “membaca teks kitab suci”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Garamond","serif";">Cara
Kerja (Operasional) dalam Memahami Teks<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Hermeneutika dalam perkembangan
bermacam-macam : sebuah pergesaran paradigma (Shifting Paradigm) dalam memahami
makna yang terkandung dalam teks.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutika
Romantatik<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 12pt;">[6]</span></b></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Friedrich
Daniel Ernst Schleiermacher<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">L : <st1:place w:st="on">Breslau</st1:place>,
<st1:date day="21" month="11" w:st="on" year="1768">21 November 1768</st1:date><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">W : <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">Berlin</st1:place></st1:state>, 12 Februari 1834<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Schleiermacher (1768-1834)
dengan “hermeneutika psiklogis” (langkah 1: interpretasi gramatikal dengan
media kaedah bahasa, dalam <i>re-konstruksi gramatikal, </i>pembaca menafsirkan
teks dengan aturan dan struktur gramatikal dan linguistik yang berlaku dalam
konteks ketika teks itu diproduksi. Maka penafsiran <i>gramatikal</i> – yang
mendekati teks dalam kerangka makna dari kata-kata tertentu, harus dilengkapi
dengan penafsiran <i>psikologis</i> – yang merupakan proyeksi ke dalam proses
kreatif dan subyektivitas pengarang<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
langkah 2: interpretasi psikologis dengan merekonstruksi secara imajinatif
suasana batin pengarang ketika menulis teks ini, <i>intuitive understanding </i>:
artinya Hermeneutika bertugas untuk merekonstruksi psikologi pengarang<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
[bagaimana dengan al-Qur’an? Ya, karena ia memperlakukan teks suci sebagaimana
teks umumnya].<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutika
Historis<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Wilhem
Dilthey<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">L : Wisbaden, <st1:date day="19" month="11" w:st="on" year="1833">19 November 1833</st1:date>.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">W : Seis Bei Bozen, 1 Oktober 1911.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Wilhelm Dilthey (1833-1911)
dengan “hermeneutika sejarah” (memunculkan makna-makna dari peristiwa yang
melahirkan teks<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></a>).
Bisa dikatakan, Dilthey adalah penghubung antara para hermeneut abad ke-19
(dengan dedengkot utamanya, Schleiermacher) dan membawa tradisi
"baru" hermeneutika abad ke-20<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
koreksi utamanya terhadap Schleiermacher adalah penolakan Dilthey terhadap
asumsi Schleiermacher bahwa setiap kerja pengarang bersumber dari
prinsip-prinsip yang implisit dalam pikiran pengarang, Dilthey menganggap
asumsi ini anti-Historis sebab ia tidak membertimbangkan pengaruh eksternal
dalam perkembangan pikiran pengarang<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Dilthey juga berpandangan bahwa yang direproduksi bukanlah keadaan psikis
tokoh-tokoh dalam teks dan dari teks melainkan bagaimana proses karya itu
diciptakan. Yang dilakukan bukan empati terhadap pencipta teks, melainkan
membuat rekonstruksi dan objektivikasi mental yaitu produk budaya <a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Dithey berpendapat bahwa teks disini bukan teks dalam arti tertulis tapi teks
dalam konteks realitas, (Alam dan Sosial). Dan dalam memahami keduanya
dibutuhak pendekatan yang berbeda. Pendekatan Euklaren untuk Alam dan Verstehen
untuk tatanan sosial.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutika
Fenomenologis Dasein<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Martin
Heidegger</span></i></b><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 12pt;">[13]</span></b></span><!--[endif]--></span></b></span></a><b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">L
: Mebkirch, <st1:date day="26" month="9" w:st="on" year="1889">26 September 1889</st1:date>.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">W
: <st1:place w:st="on">Freiburg</st1:place>,
26 Mei 1976.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutika fenomenologis
Martin Heidegger (1889-1976). Bagi Heidegger, hermeneutika berarti penafsiran
terhadap esensi (being), yang dalam kenyataannya selalu tampil dalam
eksistensi. Sehingga suatu kebenaran tidak lagi ditandai oleh kesesuaian antara
konsep dan realita objektif, tetapi oleh tersingkapnya esensi tersebut. Dan
satu-satunya wahana bagi penampakan being tersebut adalah eksistensi manusia. </span><span lang="FR" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: FR;">Maka
hermeneutikan tidak lain dari pada penafsiran diri manusia itu sendiri (dasein<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FR" style="font-size: 12pt;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></a>)
melalui bahasa. </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Memahami
dan menafsirkan adalah bentuk paling mendasar dari keberadaan manusia<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Lebih jelasnya, "jika Dilthey menekankan konteks
kesejarahan, Heidegger menekankan pemahaman tentang kehidupan",
situasi pengarang, dan audiensnya<b>.<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">Hermeneutika Dialogis<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">Hans-Georg Gadamer<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[16]</span></b></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">L : Marburg, 11 Februari 1900<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">W : Heidelberg, 13 Maret 2002<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">Hermeneutika
fenomenologis Hans-George Gadamer (1900-1998). Hermeneutika, menurutnya, adalah
interpretasi teks sesuai dengan konteks ruang dan waktu interpreter berada.
Inilah yang disebutnya sebagai <i>effective historical consciousness</i> (kesadaran-sejarah
yang efektif<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></a>)
yang memuat kesadaran tiga kerangka waktu: masa lalu
ketika teks dipublikasikan atau ketika ayat-ayat al-Qur’an diturunkan, masa
sekarang ketika kita sekarang berhadap dan memahami teks itu, dan masa akan
datang yang harus menangkap nuansa baru yang produktif dari makna teks.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Hermeneutika
Kritis<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Jurgen Habermas<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">L : Dusseldorf, 18 Juni 1929.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Hermeneutika kritis. Jenis hermeneutika ini lahir dari aliran kritis dalam
filsafat (aliran Frankfurt) yang, antara lain, ditandai dengan Jürgen Habermas
(1929) dengan “kritik ideologinya”. Berbeda dengan Gadamer, Habermas melihat
bahwa interpretasi seharusnya steril dari kepentingan ideologis, termasuk
pra-paham interpreter, yang sering dipengaruhi oleh kepentingan sosial (<i>social
interest</i>) dan ditopang oleh kekuatan komunikasi<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 12pt;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Hermenutika Habermas kemudian menjadi “hermeneutika kecurigaan” (<i>hermeneutics
of suspicion</i>),dalam artian hermeneutika Habermas tidak banyak berbicara
tentang bagaimana teks harus diinterpretaskan, kecuali lebih cenderung kepada
kritik terhadap ideologi (kepentingan) di balik penafsiran-penafsiran yang
sudah ada<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 12pt;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutika
Otonom<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Emilio
Betti<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">L : 1890<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">W : 1968<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Emilio Betti (1890-1968) dengan
“hermeneutika legal (hukum)”. Ia juga termasuk aliran objektif. Menurutnya,
makna asli sesungguhnya terletak pada akal pengarang</span><b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">. </span></b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Maksudnya, interpretasi teks dengan merujuk kepada si pengarang, pengarang
itu berkuasa atas teks yang dibuatnya. Merujuk kepada pengarang berarti
menemukan makna teks yang sesungguhnya. Akan tetapi hermeneutika Betti menjadi
utopis, ketika si pengarang sudah mati, maka kematian pengarang berarti
kematian teks dan tidak dapat ditemukannya makna di dalam teks.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Hermeneutika
fenomenologis strukturalis<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Paul Ricoeur <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">Hermeneutika
Ricoeur berupaya mengintegrasikan antara metode “pemahaman” (<i>verstehen</i>)
dan “penjelasan” (<i>erkleren</i>)</span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">
yang dipertentangkan oleh Dilthey. Jadi, bukan hanya melalui teks yang
berbicara, makna teks juga bisa dipahami oleh
pemahaman struktural di luar teks. </span><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Ia
kemudian membedakan antara interpretasi teks tertulis (<i>discourse, </i>diskursus)
dan percakapan (<i>dialogue</i>). Teks perbeda dari percakapan karena ia
terlepas dari kondisi asal yang menghsilkannya, niat penulisnya sudah kabur,
audiennya lebih umum dan referensinya tidak dapat lagi dideteksi. Konsep yang
utama dalam pandangan Ricour adalah bahwa begitu makna obyektif di ekspresikan
dari niat subyektif sang pengarang, maka berbagai interpretasi yang dapat
diterima menjadi mungkin. Makna tidak diambil hanya menurut pandangan hidup pengarangnya, tapi juga menurut
pengertian pandangan hidup pembacanya<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="ES-TRAD" style="font-size: 12pt;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></a>.Ide
Ricoeur ini dikritik, karena teks yang tentu berbeda dari percakapan yang
terlepas dari kondisi awal, maka mengidentifikasi kehidupan pengarang tidak
mungkin, audiensinya juga tidak dapat dideteksi. Begitu juga bagaimana memahami
pandangan hidup (<i>world -view</i>) pengarang jika teks yang ingin
diinterpretasikan adalah kitab suci. Padahal, memahami aspek pandangan hidup
pengarang dan pembaca menjadi penting dalam hermeneutika Ricoeur. Alhasil,
berbeda dengan tafsîr yang tumbuh sebagai disiplin keilmuan Islam yang sejak
awal diabdikan untuk memahami teks al-Qur’an sebagai kitab suci, hermeneutika
mengalami perkembangan yang luas terapannya, sehingga ketika diterapkan ke
dalam pemahaman teks kitab suci, apalagi al-Qur’an yang berbeda dengan
kitab-kitab suci lain, seperti dalam hal <i>i’jâz lughawî</i>nya yang tidak dimiliki
oleh kitab suci lain, berbagai kendala banyak ditemukan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Bagaimana
Jika Diterapkan Dalam al-Qur'an....???<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;"> </span></b><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Setelah
kita memahami defini hermeneutika dari beberapa interpreter diatas, sekarang
kita mencoba, bagaimana jika hermeneutika di terapkan dalam mengkaji al-Qur'an.
Mulai dari Schleirmacher hingga Paul Ricoeur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list -162.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype"; mso-fareast-font-family: "Palatino Linotype";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Merekonstruksi psikologi tuhan untuk menciptakan
al-Quran baru bahkan lebih baik dari al-quran sekarang...(Schleirmacher)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: "Courier New";">o<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Siapa Yang Tahu Psikologi Tuhan....?<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list -162.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype"; mso-fareast-font-family: "Palatino Linotype";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Merujuk kepada historisitas tuhan. …(Dilthey)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: "Courier New";">o<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Apakah tuhan punya sejarah...?<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list -162.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype"; mso-fareast-font-family: "Palatino Linotype";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Interpretasi al-quran secara subyektif adalah
indah…. (Gadamer)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: "Courier New";">o<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Apakah merancukan makna itu indah...? <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list -162.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype"; mso-fareast-font-family: "Palatino Linotype";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Kembali kepada si pengarang al-Quran…. (Betti)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: "Courier New";">o<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Kapan manusia bisa bertemu tuhan secara langsung...? <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list -162.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype"; mso-fareast-font-family: "Palatino Linotype";">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Interpretasi dengan menguak kepentingan di balik
al-Quran. ….(Jurgen Habermas)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: "Courier New";">o<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Ada kepentingan apa di balik al-Quran...? <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list -162.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Interpretasi subyektif tanpa dialektika dan secara bebas... (Paul
Ricoeur)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="ES-TRAD" style="font-family: 'Courier New';">o<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Orisinalitasnya</span></i><span lang="ES-TRAD" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;"> </span><i><span lang="IN" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">dimana?</span></i><span lang="IN" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;"> </span><span lang="ES-TRAD" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: ES-TRAD;">Hermeneutika
Dalam Pemikiran Islam</span></b><b><span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;">Di antara para hermeneut muslim adalah: <u>H</u>asan <u>H</u>anafî, Fazlur
Rahman, Farid Esack, Ashgar Ali Engineer, Amina Wadud Muhsin, Nashr Hâmid Abû
Zayd, Muhammad Syahrûr, Mohammed Arkoun, dll. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa mereka mencoba mengsinkronisasikan antara prinsip hermeneutika dan
tafsir. Upaya-upaya tersebut tidak seluruhnya berjalan akur, sehingga
menimbulkan ketegangan-ketegangan (ini yang menjadi alasan ormas-ormas Islam
masih meragukan, bahkan sudah secara jelas menolak hermeneutika, seperti sikap NU
dalam Muktamarnya karena hanya dijadikan “kendaraan” (sarana justifikasi)
Jaringan Islam Liberal).</span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif;"> <span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">Hermeneutik
dalam pemikiran Islam pertama-tama diper<span style="letter-spacing: -.15pt;">kenalkan
oleh Hasan Hanafi dalam karyanya yang berjudul </span><i><span style="letter-spacing: .3pt;">Less </span><span style="letter-spacing: -.15pt;">Methodes
d'Exegese, Essai sur La Science des Fordements de la Comprehension, `Ilm </span></i></span><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Usul </span></i><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-ansi-language: SV;">al-Figh (1965), </span></i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt; mso-ansi-language: SV;">sekalipun tradisi hermeneutik</span><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .3pt; mso-ansi-language: SV;"> </span></i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.1pt; mso-ansi-language: SV;">telah dikenal luas dalam berbagai
bidang ilmu-ilmu Islam tradi</span><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt; mso-ansi-language: SV;">sional, terutama tradisi </span><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.1pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Usul </span></i><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .05pt; mso-ansi-language: SV;">al-Figh </span></i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .2pt; mso-ansi-language: SV;">dan </span><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .4pt; mso-ansi-language: SV;">Tafsir Alqur'an. </span></i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-ansi-language: SV;">Oleh </span><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt; mso-ansi-language: SV;">Hasan Hanafi, penggunaan hermeneutik pada awalnya hanya </span><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">merupakan
eksperimentasi metodologis untuk melepaskan diri <span style="letter-spacing: -.2pt;">dari positivisme dalam teoretisasi hukum Islam dan </span></span><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Usul </span></i><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .8pt; mso-ansi-language: SV;">al-Figh</span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[23]</span></b></span><!--[endif]--></span></i></span></a><i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">. </span></i><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt; mso-ansi-language: SV;">Sampai di situ, respon terhadap tawaran atas
hermeneutiknya </span><span lang="SV" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: SV;">hampir-hampir tidak ada.<i><span style="letter-spacing: .3pt;"><o:p></o:p></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span lang="FR" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt; mso-ansi-language: FR;">Satu hal yang menonjol dari hermeneutik Hanafi dan pemi</span><span lang="FR" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.15pt; mso-ansi-language: FR;">kirannya secara umum adalah muatan ideologisnya yang
sarat </span><span lang="FR" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt; mso-ansi-language: FR;">dengan maksud-maksud praksis.
Tipikal pemikiran revolusioner </span><span lang="FR" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.15pt; mso-ansi-language: FR;">semacam ini, justru sangat berbeda
dengan <i>mainstream </i></span><span lang="FR" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-ansi-language: FR;">umat lslam <span style="letter-spacing: -.05pt;">yang masih
terkungkung oleh lembaga-lembaga tradisionalisme </span><span style="letter-spacing: .1pt;">dan ortodoksi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt;">Hasan
Hanafi dalam karyanya yang berjudul </span><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt;">Islam in the </span></i><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.25pt;">Modern World, Religion, Ideologi, and Development </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .05pt;">Vol. I dan
II </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.15pt;">memberikan uraian tentang hermeneutik. Pada Vol. I dengan sub </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.4pt;">judul </span><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt;">Method of
the Mistic Interpretation PP. 407-429, </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.15pt;">dan Vol. 11 dengan sub judul
</span><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt;">Hermeneutics Libration and Revolotion, PP. 103</span></i><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .65pt;">198</span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">.<i> </i>Dalam pandangan Hasan
Hanafi, hermeneutik tidak se<span style="letter-spacing: -.05pt;">kadar ilmu
interpretasi atau teori pemahaman, tetapi juga ilmu </span><span style="letter-spacing: -.2pt;">yang menjelaskan penerimaan wahyu sejak dari tingkat
perkataan </span><span style="letter-spacing: -.1pt;">sampai ke tingkat
kenyataan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.1pt;">Nasr Hamid
Abu Zayd mempersoalkan hilangnya prosedur ilmiah dalam pemikiran hermeneutik
Hasan Hanafi, sebab dalam menafsirkan tradisi pemikiran Islam, ia dianggap
memberi porsi besar bagi penafsiran dan mengabaikan teks-teks keagamaan sebagai
suatu entitas yang memiliki otonomi, sistem hubungan-hubungan intern, dan
konteks wacananya sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Lain halnya dengan Fazlur
Rahman ketika mengomentari Qs. al-Baqarah/2: 62
dan al-Mâ`idah/5: 69 mengatakan bahwa keselamatan tidak menjadi
"monopoli" Islam, melainkan juga Kristen, Yahudi, dan Shâbi`în (lihat
Fazlur Rahman, <i>The Major Themes of the Qur'an</i> [<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Minneapolis</st1:place></st1:city>: Bibliotheca Islamica, 1989], h.
166. "Muslim" (atau orang yang beriman) dalam pandangan Fazlur Rahman
ditarik ke ideal moral yang disimpulkan dari Qs. al-Mâ`idah/5: 48,
al-Baqarah/2: 148, dan 177 yang
menjelaskan bahwa perbedaan agama-agama dan kitab suci yang diturunkan
didasarkan atas esensi tujuan agama, yaitu <i>fastabiqû al-khayrât</i>
(berlomba-lombalah dalam kebajikan). Keyakinan teologis yang berbeda-beda
adalah forma (bentuk), sedangkan kebaikan (etika) adalah esensi atau tujuan
ideal-moral al-Qur'an, sehingga keragaman keyakinan teologis tersebut di sini
"direduksi" menjadi ideal-moral yang mengantarkan Rahman ke
kesimpulan bahwa semua kelompok yang disebut dalam Qs. al-Baqarah/2: 62 dan al-Mâ`idah/5: 69 adalah selamat<span style="letter-spacing: -.1pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent2" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Formalisme
adalah target yang menjadi sasaran kritik Rahman, dengan "mereduksi"
perbedaan teologis agama-agama ke ideal moral yang menjadi dasar
"keselamatan universal" dengan mereduksi kandungan teologis pada Qs.
al-Baqarah/2: 62 dan al-Mâ`idah/5: 69 ke pesan etis yang diangapnya sebagai
esensi pada ungkapan <i>fastabiqû al-khayrât</i> dalam Qs. al-Baqarah/2: 148
dan 177, disamping itu kekeliruan yang tidak kurang berbahayanya daripada formalisme yang menjadi sasaran kritik Fazlur
Rahman adalah adalah esensialisme (reduksi <i>forma teologis</i> ke <i>esensi
etis</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.1pt;">Kesimpulan
<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.1pt;"> </span></b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.1pt;">Dari uraian di atas jelaslah
bahwa makna hermeneutika sebagai filsafat telah bergeser mengikuti pandangan
hidup tokohnya. Schleiermacher dengan latar belakangnya sebagai pendeta
Protestan liberal dan idealis absolute mengubah makna hermeneutika dari sekedar
kajian teks bible menjadi metode memahami dalam pengertian filsafat. Dilthey
sebagai pakar metodologi ilmu-ilmu sosial membelokkan makna hermeneutika menjadi
metode kajian historis. Heidegger dengan latar belakang filsafat fenomenologinya
membawanya kepada kajian ontologis. Gadamer sebagai filosof yang besar di lingkungan
filsafat fenomenologi jerman juga menekankan kajian ontologis heidegger tapi
dalam konteks tradisi pemikiran filsafat barat. Namun Habermas dengan lingkungan
filsafat social Marxis menggesar makna hermeneutika kepada pemahaman yang
diwarnai oleh kepentingan, khususnya kepentingan kekuasaan. Itulah sebabnya ia
mengkritik Gadamer karena tidak menekankan kesadaran sosial yang kritis.
Sedangkan Ricour dengan miliu filsafat fenomenologi dan eksistensialisnya
mensyaratkan adanya aspek pandangan hidup interpreter sebagai faktor utama
dalam pemahamn hermeneutisnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.1pt;">Akhirnya
apa yang ditawarkan oleh hermeneutik dalam menafsirkan teks, linguistik,
sejarah, agama dan disiplin ilmu yang lain adalah suatu kreasi, karya dan
bikinan manusia. Karena itu, ia mempunyai kelemahan yang tidak bisa ditutupi,
lebih-lebih jika ia berdiri sendiri tanpa dialog dengan lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></b>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">SENARAI
RUJUKAN</span></b><span lang="SV" style="font-family: "Garamond","serif"; mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype"; mso-fareast-font-family: "Palatino Linotype";">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Buku
: <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Bubner, Rudiger. <i>Essays in
Hermeneutics and Critical Theory </i>Translated by Eric Matthews, <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New york</st1:place></st1:state>, Columbia
University Press. 1988.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">d'Entreves, Maurizio Passerin
and Seyla Benhabib. <i>Habermas And The Unfinished Project Of Modernity </i>: <i>Critical
Essays on The Philosophical Discourse of Modernity </i>Amerika, The MIT Press <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Cambridge</st1:city>, <st1:state w:st="on">Massachusetts</st1:state></st1:place>,
1997.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Essack, Farid. <i>Qur'an
Liberation and Pluralism : An Islamic Perspective of Interrelligious Solidarity
against Oppression. </i><st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">England</st1:place></st1:country-region>,
<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Oxford</st1:place></st1:city>, 1997.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Gadamer, Hans-Georg. <i>Truth
and Method </i>The Seabury Press, <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New
York</st1:place></st1:state>, 1975. diterjemahkan oleh Ahmad Sahidah <i>Kebenaran
dan Metode </i>: <i>Pengantar Filsafat Hermeneutika </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>,
Pustaka Pelajar, 2004<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Gadamer, Hans-Georg. <i>Philosophical
Hermeneutics </i>Translate and Edited by David E Linge. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>, <st1:place w:st="on"><st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype> of <st1:placename w:st="on">California</st1:placename></st1:place>
Press. 1977.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Grondin, Jean. <i>Introduction
to Philosophical Hermeneutics, </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>,
<st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Yale</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place> press, 1991.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Habermas, Jurgen. <i>On The
Logic of The Social Science </i>Translated by Shierry Weber Nicholsen and Jerry
A Stark, Amerika, The MIT Press Cambridge, Massachusetts, 1988.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Howard, Roy J <i>Hermeneutika :
Wacana Analitis, Psikososial Dan Ontologis </i>diterjemahkan dari <i>Three
Faces of Hermeneutics : An Introduction To Current Theoris Of Understanding </i><st1:place w:st="on"><st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype> Of <st1:placename w:st="on">California Press</st1:placename></st1:place>. Ltd.1982 Oleh :
Kusmana dan M.S Nasrullah. IKAPI. Bandung 2000.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Jeanrond, Werner G, <i>Theological
Hermeneutics : Development and Significance. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>, Macmillan Academic 1991.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Muslih, Mohammad. <i>Filsafat
Ilmu </i>: <i>Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu
Pengetahuan </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>, Belukar, 2004.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Palmer, Richard E. <i>Hermeneutics
Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilty, Hiedegger and Gadamer, </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Evanston</st1:place></st1:city>: <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">North-western</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place> Press, 1969.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Syamsuddin, Sahiron Dkk. <i>Hermenetika
Al-Qur'an </i>Mazhab Jogja. , Islamika, 2003<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Schleiermacher, Friedrich. <i>On
Religion : Speech to its Cultured Despisers, </i>Translated by John Oman with
an introduction by Rudolf Otto, <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New
York</st1:place></st1:state>, Harper and Row Publishers 1958.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Silverman, Hugh J. <i>Continental
Philosophy IV : Gadamer and Hermeneutic : Science Culture Literature : Plato,
Heidegger, Barthes, Ricour, Habermas, Derrida. </i><st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state> and <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>, Routledge. 1991.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype"; mso-fareast-font-family: "Palatino Linotype";">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Majalah
dan Jurnal<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Islamia, <i>Hermeneutika versus
Tafsir Al-Qur'an, </i>Edisi Perdana, Thn I,No 1 Muharram 1425/Maret 2004.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Gerbang : Jurnal Studi Agama
dan Demokrasi <i>Menafsirkan Hermeneutika </i></span>No: 14 Vol: V 2003.<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Website<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Paul Ricoer and the
Hermeneutics of Suspicion : A Brief Overview and Critique By : G. D. Robinson Premise/
Volume II, Number 8/september 27, 1995/page 12. <a href="http://capo.org/premise/95/sep/p950812.html">http://capo.org/premise/95/sep/p950812.html</a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hermeneutic: Key to
Understanding Scripture By : Rev. Charles Cooper.</span> <a href="http://www.solagroup.org/articles/understandingthebible/utb_0002.html">http://www.solagroup.org/articles/understandingthebible/utb_0002.html</a></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">On The Hermeneutic Implication
of Texts Enconding. By : Lou Burnad. November 1998. <a href="http://users.ox.ac.uk/lou/wip/herman.htmH1">http://users.ox.ac.uk/lou/wip/herman.htmH1</a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="LTR">
<br /></div>
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="right" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Alan Lihardson (ed.) <i>Dictionary
of Christian Theology, </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>:
SCM Press, 1969, hlm. 154-155. dalam Sahiron Syamsuddin, dkk. <i>Hermeneutika
al-Qur'an</i> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jogjakarta</st1:place></st1:city>,
Islamika, 2003 hlm. 53 <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Di kutip oleh Muzairi <i>Hermeneutika
Dalam Pemikiran Islam</i> dari Rihcard E Palmer, <i>Hermeneutics Interpretation
Theory in Schleirmacher, Dilty, Hiedegger and Gadamer.</i>dalam dalam Sahiron
Syamsuddin, dkk. <i>Hermeneutika al-Qur'an</i> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jogjakarta</st1:place></st1:city>, Islamika, 2003 hlm. 53 <i> </i><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt;"> Lihat E A.
Andrews, A Latin Dictionary : Founded on Andrews edition of Frued's Latin
Dictionary, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Oxford</st1:place></st1:city>
: Clarendon Press, 1980, hal.849. dalam Mohammad Muslih. <i>Filsafat Ilmu :
Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan</i> <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>, Belukar, 2004. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Rihcard E Palmer, <i>Hermeneutics
Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilty, Hiedegger and Gadamer, </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Evanston</st1:place></st1:city>: <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">North-western</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place> Press, 1969, hlm.4.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Sebagaimana yang dipahami
Richard E Palmer, dia memberikan peta hermeneutika kedalam enam bagian : (1).
Hermeneutika sebagai teori tafsir (2) sebagai metode filologi (3) sebagai ilmu
pemahaman Linguistik (4) sebagai fenomena <i>das sein </i>(5) sebagai sistem
penafsiran</span>. </div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Karena kecenderungan
pemikirannya yang selalu melihat kemasa lampau. Lihat Mohammad Muslih <i>Filsafat
Ilmu </i>yogyakarta, Belukar, hal. 169 <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Maulidi <i>Sketsa Hermeneutika </i>Gerbang (jurnal studi agama dan demokrasi) <i>Menafsirkan
Hermeneutika </i>No: 14 Vol: V 2003. hal. 11.<i> </i> </div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt;">Hamid Fahmy
Zarkasyi <i>Menguak Nilai Di Balik Hermeneutika </i>Islamia, <i>Hermeneutika
versus Tafsir Al-Qur'an, </i>Edisi Perdana, Thn I,No 1 Muharram 1425/Maret
2004. hal. 25.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt;">Ini mirip
dengan keinginan Fazlur Rahman bahwa ayat al-Qur’an dipahami melalui kondisi-kondisi
turunnya ayat (<i>syu`ûn an-nuzûl</i>) dan tidak jauh berbeda dengan keharusan
memahami ayat-ayat al-Qur’an melalui <i>asbâb an-nuzûl, </i>bahkan lebih akurat
daripada memahami kondisi umum sejarah sekitar lahirnya teks).</span><span style="font-size: 10.0pt;"> </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn10">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Maulidi. Ibid. hlm. 13.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn11">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Hamid Fahmy. Lo.cit. hlm. 25<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn12">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Mohammad Muslih. Op. Cit. hlm.
170 <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn13">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Diantara karya monumentalnya adalah
: <i>Being and Time. </i>Was Tranlated by John Macquarrie and Edward Robinson. <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>. Harper and
Row, 1962.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn14">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> <i>Dasein </i>di definisikan
Heidegger sebagai "sebuah entitas yang tidak benar-benar terdapat di
antara berbagai entitas yang lain. Ia lebih diperbedakan secara ontikal oleh
fakta bahwa, dalam Meng"ada"kannya tersebut, meng"ada" itu
adalah sebuah persoalan baginya… pemahaman tentang mengada itu sendiri adalah
sebuah karakteristik yang menentukan bagi meng"ada"nya <i>Dasein.
Dasein </i>secara ontikal sangatlah jelas bahwa ia bersifat ontologis. Lihat :
Martin Heidegger <i>Being and Time</i> hlm. 12. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn15">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Mohammad Muslih. Op. Cit. hlm.
173. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn16">
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt;"> Untuk
Memahami Lebih Jelas Pemikirannya Lihat: Gadamer, Hans-Georg. <i>Truth and
Method </i>The Seabury Press, <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New
York</st1:place></st1:state>, 1975. diterjemahkan oleh Ahmad Sahidah <i>Kebenaran
dan Metode </i>: <i>Pengantar Filsafat Hermeneutika </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>,
Pustaka Pelajar, 2004<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn17">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Hans-Georg Gadamer,. <i>Truth and Method </i></span> hlm. 410</div>
</div>
<div id="ftn18">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Untuk lebih Jelasnya Lihat.
Malki Ahmad Nasir. <i>Hermeneutika Kritis : Studi Kritis atas Pemikiran
Habermas. </i>Dalam Islamia. Loc. Cit. hlm. 30. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn19">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Maulidin. Loc. Cit. hlm 28. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn20">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Yang dimaksud dengan metode
“pemahaman” (<i>Verstehen</i>) adalah memahami fakta atau teks sesuai dengan
apa adanya tanpa dicampuri oleh persepsi penafsir. Seorang penafsir hanya
berbicara sesuai dengan bagaimana teks berbicara. Sedangan, “penjelasan” (<i>erkleren</i>)
diwarnai oleh persepsi penafsir, bukan hanya bagaimana fakta atau teks itu berbicara
apa adanya. <i>Verstehen </i>adalah
metode fenomenologis, sedangkan <i>erkleren </i>adalah metode strukturalis.
Oleh karena itu, hermeneutika Ricoeur disebut hermeneutika fenomenologis
strukturalis. </span></div>
</div>
<div id="ftn21">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Paul Ricour <i>The Model of Text:
Meaningful Action Considered as Text </i>Social Research 38, 1971, 529-62.
dalam Hamid Fahmy. Lock.Cit. hlm.27. </div>
</div>
<div id="ftn22">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Lihat Ahmad Baso, <i>Islam
Pasca-kolonial: Perselingkuhan Agama, Kolonialisme, dan Liberalisme</i> (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>: Mizan, 200</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span>5</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><span dir="LTR"></span>). </span></div>
</div>
<div id="ftn23">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> Hasan Hanafi, <i>Dirasah
Islamiya, </i>Kairo : Maktabah Anglo Misriyah, 1981, hlm.63 dalam Muzair <i>Hermeneutika
dalam pemikiran Islam </i>Mazhab Jogja. Islamika. 2003. hlm.53 <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn24">
<div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/10.%20Telaah%20Hermeneutika.doc#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> There is no hermeneutics per
se, absolute and universal. Hermeneutics is hermeneutics for use. It is a part
of the socio political struggle. Since both tradition and revolution are legal.
Hermeneutics becames the legitimazing device for each one. It justifies the
legality of both tradition and revolution. Lihat. Hasan hanafi "islam in
the modern world" Vol. II <i>Tradition, Revolution and culture </i>(Cairo:
The Anglo Egyptian Bookshop, 1995) hlm. 184 <o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
<br />
<br />
</span><br />M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-56259978941525932682012-06-18T01:12:00.000-07:002012-06-18T01:12:30.252-07:00Etika dan Pendidikan<br />
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTMYB3PjwC9884a9TdHSln-9BKPPsk_rkFifn3T48jUbP8rZogR5T9kxa-NaSL_bgrVW9EKuiFyXelbvWnIwwNfQHkPVQqVZ023IHrMTB1Jp0ONaeMOOoVu6jK5AdvY8NW86FyHd7Z14d5/s1600/ethics-sign.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTMYB3PjwC9884a9TdHSln-9BKPPsk_rkFifn3T48jUbP8rZogR5T9kxa-NaSL_bgrVW9EKuiFyXelbvWnIwwNfQHkPVQqVZ023IHrMTB1Jp0ONaeMOOoVu6jK5AdvY8NW86FyHd7Z14d5/s320/ethics-sign.jpg" width="320" /></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: NL;">Oleh: M.
Arfan Mu’ammar<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Baru-baru
ini perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia mengadakan seleksi
penerimaan mahasiswa baru dengan melalui tes. Tes penerimaan ini bersifat
akademis dan terkadang berlatar belakang ekonomi. Gejala ini sangatlah umum,
artinya orientasi sistem pendidikan kita adalah intelektualistis. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ditingkat dasar
dan menengah misalnya, penilaian kelulusan dilihat dari “ujian akhir nasional”,
yang hanya mencakup tiga pelajaran: Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan
Matematika.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: NL;">Pelajaran
tersebut, cenderung bersifat intelektualistis. Padahal belum tentu siswa yang
memiliki intelektualitas baik memiliki moralitas dan mental yang baik pula.
Lantas apa standar kelulusan moral dan mental itu? </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">Oleh karena
itu perlu dipertanyakan bagaimana kepribadian dan tingkah laku siswa dalam
sistem pendidikan nasional dan masihkan sistem penilaiannya bersifat
intelektualistis? </span><span style="background-color: white;"><span class="fullpost"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: NL;">Selama ini,
penilaian kepribadian dan tingkah laku siswa hanya sebatas jam pelajaran
disekolah. Padahal siswa berada disekolah tidak lebih dari sepuluh jam. Tidak
heran jika diluar sekolah siswa-siswa berprilaku miring dan beraktifitas yang
tidak produktif. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">Memang,
prestasi Indonesia dalam kejuaran Fisika akhir-akhir ini sudah cukup
menggembirakan. Akan tetapi di sisi lain, kenakalan remaja dan remaja
berprestasi cukup menggelisakahkan. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">Kenyataan
semacam ini seakan menghadapkan kita pada dua pilihan yaitu: pendidikan yang
intelektualistis atau pendidikan moralistis. Namun, itu bukanlah pilihan yang
kaku. Memilih yang pertama berarti mengorbankan yang kedua, memilih yang kedua
berarti kehilangan yang pertama. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">Intelektualitas
tidak menjamin accountabilitas atau hilangnya sikap-sikap mental korupsi, kolusi,
nepotisme dan sebagainya. Di sisi lain, moralitas yang kaku bisa
mengesampingkan intelektualitas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Orientasi
Pendidikan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: NL;">Dunia pendidikan
kita saat ini, hanya mengiginkan siswa-siswa yang cerdas, kreatif, kritis dan
berprestasi secara akademik, tujuan pendidikan semacam ini dapat dilihat dalam
pemikiran Ivan Illich dan Paulo Freire Misalnya (Lihat: Deschooling Society
& The Pedagogy of the Oppressed). Padahal, tujuan pendidikan nasional
adalah manusia Indonesia yang utuh, yaitu yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan YME, berbudi pekerti luhur dan seterusnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: NL;">Orientasi
pendidikan nasional tersebut terkadang mengalami pergeseran, khususnya ketika
mencuatnya isu otonomi pendidikan. Disatu sisi otonomi pendidikan memberikan
keleluasaan bagi sekolah untuk mengembangkan metode dan sistem pendidikan, tapi
disisi lain improvisasi metode dan sistem itu tidak terkontrol.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: NL;">Di tingkat
dasar dan menengah misalnya, khususnya yang terletak di pedesaan, sekolah
mewajibkan siswinya untuk memakai jilbab dan pakaian yang sopan, sedangkan
sekolah yang berada diperkotaan umumnya, tidak memiliki penekanan pada aspek
ini, tidak heran jika banyak ditemukan siswi yang tidak berjilbab dan berpakain
kurang sopan. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">Disamping itu, tujuan pendidikan
nasional belum sepenuhnya terimplementasikan dalam kurikulum yang dikembangkan
saat ini, kurikulum tingkat satuan pendidikan rupanya lebih menekankan aspek
kognitif siswa, dengan adanya pembelajaran kontekstual.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Jika pembelajaran kontekstual
dapat disesuaikan dengan konteks lingkungan, maka akan berdampak positif bagi
murid, khususnya pada pelajaran agama. Sayangya, pembelajaran kontekstual saat
ini hanya sebatas pada pembelajaran eksakta dan belum sepenuhnya menyentuh
pelajaran agama, karena minimnya pembelajaran agama dibanding pelajaran lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pelajaran agama ditingkat dasar
dan menengah negri memiliki porsi yang lebih sedikit dibanding pelajaran
eksakta. Paling banter, siswa menerima pelajaran agama, sekali dalam seminggu,
itupun hanya beberapa jam. Akibatnya banyak siswa lulusan tingkat menengah
belum sepenuhnya dapat membaca dan memahami al-Qur’an. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">Pemberian porsi lebih pada
pelajaran eksakta di tingkat dasar dan menengah, dapat ditangkap bahwa </span><span lang="NL" style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">orientasi
sistem pendidikan kita saat ini adalah intelektualistis.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Integrasi </span></b><b><span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: NL;">Etika dan Pendidikan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Di dalam
Islam, ilmu mendahului iman, artinya intelektualitas harus disertai dengan
moralitas. Jadi, percaya karena tahu, bukan percaya karena tidak tahu,
sebagaimana yang dinyatakan Sayyed Hosein Nashr: <i>Credo ut Intellegam: “</i>saya
percaya karena saya mengetahui”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Berbeda
dengan doktrin kristen yang mengajarkan kepercayaan walaupun doktrin tersebut
tidak dapat dibuktikan, dengan istilah latinnya <i>Credo qua Absordum: </i>“saya
percaya walaupun doktrin itu tidak dapat dipercaya”. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-indent: 36pt;">Dengan
demikian, ilmu atau aspek intelektualitas, tidak dapat dipisahkan dari iman
atau aspek moralitas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Moralitas
atau etika dalam pandangan Islam sering disebut sebagai akhlak, Istilah akhlak <i>(khuluk
atau character)</i> di ambil dari al-Qur’an, sedangkan contoh dari akhlak
sendiri adalah sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi Muhammad. </span><i><span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .3pt; mso-ansi-language: NL;">and you (Muhammad) are on an </span></i><i><span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt; mso-ansi-language: NL;">exalted standard of character</span></i><span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt; mso-ansi-language: NL;">. Selain
dari itu, istilah <i>khuluk </i>dalam khazanah Islam klasik di definisikan
sebagai sebuah jiwa yang menentukan tindakan manusia </span><i><span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.4pt; mso-ansi-language: NL;">the </span></i><i><span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.3pt; mso-ansi-language: NL;">soul which determines human actions</span></i><i><span lang="NL" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt; mso-ansi-language: NL;">.</span></i><span lang="NL" style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif;"> Sedangkan moral dan akhlak dalam cakupan pendidikan, di
definisikan oleh sebagaian cendikiawan muslim sebagai <i>adab. </i></span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif;">Karena salah satu hal yang
melekat dalam konsep pendidikan Islam adalah penanaman <i>adab </i>(the inculcation
of adab).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Jadi, akhlak
dan moral merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan. Karenanya
barang siapa yang bertambah ilmunya tetapi moralnya tidak bertambah, maka dia semakin jauh dari Tuhannya <i>Man Izdada
Ilman Walam Yazdad Hudad, Lam Yazdad Minallahi Illa Bu’dan.</i> Dengan demikian
integrasi antara olah fikir dan olah dzikir menjadi semacam keniscayaan.
Waallahu a’alam bi as-Showab</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">M. Arfan Mu’ammar<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Staff Centre for Islamic and Occidental Studies<o:p></o:p></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Darussalam Institute of Islamic Studies, Gontor<o:p></o:p></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
</span><br />M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-59668457098165142492012-06-18T01:07:00.000-07:002012-06-18T01:07:09.849-07:00Gagasan Ivan Illich Dalam Pendidikan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMohx4agfWBLpX4AC5kvzWef3K1RLp-Akfjb9y2YXXXEMw6uYFy6-qImrpv1wVTApwL_SXXtl9-z-2yAQ10cphrYlC2Ux_Pzq7DlsaSRqqNwHzI2-wtTL42ILCGQ6C2yQvfrxNYIK0Z47m/s1600/61204_pembaca_koran_di_bandara_minneapolis_st_paul_international_airport__as.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMohx4agfWBLpX4AC5kvzWef3K1RLp-Akfjb9y2YXXXEMw6uYFy6-qImrpv1wVTApwL_SXXtl9-z-2yAQ10cphrYlC2Ux_Pzq7DlsaSRqqNwHzI2-wtTL42ILCGQ6C2yQvfrxNYIK0Z47m/s320/61204_pembaca_koran_di_bandara_minneapolis_st_paul_international_airport__as.jpg" width="320" /></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i style="background-color: white;"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><br />Oleh : M. Arfan Mu’ammar<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 12pt;">[1]</span></b></span></span></a></span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pendidikan yang
selama ini dianggap sebagai pahlawan dalam menegakkan kebenaran, pahlawan dalam
membangun bangsa. Ternyata hanyalah sebuah topeng untuk mengelabui para
konsumennya. Dengan segala semboyan atas nama pembangunan dan perkembangan anak
didik, mereka para praktisi pendidikan mulai melebarkan sayapnya, terbukti dengan
semakin menjamurnya persekolahan dimana-mana, dan sekolah, kini dianggap
sebagai jalan hidup bagi manusia modern. Mereka yang tidak sekolah berarti
mereka terbelakang. Padahal memperoleh ilmu pengetahuan tidak mesti melalui
sekolah. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sehingga
tidak heran jika model pendidikan seperti ini menuai kritikan dari berbagai
kalangan, diantaranya adalah Ivan Illich. Gagasannya untuk menggulingkan
sekolah dan menyadarkan masyarakat akan kebohongan ini, perlu kiranya diberi
dukungan dari berbagai pihak. Walaupun beberapa gagasannya tersebut perlu juga kita
telaah secara kritis dari sudut pandang Islam. Karena ternyata Ivan Illich
seakan mengesampingkan etika dalam tujuan pendidikan, yang berakibat pada
kebebasan tak terbelenggu dan liar. Sehingga muncul ungkapan “</span><i style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;">karena
kebebasanlah siswa berpikir</i><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;">”. Disamping itu, penilaian Ivan Illich terhadap
masyarakat hanya sampai pada sisi materialnya saja. Padahal di dalam Islam,
materi bukanlah ukuran kebaikan seorang. </span><span style="background-color: white;"><span class="fullpost"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kata
Kunci : </span></b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Etika,
kebebasan, demokrasi, persekolahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia
akan mengalami sebuah perubahan yaitu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.
Dan lebih dari itu, dengan pendidikan manusia akan sangat tinggi derajatnya<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Dengan demikian, Pendidikan merupakan upaya mulia dalam rangka menghilangkan
kebodohan dan memanusiakan manusia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imanuel
Kant bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. <i>“Man Can
Become Man Through Education Only”</i></span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> </span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Akan tetapi tujuan pendidikan
tersebut, saat ini telah jauh dari harapan. Seperti yang terjadi di
negara-negara berkembang, bahkan negara-negara maju sekalipun, semisal di
Amerka Latin. Pendidikan hanya di jadikan sebagai komoditi yang di jajakan<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Sedangkan guru adalah subyek aktif, dan anak didik adalah obyek pasif yang
penurut. Pendidikan akhirnya bersifat negatif di mana guru memberikan informasi
yang harus ditelan, serta wajib diingat dan dihafalkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kemampuan pendidikan seperti ini,
akan mengurangi atau menghapus daya kreasi dan kemampuan kritis pada siswa. Matinya
sebuah kreasi dan kreativitas anak didik tersebut, akan membuatnya lamban untuk
berkembang. Sehingga membuat siswa hanya sebagai penakut, pasif, serta jauh
dari pemikiran kritis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Maka tidak heran, jika pendidikan
semacam itu menuai banyak kritikan, sebut saja diantaranya adalah Ivan Illich.
Walaupun masih banyak para pakar pendidikan lainnya yang jalan pikirannya
berkaitan dengan kritik Ivan Illich seperti Paulo Freire<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
Carl Rogers<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
Abraham Maslow<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
B.F Skinner<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
Jerome Bruner<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
dan Malcom S. Knowles<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Akan tetapi, makalah ini hanya
akan mencoba mengkaji secara kritis, sedikit pemikiran dan gagasan Ivan Illich
dalam dunia pendidikan. Khususnya pendidikan yang berlangsung di Amerika Latin
saat itu, dimana Ivan Illich hidup. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Biografi
Singkat Ivan Illich<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Ivan Illich lahir di Wina sebuah <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city> yang menjadi ibu <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city> negara <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Austria</st1:place></st1:country-region> pada
tahun 1926, tidak diketahui tanggal lahirnya. Sejak kecil ia mendapatkan kasih
sayang dari kedua orang tuanya, dan sejak kecil pula ia mendapatkan pelajaran
dan didikan dari orang tuanya, ia termasuk anak yang cerdas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Setelah lulus dari sekolah
tingkat pertama, kemudian Ivan Illich melanjutkan pendidikannya di Universitas
Gregoriana, Roma, Italia. Di universitas itu Ivan Illich belajar tentang
teologi. Setelah mendapatkan gelar sarjananya di Universitas Gregoriana, Roma,
Italia, kemudian ia memutuskan untuk sekolah lagi di Universitas <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Salzburg</st1:place></st1:city>. Di Universitas
tersebut ia mendapatkan gelar doktor di bidang ilmu sejarah, dan tidak lama
kemudian ia diangkat atau ditahbiskan sebagai imam gereja katolik Roma.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pada tahun 1951 ia telah mendarat
di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city> <st1:state w:st="on">New
York</st1:state></st1:place>, Amerika Serikat. Karena waktu itu <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city> <st1:state w:st="on">New York</st1:state></st1:place>
telah dipenuhi oleh imigran-imigran dari negara Irlandia dan <st1:place w:st="on">Puerto
Rico</st1:place> maka sehari-hariannya hidupnya ia habiskan dengan memberikan
bimbingan baik bimbingan pendidikan maupun bimbingan keagamaan dan ia juga
berkarya di tengah-tengah imigran tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kemudian ia pergi ke Mexico, dan
pada tahun 1956-1969 ia menjadi salah satu pendiri Centre For Intercultural
Documentation (CIDOC) di Cuernavara, Mexico, dan sejak tahun 1964-1976 ia
mendapatkan suatu penghormatan untuk memimpin seminar-seminar penelitian
tentang Institusional Alternative In a Technological Society dengan memfokuskan
studi-studi tentang Amerika Latin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Komitmennya pada humanisme
radikal menjadikan ia salah seorang hero bagi kaum katolik kiri. Akibatnya
sepak terjangnya banyak tidak dimengerti oleh hirarki gereja dan
lembaga-lembaga konvensional serta ide-ide yang berlaku tentang apa itu
keutamaan sosial.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Sejak tahun 1981, Ivan Illich
menjadi profesor tamu di <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Gottingen</st1:place></st1:city>
dan berlin di Jerman. Dan akhir tahun 1982 ia mengajar <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">di Berkeley</st1:city>, <st1:state w:st="on">California</st1:state></st1:place>,
Amerika Serikat. <a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Ivan Illich yang dilahirkan di
Wina pada tahun 1926 adalah tokoh pendidikan yang sangat kontroversial dengan
ide-ide pembebasannya tentang persekolahan, sehingga dikelompokkan sebagai
pemikir “humanis radikal”. Ia termasuk orang yang mempunyai kepribadian yang
langka, kegembiraan yang besar, wawasan luas, dan daya cipta yang subur, seluruh
pemikirannya didasarkan pada perhatiannya terhadap penyempurnaan manusia secara
fisik, secara rohaniah, dan secara intelektual <a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Dan Ivan Illich meninggal pada tanggal 2 Desember 2002.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Semasa hidupnya, ia sempat
mengeluarkan karyanya dalam bentuk buku-buku ilmiah, diantara buku-buku yang
sudah terbit di <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
adalah :<o:p></o:p></span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Celebration
of Awareness (diterbitkan oleh Ikon Teralitera pada tahun 2002 dengan judul
Perayaan Kesadaran).<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Medical
Nemesis (diterbitkan oleh Yayasan Obor Nasional pada tahun 1995 dengan
judul Batas-batas Pengobatan).<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Deschooling
Society (diterbitkan oleh Obor Nasional pada tahun 2000 dengan judul
Bebaskan Masyarakat dari Belenggu Sekolah).<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Vernacular
Gender (diterbitkan oleh Pustaka Pelajar pada tahun 1998 dengan judul
Matinya Gender).<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Sebelum beranjak ke pembahasan
tentang gagasan-gagasan Ivan Illich dalam pendidikan, ada baiknya jika kita
sedikit melihat kondisi obyektif pendidikan di Amerika Latin saat itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kondisi Obyektif
Pendidikan di Amerika Latin<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Menurut Illich, pendidikan yang
berlangsung di Amerika Latin saat itu tidak mampu menjawab bahkan menyelesaikan
persoalan yang dihadapi oleh siswa. Sekolah hanya mendorong kepada pengasingan
siswa dari hidup. Sekolah hanya memaksa semua anak untuk memanjat tangga
pendidikan yang tidak berujung dan tidak meningkatkan mutu, melainkan hanya
menguntungkan individu-individu yang sudah mengawali pemanjatan itu sejak dini.
Pengajaran yang diwajibkan di sekolah membunuh kehendak banyak orang untuk
belajar mandiri, pengetahuan dilakukan ibarat komoditi, dikemas-kemas dan
dijajakan.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: 'Goudy Old Style', serif;">Sehingga Sistem</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> pendidikan yang ada waktu itu
dapat diandaikan sebagai sebuah bank (banking concept of education) dimana
pelajar diberi ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendapatkan hasil dengan
lipat ganda. Jadi, guru adalah subyek aktif, sedangkan anak didik adalah obyek
pasif yang penurut. Pendidikan akhirnya bersifat negatif di mana guru
memberikan informasi yang harus ditelan yang wajib diingat dan dihafalkan.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Padahal,
Amerika latin saat itu telah memutuskan untuk mengembangkan sekolah. Akan tetapi
anehnya, ditiap-tiap sekolah itu juga di bangun benih-benih korupsi
kelembagaan, dan ini semua atas nama pertumbuhan. Sebagaimana yang di
ungkapkannya :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">Latin America</span></st1:place><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> has decided to
school itself into development. This decision results in the production of
homemade inferiority. With every school that is built, another seed of
institutional corruption is planted, and this is in the name of growth<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Penanaman benih-benih korupsi
kelembagaan ini, secara tidak langsung telah terbangun di dalamnya sebuah
jembatan sempit untuk menyeberangi jurang sosial yang semakin lebar, kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan hanya di peroleh bagi kalangan-kalangan elit, yang
kaya semakin kaya dan pintar, sedang yang miskin semakin miskin dan bodoh. Hingga
akhirnya, sekolahpun seakan acuh tak acuh terhadap orang yang gagal untuk
menanggung kesalahan atas keterpinggirannya.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></a>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Sistem pendidikan yang tergambar
di atas, secara alami telah menciptakan sebuah kebiasaan-kebiasaan yang tidak diharapkan
oleh pendidikan saat ini. Diantara Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di
sekolah waktu itu adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
mengajar, siswa diajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
tahu segalanya, siswa tidak tahu segalanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
berpikir, siswa dipikirkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
bicara, siswa mendengarkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
mengatur, siswa diatur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
memilih dan memaksakan pilihannya, siswa menuruti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
bertindak, siswa membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan guru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
memilih apa yang diajarkan, siswa menyesuaikan diri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">9.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dan wewenang profesionalismenya, dan
mempertentangkannya dengan kebebasan siswa-siswa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">10.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guru
adalah subyek proses belajar, siswa adalah obyeknya.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dari pemaparan di atas, sedikit
kita akan bisa membuka mata, bagaimana potret pendidikan yang berlangsung di
Amerika latin waktu Ivan Illich hidup. Dimana sekolah telah bergeser dari
nilai-nilai keluhurannya, sekolah dijadikan ruang komoditi, pengetahuan
dikemas-kemas dan dijajakan, sekolah dijadikan tempat dehumanisasi yaitu proses
penurunan martabat manusia. Maka wajar jika kemudian Ivan Illich mengkritik
habis-habisan model pendidikan yang dikembangkan di sekolah-sekolah yang
terdapat di Amerika latin. Maka, menurutnya sekolah harus ditiadakan, dia yakin
bahwa tujuan peniadaan sekolah dalam masyarakat akan menjamin siswa dapat
memperoleh kebebasan dalam belajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Walaupun demikian, makalah ini
tidak hanya melihat gagasan Illich dalam sudut pandang Islam, sehingga membuat
kontruksi sepihak. Akan tetapi gagasan ini juga dilirik dari sudut pandang
lain, yang memungkinkan gagasannya dapat dilihat secara lebih kritis lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Tujuan
Pendidikan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Untuk mencapai hal yang maksimal
dan yang diinginkan dalam out put di dunia pendidikan, perlu rasanya untuk
sejenak melihat dan merumuskan tujuan-tujuan dari pendidikan itu sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Menurut Illich sistem pendidikan
yang baik dan membebaskan harus mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pendidikan harus memberi
kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar
pada setiap saat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pendidikan harus mengizinkan
semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dengan
mudah, demikian pula bagi orang yang ingin mendapatkannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Menjamin tersedianya masukan umum
yang berkenaan dengan pendidikan.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Dari tiga
tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan bagi Illich adalah
terjaminnya kebebasan seseorang untuk memberikan Ilmu dan mendapatkan Ilmu. Karena
memperoleh pendidikan dan Ilmu adalah hak dari setiap warga negara dimanapun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Hak dan
kewajiban dalam menuntut ilmu sebagaimana yang diharap Illich di atas, agaknya
sejalan dengan islam, karena islam sendiri telah mewajibkan hambanya untuk
menuntut ilmu <i>Tholabul Ilmi Faridhotun ‘Ala Kulli Muslimin Wa Muslimatin </i>(menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim laki-laki maupun perempuan)<i> </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Akan tetapi,
Illich tidak mendifinisikan bahwa tujuan pendidikan sebenarnya adalah untuk
membentuk “Good and Righteous Man” yaitu manusia yang bermoral, sebagaimana
yang terdapat dalam Islam, bahwa tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya adalah
membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, yang selalu menjalankan Syari’ah
dan hukum-hukum Islam. Sebagaimana yang di ungkapkan Al-Attas:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;">The aim of Muslim education is the creation of the “good and righteous man”
who worships Allah in the true sense of the term, builds up the structure of
his earthly life according to the sharia (Islamic law) and employs it to
subserve his faith.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Akhlak dan
moral merupakan suatu hal yang tidak dapat kita pisahkan dalam pendidikan.
Karenanya barang siapa yang bertambah ilmunya tetapi moralnya tidak bertambah,
maka dia semakin jauh dari Tuhannya <i>Man
Izdada Ilman Walam Yazdad Hudad, Lam Yazdad Minallahi Illa Bu’dan. <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Istilah
akhlak <i>(khuluk atau character)</i> di ambil dari al-Qur’an, sedangkan contoh
dari akhlak sendiri adalah sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi Muhammad. </span><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .3pt;">and you
(Muhammad) are on an </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">exalted standard of character </span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.25pt;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">. Selain
dari itu, istilah <i>khuluk </i>dalam khazanah islam klasik di definisikan sebagai
sebuah jiwa yang menentukan tindakan manusia </span><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.4pt;">the </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.3pt;">soul which
determines human actions</span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.3pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.3pt;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">Adapun Al-
Farobi salah seorang cendikiawan islam klasik<i> </i>mendifinisikan <i>khuluk </i>sebagai
sebuah jiwa, dimana seseorang mengerjakan kebaikan dan keadilan adalah
menggambarkan sifat kebaikannya. Dan jika ia mengerjakan tindakan jahat dan
buruk, itu menggambarkan sifat keburukannya. </span><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .4pt;">The states of the soul by which
a man does good deeds </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.15pt;">and fair actions are the virtues, and those by which he
does </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">wicked deeds and ugly actions, are the vices</span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; letter-spacing: .25pt;">.</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">Sedangkan Yahya ibnu ‘Adi (d.974) memberikan definisi
yang mendekatinya, yaitu sebagai sebuah jiwa yang mendorong pada tindakan tanpa
pikiran sebelumnya <i>a state of the soul by which man performs his actions
without thought or deliberation</i></span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">Definisi Yahya ini, di ikuti oleh beberpa cendikiawan muslim
lainnya seperti Ibnu Miskawaih (d.1030). Demikian juga dengan cendikiawan
muslim lainnya yang menulis tentang etika dalam islam, seperti al-Ghazali (d.
1111)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></a>,<sup> </sup>Fakhr
al-Din al-Razi (d. 1209)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
al-Tusi (d. 1274)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></a>, alDawwani
(d. 1502)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
dan yang lainnya</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .5pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Adapun moral dan akhlak dalam cakupan pendidikan, di
definisikan oleh sebagaian cendikiawan muslim sebagai <i>adab. </i>Karena salah
satu hal yang melekat dalam konsep pendididkan islam adalah penanaman <i>adab </i>(inculcation
of <i>adab).</i></span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;">The fundamental element inherent in the concept of education in Islam is
the inculcation of <i>adab </i>(ta’dib),</span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> for it is <i>adab </i>in the all-inclusive sense al-Attas mean, as
encompassing the spiritual and material life of a man that instils the quality
of goodness that is sought after<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Sedangkan <i>adab </i>sendiri, oleh al-Attas di ibarat
layaknya sebuah undangan untuk menghadiri jamuan spiritual <i>inviting to a
banquet. </i>Karena itulah ilmu pengetahuan dalam islam sangat dimuliakan
seperti halnya al-Qur’an, karena al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan
bagi islam. Maka dalam mencari dan menikmati ilmu pengetahuan yang dimuliakan
itu, selayaknya didekati dengan perilaku yang sesuai dengan sifatnya yang
mulia. Sebagaiman yang dijelaskan al-Attas :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> Kitab
suci al-Qur’an adalah undangan Tuhan kepada manusia untuk menghadiri jamuan
kerohanian, dan cara memperoleh ilmu pengetahuan yang sebenarnya tentang
al-Qur’an itu adalah dengan menikmati makanan-makanan yang lezat yang tersedia
dalam jamuan kerohanian tersebut. Artinya, karena kenikmatan makanan yang lezat
dalam jamuan istimewa itu ditambah dengan kehadiran kawan yang agung dan
pemurah, dan karena makanan tersebut dinikmati menurut cara-cara, sikap, dan
etiket yang suci, maka hendaknya ilmu pengetahuan yang dimuliakan dan sekaligus
dinikmati itu didekati dengan perilaku yang sesuai dengan sifatnya yang mulia</span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn30" name="_ftnref30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><i><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[30]</span></b></span><!--[endif]--></span></i></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;">. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Dari
pemaparan diatas telah jelas bagi kita, bahwa tujuan pendidikan pada hakekatnya
adalah membentuk manusia yang bermoral dan ber akhlak. Bukan hanya membentuk
kecerdasan dan kepintaran seorang siswa, atau juga tidak hanya mementingkan
kebebasan dalam memperoleh dan memberikan pendidikan sebagaimana yang di
definisikan Ivan Illich di atas. Sehingga berdampak pada kebebasan berfikir siswa
yang tidak terbatas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Kebebasan
dalam Pendidikan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Erich From
mengungkapkan bahwa pemikiran Ivan Illich yang terpenting adalah: membebasakan
anggapan masyarakat dan membuka pintu untuk bisa membawa masyarakat keluar dari
anggapannya yang sudah mapan. </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Sebagaimana
yang diungkapkannya: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">The
importance of his thoughts... lies in the fact that they have a liberating
effect on the mind by showing new possibilities; they make the reader more
alive because they open the door that leads out of the prison of routinized,
sterile, preconceived notions<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn31" name="_ftnref31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[31]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Untuk lebih kongkritnya ide-ide
pembebasan Ivan Illich dalam dunia pendidikan tertuju pada sasaran-sasaran
sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Untuk membebaskan akses pada
barang-barang dengan menghapus kontrol yang selama ini di pegang oleh orang
atau lembaga atas nilai-nilai pendidikan mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Untuk membebaskan usaha
membagikan keterampilan dengan menjamin kebebasan mengajar atau mempraktekkan
ketrampilan itu menurut permintaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Untuk membebaskan sumber-sumber
daya yang kritis, dan kreatif yang dimiliki rakyat dengan mengembalikan kepada
masing-masing orang, kemampuannya dalam mengumpulkan orang dan mengadakan
pertemuan. Suatu kemampuan yang kini makin dimonopoli oleh lembaga-lembaga yang
menganggap diri berbicara atas nama rakyat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Untuk membebaskan individu dari
kewajiban menggantungkan harapan-harapan pada jasa-jasa yang diberikan oleh
profesi mapan manapun seperti sekolah, dengan memberikan kesempatan belajar
dari pengalaman teman sebayanya dan mempercayakannya kepada guru, pembimbing,
penasehat yang dipilihnya sendiri. Upaya membebaskan masyarakat dari
kecenderungan menganggap sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan mau
tidak mau akan menghapus perbedaan ekonomi, pendidikan, dan politik yang
menjadi tumpuan stabilitas tatanan dunia dan stabilitas banyak bangsa sekarang
ini.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn32" name="_ftnref32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[32]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dari poin-poin di atas dapat kita
simpulkan bahwa Illich mencoba membebaskan masyarakat dari anggapannya tentang
sekolah sebagai sarana satu-satunya untuk memperoleh pendidikan. Ilmu
pengetahuan bagi Illich, tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah, akan tetapi
dapat diperoleh dari luar sekolah seperti lingkungan sekitar dan alam. Pada
akhirnya, seorang siswa hanya bisa menuruti apa yang telah dijajakan oleh
sekolah berupa ilmu pengetahuan, tanpa harus tahu dari mana dan bagimana ilmu
pengetahuan tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Bersikap menuruti apa kata orang
lain tanpa didasari pengetahuan yang memadai, berarti telah menempatkan
seseorang pada wilayah yang terbelenggu oleh batas-batas pikiran orang lain,
yang memunculkan sikap hidup yang kurang atau bahkan tidak kreatif sama sekali.
Sebagaimana yang disinyalir dalam al-Qur’an.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-left: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta
pertanggung jawaban”.</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn33" name="_ftnref33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[33]</span></span><!--[endif]--></span></a></span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Ayat di atas dapat menjadi
referensi, bahwa di dalam Islam, tidak dibenarkan adanya sikap menuruti tanpa
disertai dengan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Disamping itu, kebebasan bagi
Illich adalah kebebasan individu dalam daya kreasi dan pemikiran kritis, “karena
kebebasanlah siswa akan berpikir”. Dan kebebasan dalam dunia pendidikan adalah
kebebasan untuk berbicara atau berargumen <i>The arguments for academic freedom
are the same as those for freedom of speech, and they rest on the same
foundation</i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn34" name="_ftnref34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[34]</span></span><!--[endif]--></span></a><i>.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Tampaknya kebebasan yang di
lancarkan oleh Illich tidak memiliki batasan-batasan tertentu, maka disitulah
pentingnya akhlak dalam pendidikan. Tanpa akhlak, pengetahuan kebebasan akan
menjadi liar. Yang dimaksud kebebasan dalam konteks islam adalah kebebasan yang
tanpa meninggalkan tradisi atau yang mempersoalkan masalah-masalah usul.
Kebebasan dalam islam adalah kebebasan memilih yang baik dari yang tidak baik
berdasarkan ilmu. Jika seseorang tidak mempunyai ilmu untuk membedakan yang
baik dan buruk, ia tidak bebas memilih. Kebebasan seperti ini disebut <i>ikhtiyar,
</i>artinya memilih yang <i>khayr </i>(baik). Jadi bebas dalam batas-batas
pengetahuan islam yang dapat dipertanggung jawabkan<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn35" name="_ftnref35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[35]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Nampaknya kebebasan berfikir yang
dimaksud Ivan Illich ini, agaknya sejalan dengan apa yang di utarakan oleh
hakim Amerika O.W. Holmes yang menyatakan bahwa “kebebasan berfikir adalah
perdagangan bebas dalam ide-ide (free trades in ideas)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn36" name="_ftnref36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[36]</span></span><!--[endif]--></span></a>”.
Ini yang ia sebut sebagai <i>Intellectual Freedom. <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Akan tetapi Yang perlu
dipertanyakan sekarang adalah : apakah kebebasan berfikir dan kebebasan
berpendapat seperti yang dimaksud Illich diatas dapat diterima dalam
batas-batas nilai keislaman?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Demokrasi
Pendidikan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Menurut Illich, Sekolah merupakan
sarana umum yang palsu, sekilas memang sekolah memberi kesan terbuka terhadap
semua orang yang datang ke sekolah. Tetapi dalam kenyataannya sekolah hanya
terbuka kepada mereka yang terus-menerus memperbarui <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">surat</st1:place></st1:city> kepercayaan mereka. Maka Sekolah di ibaratkan
seperti jalan tol, bagi mereka yang mampu membayar biaya sekolah, maka mereka
akan dengan leluasa masuk pada pendidikan di sekolah dan menikmatinya, tetapi
bagi mereka yang tidak mampu membayar, maka mereka tidak ada kesempatan untuk
memperoleh pendidikan di sekolah, ini diakibatkan karena mahalnya biaya
pendidikan.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn37" name="_ftnref37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[37]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Karena mahalnya biaya sekolah
inilah, kemudian Ivan Illich berharap adanya sebuah demokrasi dalam memperoleh
pendidikan, dimana pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan, baik kaya
ataupun miskin. Sejenak mari kita telaah anak-anak usia sekolah dasar yang
tertampung dan dapat mengenyam pendidikan di beberapa negara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kesempatan belajar<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Ratio Anak Usia Sekolah Dasar
Yang Tertampung<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: -12.6pt; width: 567px;">
<tbody>
<tr>
<td rowspan="2" style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 4.0cm;" width="151">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kawasan/Negara<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td rowspan="2" style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.0pt;" width="132">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Usia</span></b></st1:city><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <st1:state w:st="on">SD</st1:state></span></b></st1:place><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td colspan="2" style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 213.1pt;" valign="top" width="284">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Ratio Yang Diterima<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 106.55pt;" valign="top" width="142">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Seluruhnya<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 106.55pt;" valign="top" width="142">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Anak Wanita<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 4.0cm;" valign="top" width="151">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">AFRIKA<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Algeria</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Botswana</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Burundi</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Chad</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Libya</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Mali</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Maroko<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Togo</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">ASIA</span></st1:place><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Cambodya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">India</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Indonesia</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Iran</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Malasyia
Barat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Thailand</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">AMERIKA
LATIN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Bolivia</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Equador<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Guetamala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Honduras</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;">
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Paraguay</span></st1:place></st1:country-region><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.0pt;" valign="top" width="132">
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">7-13<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">7-15<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-10<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">7-12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">7-12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">6-11<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">7-12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">7-12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">7-12<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 106.55pt;" valign="top" width="142">
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">70<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">77<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">29<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">31<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">90<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">18<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">54<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">13<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">84<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">56<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">72<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">60<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">88<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">81<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">88<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">94<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">61<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">89<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">102<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 106.55pt;" valign="top" width="142">
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">54<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">80<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">18<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">14<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">54<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">12<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">36<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">9<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">89<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">40<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Tt<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">44<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">85<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Tt<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">73<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">91<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">55<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">88<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">99<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Sumber :
<i>Combs, New Path to Learning (31-32)<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Keterangan
: tt = tidak tercatat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Perbedaan
ratio di setiap negara tergantung pada perhitungan penduduk dinegara masing-masing.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dari kolom di atas dapat kita
lihat prosentase anak-anak usia sekolah yang dapat merasakan pendidikan. Dan
sebagian besar dari mereka yang tertampung adalah masyarakat menengah ke atas<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn38" name="_ftnref38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><i><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 12pt;">[38]</span></b></span><!--[endif]--></i></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kenyataan
ini tentu bertentangan dengan kebijakan pembangunan yang dianut oleh
masing-masing negara berkembang bahwa pendidikan adalah hak dan kewajiban
setiap warganegara. Kenyataan semacam ini juga diakibatkan karena pembiayaan
yang sangat besar jumlahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Akan tetapi, gagasan Illich ini
seakan terjebak dalam “Determenisme ekonomi Marxisme”, yaitu menilai masyarakat
hanya sampai pada sisi materialnya saja dan menganggap bahwa sejarah masyarakat
berlangsung menurut keniscayaan hukum-hukum alam. Karena basis Ekonomi
masyarakat menentukan superstruktur, maka perubahan pada basis itu berarti
mengubah superstruktur<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn39" name="_ftnref39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[39]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Padahal demokratisasi pendidikan
tidak hanya pada kesempatan memperoleh pendidikan, bahkan lebih dari pada itu,
yakni yang menyangkut pada sistem pembelajaran, seperti halnya konsep Paulo
Freire yaitu <i>Problem Possing Education<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn40" name="_ftnref40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 12pt;">[40]</span></b></span><!--[endif]--></span></a>.
</i>(pendidikan dengan pengajuan masalah). Karena selama ini <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">gaya</st1:place></st1:city> mengajar yang kita lihat di persekolahan
adalah guru cenderung untuk memberi perintah kepada peserta didik dan
memberikan rumus-rumus yang di anggap tepat dan dipandang cocok menurut guru.
Guru memainkan peran otoriter. Peranan guru yang otoriter ini pada dasarnya
merampas kebebasan peserta didik untuk mengembangkan cara berpikir kritis dan
reflektif. Untuk menghindari <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">gaya</st1:place></st1:city>
mengajar tersebut, maka <i>Freire </i>mengajukan <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">gaya</st1:place></st1:city> mengajar dengan menerapkan konsep
tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Selain dari pada itu, untuk
menciptakan pendidikan yang demokratis, tidak cukup sampai disitu, akan tetapi
demokratisasi dalam sistem pembelajaran tersebut masih perlu di dukung dengan
adanya demokratisasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu demokratisasi dalam
penyusunan, pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn41" name="_ftnref41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[41]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
demokratisasi dalam proses pembelajaran sejak penyiapan program pembelajaran,
sampai implementasi proses pembelajaran dalam kelas dengan memberikan perhatian
pada aspirasi siswa serta pelibatan masyarakat dalam pengembangan kurikulum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dengan demikian, sebuah
pendidikan dalam sebuah negara dapat di anggap demokratis jika mencakup tiga
unsur tersebut. Adapun cakupan dari pendidikan demokratis tersebut dapat kita
rumuskan :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo5; tab-stops: list -198.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Tidak ada kelas-kelas dalam
masyarakat, semua masyarakat berhak untuk mendapatkan pendidikan, dan
pendidikan tidak harus didapat dari sekolah, tapi anak didik bisa medapatkannya
dari lingkungan<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn42" name="_ftnref42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[42]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo5; tab-stops: list -198.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pelibatan siswa dalam proses
pembelajaran, yang tidak sekadar membuat mereka aktif dalam proses
pembelajarannya, tapi juga mereka diberi kesempatan dalam menentukan aktivitas
belajar yang akan mereka lakukan, bersama-sama dengan guru mereka<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn43" name="_ftnref43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[43]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo5; tab-stops: list -198.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Memperbesar partisipasi
masyarakat dalam pendidikan, tidak sekadar dalam konteks retribusi uang
sumbangan pendidikan, tapi justru dalam pembahasan dan kajian untuk
mengidentifikasi berbagai permintaan <i>stakeholder </i>dan <i>user </i>sekolah
tentang kompetensi siswa yang akan dihasilkannya<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn44" name="_ftnref44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[44]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Jadi bangunan pendidikan
demokratis dapat di simpulkan menjadi : (1). Demokrasi dalam memperoleh
pendidikan. (2) Demokrasi dalam sistem pembelajaran. dan (3). Demokrasi dalam
pengembangan kurikulum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Akan tetapi, demokrasi yang
dimaksud disni bukanlah demokrasi dalam tataran politik, akan tetapi pendidikan
yang bersemangat demokratis, adapun penjelasan tentang demokrasi dalam
pendidikan dapat kita simak kutipan berikut :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">In
democracy what the public needs to know about teachers in the educational
system is that they are competent. The competent teacher knows the subject he
is teaching and how to communicate it to his pupils. The definition of
competence does not shift with every wind of prejudice, religious, political,
racial or economic<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn45" name="_ftnref45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[45]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pada akhirnya dapat kita
simpulkan, bahwa gagasan demokrasi Ivan Illich hanya dalam tataran demokrasi
dalam memperoleh pendidikan, karena kondisi obyektif masyarakat Amerika Latin
saat itu telah mengalami diskriminasi dalam memperoleh pendidikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kurikulum
Tersembunyi dan Alternatif Persekolahan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Sekolah
memiliki sebuah struktur, dimana struktur itu mengisyaratkan pesan bahwa
individu tak bisa menyiapkan diri untuk hidup di masa dewasa dalam masyarakat
tanpa melalui sekolah, apa yang tidak diajarkan di sekolah berarti kecil
nilainya atau tak bernilai sedikitpun, dan apa yang dipelajari di luar sekolah
tak layak diketahui. Ivan Illich menamakan struktur ini dengan <i>Kurikulum
Tersembunyi </i>dalam persekolahan, karena ia menjadi kerangka kerja sistem di
mana segala perubahan atas kurikulum dibuat.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn46" name="_ftnref46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[46]</span></span><!--[endif]--></span></a>. Dan harus dimengerti
dengan jelas, bahwa kurikulum tersembunyi menerjemahkan “belajar dari kegiatan”
menjadi sebuah komoditas – dimana sekolah memonopoli pasar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Kurikulum tersembunyi adalah ritual yang bisa dianggap
sebagai inisiasi resmi anak sebelum masuk ke masyarakat modern, ditetapkan
secara intstitusional dalam sekolah. Tujuan ritual ini adalah bersembunyi dari
mata para pesertanya, dalam pertentangan antara mitos tentang masyarakat
egaliter dengan kenyataan kesadaran-kelas yang diabsahkannya<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn47" name="_ftnref47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[47]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Dari sinilah kemudian Ivan Illich mencoba untuk
mendekonstuksi sekolah <i>Disestablish School. </i>Akan tetapi dekonstruksi
yang dilkukan oleh Illich ini guna membangun sebuah <i>Convival Intitution </i>(alternatif
persekolahan). Karena Illich menganggap bahwa sekolah saat itu tidak dapat lagi
di andalkan untuk membentuk kualitas anak didik. Akan tetapi bagaimanakah
bangunan dari alternatif persekolahan tersebut? Itulah yang perlu kita
pertanyakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Bangunan dari alternatif persekolahan tersebut,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Ivan Illich adalah di bangun di atas style
persekolahan yang sekarang. Sebagaimana yang ia tulis :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> Universal
education through schooling is not feasible. It would be more feasible if it
were attempted by means of alternative institution built on the style of
present schools<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn48" name="_ftnref48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[48]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Pendidikan Universal (alternatif persekolahan) yang
dimaksud Illich tidaklah mustahil, dan itu akan menjadi mungkin jika alternatif
persekolahan tersebut dibangun di atas model pendidikan sekarang. Akan tetapi muncul
sebuah pertanyaan. Buat apa dia membangun gedung yang sama, setelah sebelumnya
ia hancurkan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Inilah yang perlu kita telaah bersama, ada beberapa tokoh
yang mengkritik gaya dekonstruksi Illich. Seperti </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">John Abbott, yang mengetuai
sebuah organisasi pendidikan<i> 2000 </i>di Uk, mengatakan :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">The deschooled
society is not a reality. in fact, during the modern age, the school
increasingly established its position in society. However, that position has
recently again been called into question. The school will probably not die away,
but its role in the postmodern society will certain not be sames as in the late
modern world<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftn49" name="_ftnref49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[49]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Gagasan Illich, bagi John adalah
tidak akan menjadi kenyataan selama abad modern, dimana sekolah semakin
menjamur dan banyak didirikan. Dan sekolah selamanya tidak akan pernah mati,
akan tetapi sekolah merupakan jalan hidup bagi masyarakat post-modern.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Penutup<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Setelah mengkaji pemikiran Ivan
Illich di atas, dapat kita simpulkan sebagai berikut : <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pertama : </span></i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Tujuan pendidikan bagi Ivan
Illich adalah kebebasan dalam berfikir, sehingga menimbulkan daya kreatifitas
anak, akan tetapi sayangnya Ivan Illich tidak memberikan batasan-batasan
kebebasan tersebut. Dan kebebasan ini sangat berbeda dengan kebebasan yang
dimaksud dalam Islam. Disamping itu tujuan pendidikan Islam adalah membentuk
manusia yang ber-etika dan ber-akhlak serta berbudi pekerti luhur, dan Ivan
Illich seakan mengesampingkan etika dalam pendidikan, padahal keduanya
merupakan kesatuan yang tak dapat terpisahkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <i>Kedua : </i>Gagasan pendidikan demokrasinya
hanya terbatas pada demokrasi dalam memperoleh pendidikan, sedangkan pendidikan
dalam suatu negara dapat dianggap demokratis jika memiliki tiga cakupan seperti
yang di paparkan di atas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Selain itu juga, gagasan
pendidikan demokrasinya seakan terjebak oleh Determenisme ekonomi Marxisme,
yang menilai manusia dari segi materialnya saja. Padahal didalam Islam, semua
manusia sama di mata Allah, yang membedakan hanyalah takwanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <i>Ketiga :</i> Gagasannya untuk
mendekonstruksi persekolahan bagi sebagian kalangan adalah sebuah hal yang
Utopis, karena semakin menjamurnya sekolah saat ini dan saat ini sekolah
menjadi jalan hidup bagi masyarakt post-modern.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <i>Keempat : </i>Gagasannya untuk
membangun alternatif persekolahan agak sedikit kabur dalam hal konsep. Karena
seakan-akan ia membangun bangunan yang sama setelah sebelumnya ia hancurkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Walaupun demikian, gagasan Ivan
Illich untuk membebaskan masyarakat dari belenggu sekolah paling tidak bisa
membuat masyarakat sadar, bahwa ilmu tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah
saja, dan sekolah bukanlah sarana satu-satunya dalam mencari ilmu pengetahuan.<o:p></o:p></span></div>
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></b>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Daftar
Pustaka<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Al-Attas, Syed Muhammad al-Naquib. <i>Aims And Objectives of Islamic
Education</i>. (Jeddah: King Abdul Aziz University. 1979)</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">______________________________.
<i>Islam and Secularism </i>(Kuala Lumpur: Art Printing Works Sdn. Bhd. 1993)</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Al-Ghozali <i>Ihya’ Ulumuddin, </i>Masyadul
Husaini, tt.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Conference Book, First World <i>Conference on Muslim Education</i>, (Jeddah-Mecca:
King Abdul Aziz University, 1393 A.H – 1977 A.D)</span><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 16.0pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Coombs, <i>The
World Educational Crisis : A System Analysis</i>. 1963. Dalam Prof. Dr. Sudjana
<i>Pendidikan Luar Sekolah: wawasan, sejarah perkembangan, falsafah, teori
pendukung dan asas</i> (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>,
Falah Production. 2001)</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dalin, Per and Val
D. Rust. <i>Toward Schooling for The Twenty-firs Century.</i> (<st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>. British
Library Cataloguing-in-Publication Data. 1996)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Paul Monroe (ed) <i>Encyclopaedia
of Psychology of Education</i> (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">New
Delhi</st1:place></st1:city> 110002. <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country-region>: Published By : Mrs. Rani
Kapoor for Cosmos Publications Div.of Genesis Publishing PLt. Ltd. 24 –B, <st1:street w:st="on"><st1:address w:st="on">Ansari Road</st1:address></st1:street>, Darya
Ganji. 2002)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Freire, Paulo. <i>The
Pedagogy of The Oppressed. </i>(New york: Herder and Herder. 1972)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">__________.
<i>Politik Pendidikan. </i>(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Hutchins, Robert
M. <i>The Meaning and Significance of Academic Freedom </i>(From The Annals of
The <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">American</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">Academy</st1:placetype></st1:place> of Political and Social Science,
XXX (July, 1955), 72-78. Copy right, 1955, The American Academy of Political
and Social Science) In Locke. Gibson. Arm <i>Toward Liberal Education </i>(<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">America</st1:place></st1:country-region>. August
1966)</span><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Illich,
Ivan. <i>Celebration of Awareness A Call for Institutional Revolution. </i>(Patheon
Books. 1969) terj. <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
oleh: Saut Pasaribu. <i>Perayaan Kesadaran</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>,
Ikon Teralitera. 2002)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">__________. <i>Deschooling
Society</i> (Harmondsworth: Penguin. 116 pages. First published by Harper and
Row 1971; now republished by Marion Boyars).</span><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">_________
<i>Bebaskan Masyarakat dari Belenggu Sekolah. </i>(<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Obor Nasional 2000)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">_________ dkk. <i>Menggugat
Pendidikan </i>(Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1999)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">__________ <i>Matinya
Gender</i>. (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>. Pustaka Pelajar 1998)</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Jamjoom, Ahmad Salah. Chairman, Follow-up Committee, First World <i>Conference
on Muslim Education</i>. 1st, (Mecca, 1977)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Marx,
K. and F. Engels. <i>On Religion. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Moscow</st1:place></st1:city>.
(Foreign Language Publishing House 1957)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Maslow, Abraham.
<i>Motivation and Personality.</i></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: "Goudy Old Style"; mso-hansi-font-family: "Goudy Old Style";"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;"><span dir="LTR"></span>(<st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>. Harper and Row
Publication. 1970) terj. <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
Oleh: Nurul Imam. <i>Motivasi dan Kepribadian. </i>(<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>: Rosda Karya. Cet IV. 1993)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Muslih, Mohammad. <i>Filsafat
Ilmu. </i>(<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Belukar. Cet II)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Omar, Mohd
Nasir. <i>Christian and Muslim Ethic – A Study of How to Attain Happiness as
Reflected in The Works on Tahdhib al-Akhlaq By Yahya Ibnu Adi (d. 974) and
Miskawaiyh (d. 10.30). </i>(<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Kuala
Lumpur</st1:place></st1:city>. Dewan Bahasa dan Pustaka. 2003)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Rasyada, Dede. <i>Paradigma
Pendidikan Demokratis : Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaran
Pendidikan.</i> (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>:
Kencana. 2004)</span><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 16.0pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Siddiqi,
Mazheruddin. <i>Modern Reformist Thought in The Muslim World </i>(Pakistan,
Islamic Research Institute, International Islamic University. 1982)</span><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Sudjana. <i>Pendidikan
Luar Sekolah: wawasan, sejarah perkembangan, falsafah, teori pendukung dan
asas.</i> (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>,
Falah Production. 2001)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Zarkasyi, Hamid
Fahmi. <i>Proyek Pembaharuan Pemikiran Islam <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> (kajian kritis dan dan
evaluatif)</i>. Makalah disampaikan pada Wokshop bertajuk <i>Evaluasi
Pembaharuan Pemikiran Islam. </i>Di Institut Studi Islam Darussalam ISID Gontor</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Website<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Bibliographical
reference: Smith, M. K. (2001) 'Ivan Illich: deschooling, conviviality and the
possibilities for informal education and lifelong learning', the encyclopedia
of informal education, <a href="http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm">http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm</a>.
Last updated: <st1:date day="13" month="6" w:st="on" year="2006">June 13, 2006</st1:date> <b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Fromm,
Erich. in his introduction to Celebration of Awareness A call for institutional
revolution, Harmondsworth Penguin. 156 pages. (First published by Harper and
Row 1971; now republished by Marion Boyars). Lihat. <a href="http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm">http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm</a>.
Last updated: <st1:date day="13" month="6" w:st="on" year="2006">June 13, 2006</st1:date>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Illich,
Ivan. <i>Energy and Equity</i>. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>:
Calder & Boyars, 1974. Created 95-06-11, last modified 95-06-11 by Ira
Woodhead / Frank Keller. <a href="http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm">http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm</a>. Last updated: <st1:date day="13" month="6" w:st="on" year="2006">June 13, 2006</st1:date>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">________
Celebration of Awareness</span></i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;"> <i>A Consitution for Cultural Revolution.</i>. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>: Calder &
Boyas, 1971. Created 95-08-02, last modified 95-08-02 by Ira Woodhead / Frank
Keller. Lihat. <a href="http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm">http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm</a>.
Last updated: <st1:date day="13" month="6" w:st="on" year="2006">June 13, 2006</st1:date>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<br /></div>
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Penulis adalah salah satu
pengkaji di Centre for Islamic and Occidental Studies di Institut Studi Islam
Darussalam. Sekaligus menjadi Staff di tempat yang sama. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Seperti yang tertulis dalam
al-Qur’an, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang menimba ilmu beberapa derajat. Lihat Q.S. al-Mujadilah 58 :
11.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Paul Monroe (ed), <i>Encyclopaedia
of Psychology of Education</i> .( <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">New
Delhi</st1:place></st1:city> 110002. <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country-region>, Published By : Mrs. Rani
Kapoor for Cosmos Publications Div.of Genesis Publishing PLt. Ltd. 24 –B, <st1:street w:st="on"><st1:address w:st="on">Ansari Road</st1:address></st1:street>, Darya
Ganji. 2002) h.282.</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Dalam Istilah lain. <i>The
Banking Concept of Education</i>. Lihat. Paulo Freire, <i>Pedagogy of The
Oppressed. </i>(<st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>.
Penguin Books. 1971).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Paulo Freire, <i>The Pedagogy of
The Oppressed. </i>(New york: Herder and Herder. 1972)<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Carl Rogers, <i>On Becoming A
Person. </i>(Boston: Houghton Mifflin. 1972)<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Abraham Maslow, <i>Motivation
and Personality.</i></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><span dir="LTR"></span>(New York. 1970)<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">B. F Skinner, <i>The Technology
of teaching</i>. (New York: Appleton Century Croft. 1968)<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Jerome S Burner, <i>Toward Teory
of Instruction.</i> <i>.</i>(Cambrige: <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Harvard</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place>
Press)<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn10">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Malcoms Knowles, <i>The Adult
Learner: A Neglected Species.</i></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><span dir="LTR"></span>(Huston: Gulf<i> </i>Publishing Co. 1973)<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn11">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Ivan Illich, <i>Deschooling
Society</i> (Harmondsworth: Penguin. 116 pages. First published by Harper and
Row 1971; now republished by Marion Boyars). Lihat Juga. Ivan Illich, <i>Energy
and Equity</i> (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>:
Calder & Boyars, 1974. Created 95-06-11, last modified 95-06-11 by Ira
Woodhead / Frank Keller. http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm. Last
updated: <st1:date day="13" month="6" w:st="on" year="2006">June 13, 2006</st1:date>.</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn12">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich, <i>Celebration of
Awareness A Call for Institutional Revolution. </i>(Patheon Books. 1969). terj.
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
oleh: Saut Pasaribu. <i>Perayaan Kesadaran</i>, (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:
Ikon Teralitera. 2002) h</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">.
</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">ix</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn13">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich, <i>Bebaskan
Masyarakat dari Belenggu Sekolah </i>(<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>:
Obor Nasional 2000)<i> </i>h. 165.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn14">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich dkk, <i>Menggugat
Pendidikan </i>(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999) h. 517.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn15">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-top: 12.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Paulo Freire, <i>Politik
Pendidikan. </i>(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) h. x.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn16">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Ivan Illich, <i>Celebration
of Awareness</i> <i>A Consitution for Cultural Revolution</i> (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>: Calder & Boyas, 1971. Created
95-08-02, last modified 95-08-02 by Ira Woodhead / Frank Keller. Lihat.
http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm. Last updated: <st1:date day="13" month="6" w:st="on" year="2006">June 13, 2006</st1:date>.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn17">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich, <i>Celebration of
Awareness : A Consitution for Cultural
Revolution </i>(London: Calder & Boyas, 1971) terj. <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> Oleh
: Saut Pasaribu, <i>Perayaan Kesadaran</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:
Ikon Teralitera.<i> </i>h.<i> </i>126.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn18">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <i>Ibid. </i>h.<i> </i>xi. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn19">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich, <i>Deschooling
Society. </i>Op. Cit. h. 78-79.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn20">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Ahmad Salah
Jamjoom, Chairman, Follow-up Committee, First World, <i>Conference on Muslim
Education</i>. 1st, (Mecca, 1977) In
Foreword, <i>Aims And Objectives of Islamic Education </i>Syed Muhammad
al-Naquib al-Attas (ed) (Jeddah: King Abdul Aziz University. 1979) h. V.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn21">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> <i>AI-Qur'an, </i><span style="letter-spacing: -.1pt;">68:4. See also </span><i>.S<sup><span style="letter-spacing: -.1pt;">-</span></sup><span style="letter-spacing: -.3pt;">ura,
</span></i><span style="letter-spacing: -.45pt;">26:137.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.45pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn22">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Dalam
penggunaan istilah <i><span style="letter-spacing: .1pt;">khuluq </span></i><span style="letter-spacing: .1pt;">dalam literatur arab</span><span style="letter-spacing: .05pt;">, Lihat, particularly, </span><span style="letter-spacing: .15pt;">Ibn
Manzw </span>n.d., <i><span style="letter-spacing: -.25pt;">Lisan al-:4rab, </span></i>6
vols. (Cairo:Dar al-Ma'arif, II, h. 1244<span style="letter-spacing: -.35pt;">1248.
dan Jamil Saliba, </span><i><span style="letter-spacing: .6pt;">al </span><span style="letter-spacing: .55pt;">Mu jam al </span><span style="letter-spacing: .15pt;">Falsafi
</span><span style="letter-spacing: -.1pt;">, 2 </span></i>vols. (Beirut: Dar al<span style="letter-spacing: .05pt;">Kitab al-Lubnani. I.</span><span style="letter-spacing: -.35pt;"> 1971)</span><span style="letter-spacing: .05pt;"> h. 49.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: .05pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn23">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> AI-Farabi, <i>Fusul,
</i><span style="letter-spacing: .25pt;">p. 27. Compare also al-Farabi, </span><i>al-Tanbih,</i>h<i>.
</i><span style="letter-spacing: -.1pt;">54-55.</span> <span style="letter-spacing: -.15pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div id="ftn24">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Yahya, <i><span style="letter-spacing: .1pt;">Tahdhib; </span></i><span style="letter-spacing: .1pt;">h<i>. </i></span>8-9. <span style="letter-spacing: -.15pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div id="ftn25">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: FR;"> Al-Ghazali, <i><span style="letter-spacing: .05pt;">Ihya
ulumuddin</span><span style="letter-spacing: .1pt;"> </span></i>III, p. 68; <i><span style="letter-spacing: .2pt;">Ihya' ET, </span><span style="letter-spacing: .15pt;">111,
</span></i><span style="letter-spacing: .15pt;">h</span><span style="letter-spacing: .1pt;">. 56-57. </span>7 </span><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; mso-ansi-language: FR;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn26">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: FR;"> Fakhr al-Din al-Razi, <i><span style="letter-spacing: .15pt;">Akhlaq ET, </span></i><span style="letter-spacing: .15pt;">h<i>. </i></span><span style="letter-spacing: -.15pt;">39-40.</span> </span><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.15pt; mso-ansi-language: FR;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn27">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Al-Tusi, <i><span style="letter-spacing: .25pt;">Akhlaq, </span></i><span style="letter-spacing: .25pt;">h<i>. </i></span><span style="letter-spacing: -.15pt;">35-36.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.15pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn28">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Al-Dawwani, <i><span style="letter-spacing: .25pt;">Akhlaq, pp. </span></i><span style="letter-spacing: -.05pt;">30-31, 38-39.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.05pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn29">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Conference
Book, First World <i>Conference on Muslim Education</i> (Jeddah-Mecca King
Abdul Aziz University, 1393) A.H – 1977 A.D. Recommendations. h. 78,1:1.1.
dalam Pendahuluan <i>Aims And Objectives
of Islamic Education </i>Syed Muhammad al-Naquib al-Attas (ed). (Jeddah: King
Abdul Aziz University. 1979) h. 88-89.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn30">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref30" name="_ftn30" title=""></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[30]</span></span><!--[endif]--></span>
Syed Muhammad Naquib al-Attas, <i>Islam
and Secularism. </i>(Kuala Lumpur, Art
Printing Works Sdn. Bhd. 1993) h. 149.</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn31">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref31" name="_ftn31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[31]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">Erich Fromm, dalam pendahuluan <i>Celebration
of Awareness A call for institutional revolution</i> (Harmondsworth Penguin.
156 pages. First published by Harper and Row 1971. now republished by Marion
Boyars). Lihat. http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm. Last updated: <st1:date day="13" month="6" w:st="on" year="2006">June 13, 2006</st1:date> <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn32">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref32" name="_ftn32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[32]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">
Ivan Illich, <i>Deschooling Society</i>. Op. Cit. h. 105.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn33">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref33" name="_ftn33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[33]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">
Q.S. Al-Isra’ 17 : 36<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn34">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref34" name="_ftn34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[34]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Mazheruddin Siddiqi, <i>Modern
Reformist Thought in The Muslim World. </i>(Pakistan: Islamic Research
Institute, International Islamic University. 1982) h. 72.</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn35">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref35" name="_ftn35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[35]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Hamid Fahmi Zarkasyi, <i>Proyek
Pembaharuan Pemikiran Islam <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
(kajian kritis dan dan evaluatif)</i>. h. 30. Makalah disampaikan pada Wokshop
bertajuk <i>Evaluasi Pembaharuan Pemikiran Islam. </i>Di Institut Studi Islam
Darussalam ISID Gontor.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn36">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref36" name="_ftn36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[36]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ibid. h. 30 <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn37">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref37" name="_ftn37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[37]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich, <i>Deschooling
Society</i>. Op. Cit. h. 57.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn38">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref38" name="_ftn38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[38]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Data
ini dilaporkan oleh konfrensi internasional, yang ditulis oleh Coombs (1963)
dengan judul <i>The World Educational Crisis : A System Analysis</i>. Dalam
Prof. Dr. Sudjana, <i>Pendidikan Luar Sekolah: wawasan, sejarah perkembangan,
falsafah, teori pendukung dan asas</i>. (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>:
Falah Production. 2001) h. 101.</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn39">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref39" name="_ftn39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[39]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Mohammad Muslih, <i>Filsafat
Ilmu. </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>. Belukar. Cet II. h. 147. Lihat juga K. Marx and F. Engels, <i>On
Religion. </i>(<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Moscow</st1:place></st1:city>.
Foreign Language Publishing House 1957) h. 134 <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn40">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref40" name="_ftn40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[40]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Untuk lebih jelasnya tetang
konsep tersebut Lihat. Paulo Freire, <i>The Pedagogy of The Oppressed. </i>(New
york: Herder and Herder. 1972)<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn41">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref41" name="_ftn41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[41]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Lihat Dede Rasyada, <i>Paradigma
Pendidikan Demokratis : Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaran
Pendidikan </i>(<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>:
Kencana. 2004)</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span>
</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn42">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref42" name="_ftn42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[42]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Gagasan ini di ambil dari Ivan
Illich, <i>Deschooling Society</i> Op. Cit.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn43">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref43" name="_ftn43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[43]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Gagasan ini di ambil dari konsep
Paulo Freire tentang <i>Problem Possing Education. </i>Dalam <i>The Pedagogy of
The Oppressed. </i>Op. Cit. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn44">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref44" name="_ftn44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[44]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Gagasan ini di ambil dari Beane
and Apple, 1995: 7 dalam Dede Rasyada, <i>Paradigma Pendidikan Demokratis. </i>Op.
Cit. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn45">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref45" name="_ftn45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[45]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Robert M Hutchins, <i>The Meaning
and Significance of Academic Freedom </i>(From The Annals of The <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">American</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">Academy</st1:placetype></st1:place> of Political and Social Science,
XXX (July, 1955), h. 72-78. Copy right, 1955, The American Academy of Political
and Social Science) In Locke. Gibson. Arm <i>Toward Liberal Education </i><st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">America</st1:place></st1:country-region>. August
1966. h. 73-74.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn46">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref46" name="_ftn46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[46]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich Dkk, <i>Menggugat
Pendidikan. </i> <i>Menggugat Pendidikan</i>
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999) h. 519<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn47">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref47" name="_ftn47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[47]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ibid. h. 519<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn48">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref48" name="_ftn48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[48]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ivan Illich, <i>Deschooling
Society. </i>Op. Cit. di pendahuluan. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn49">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/4.%20Gagasan%20Ivan%20Illich%20dalam%20Pendidikan..doc#_ftnref49" name="_ftn49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[49]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Per Dalin and Val D. Rust, <i>Toward
Schooling for The Twenty-firs Century</i> (New York: British Library
Cataloguing-in-Publication Data. 1996) h. 142-143 <o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
<br />
<br />
<br />
</span><br />M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-86598856782967623592012-06-18T01:03:00.001-07:002012-06-18T01:03:22.724-07:00Melacak Pembaruan Dalam Islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjen6GkiEr-2Ebx5VNMiRUI-h5wCpLq74rOF5I28NwXLnhA6MN-4GKsrmJXXfJJU49ndaH0c_BWBOlazD8lh-mVmdZjYhyphenhyphenHGjX5D6GT7mnEvonCTktXanw7-2FZPJ7H8krv9QTLm29XdygB/s1600/2010-September-Sang-Pencerah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="305" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjen6GkiEr-2Ebx5VNMiRUI-h5wCpLq74rOF5I28NwXLnhA6MN-4GKsrmJXXfJJU49ndaH0c_BWBOlazD8lh-mVmdZjYhyphenhyphenHGjX5D6GT7mnEvonCTktXanw7-2FZPJ7H8krv9QTLm29XdygB/s320/2010-September-Sang-Pencerah.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.1pt; line-height: 150%;">Oleh: M. Arfan Mu’ammar</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-pagination: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-pagination: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.8pt;">Akhir-akhir ini terjadi perdebatan yang cukup seru dalam
“Pembaruan Islam”, sebuah kritik terhadap proyek modernisasi dan liberalisasi
Islam yang terdengar cukup segar. Dan tampaknya masyarakat Islam sangat haus
akan kritik semacam ini, karena memang kritik, dalam arti kata sebenarnya
sangat diperlukan guna menciptakan sebuah iklim intelektual dialogis.
Perdebatan ini bermula dari sebuah orasi ilmiah yang disampaikan oleh Hamid
Fahmy Zarkasyi di Gedung Gema Insani, Depok, Jawa Barat, dalam acara tasyakur
dan pidato ilmiah atas kelulusan doktornya dalam bidang pemikiran Islam di
International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) Malasyia.
Yang kemudian disusul dengan dimuatnya artikel beliau – Menyoal Pembaruan Islam
- pada <i>(Republika <st1:date day="28" month="12" w:st="on" year="2006">28/12/2006</st1:date>)</i>. yang didukung oleh “Ismail
Fajrie Alatas” <i>(Republika <st1:date day="1" month="5" w:st="on" year="2007">5/1/2007</st1:date>).
</i>Dan mendapat tanggapan dari “Ahmad Sahidah” <i>(Republika <st1:date day="1" month="12" w:st="on" year="2007">12/1/2007</st1:date>), “</i>Al-Makin” <i>(Republika
<st1:date day="19" month="1" w:st="on" year="2007">19/01/2007</st1:date>)</i>
dan yang terakhir “Ulil Abshar Abdalla” <i>(Republika <st1:date day="25" month="1" w:st="on" year="2007">25/01/2007</st1:date>). </i></span><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.8pt;">Tulisan ini tidak bermaksud menjustifikasi salah satu
dari dua kubu, akan tetapi lebih kepada menguak dan melacak akar-akar pembaruan
yang tumbuh kembang dalam Islam. </span><span style="background-color: white; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.8pt;"><span class="fullpost"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 2.25pt; margin-top: 7.2pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">Karena seringkali kita menjutifikasi seseorang
dengan tuduhan sekuler dan liberal tanpa memahami terlebih dahulu pemikiran
mereka dan terlalu cepat untuk menutup mata. Contohnya, dalam kehidupan
keseharian kita, seringkali terlontar dari mulut kita bahwa, cak nur itu
sekuler, Amin Abdullah itu liberal, sedangkan tidak satupun dari buku mereka
pernah kita baca, artinya kita hanya men</span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">taqlid"</i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;"> dari orang-orang
kepercayaan kita, walaupun toh tuduhan itu benar, tapi Islam tidak pernah
mengajarkan umat Islam untuk itu. Islam mengajarkan kita untuk manjadi </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">muttabi'</i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">
atau kalau bisa </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">mujtahid</i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">. Dengan terlebih dahulu melacak akar-akar
pembaruan dalam Islam, diharapkan kita dapat menjadi </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">muttabi' </i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">atau </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">mujtahid
</i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">ke arah yang benar bukan </span><i style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">taqlid </i><span style="background-color: white; font-family: 'Palatino Linotype', serif; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%; text-indent: 28.8pt;">walaupun arahnya benar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 2.25pt; margin-top: 7.2pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Ini semua (pembaruan Islam) bermula Setelah dua sampai
tiga setengah abad setelah wafatnya Rasulullah, </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .4pt; mso-bidi-font-family: Arial;">terjadilah
apa yang disebut dengan kristalisasi otodoxi Islam, terutama di kalangan Sunni.
Kristalisasi </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .45pt; mso-bidi-font-family: Arial;">tersebut sebagai akibat dari
respon kelompok Sunni atas pergulatan </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: Arial;">pemikiran keagamaan yang
terjadi saat itu antara kelompok Sunni dengan kelompok Syi'ah, Mu'tazilah,
Khawarij. Selain itu, dominasi kelompok Sunni dalam panggung politik Islam juga
mempengaruhi kecenderungan tersebut. </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .55pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Dan kemenangan kelompok sunni
di panggung politik ummat Islam </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .15pt; mso-bidi-font-family: Arial;">menumbuhkan kecenderungan
untuk saling memanfaatkan antara kelompok </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .3pt; mso-bidi-font-family: Arial;">ulama dengan kelompok elite
politik saat itu. Ulama, tidak dapat dipungkiri, </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">merupakan
salah satu alat melegitimasi rezim politik sebuah dinasti pada </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .15pt; mso-bidi-font-family: Arial;">masa </span><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;">khilafah </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Sunni, begitu juga kekuatan politik para elite
dimanfaatkan </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: Arial;">untuk menekan kelompok
keagamaan yang tidak sefaham, sehingga faham </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .4pt; mso-bidi-font-family: Arial;">tersebut
tidak dapat berkembang, atau sulit untuk memperoleh pengikut. </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .45pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Pertikaian antar madzhab keagamaan Islam pada abad
ketiga/sembilan </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .55pt; mso-bidi-font-family: Arial;">hampir seluruhnya melibatkan
kekuatan politik pada masanya. Inti </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .4pt; mso-bidi-font-family: Arial;">permasahannya adalah upaya
pemapanan ajaran dan aqidah sunni, dan </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .3pt; mso-bidi-font-family: Arial;">bidang politik adalah pembelaan
kelompok Sunni terhadap </span><i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;">khilafah </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Sunni<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
</span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .3pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Ketergantungan saling menguntungkan antara rezim
politik dan kelompok ulama ini berlangsung hingga abad ketiga belas, saat <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Baghdad</st1:place></st1:city> ditaklukkan
tentara Mongol tahun 1258. Apalagi kristalisasi ortodoksi semakin menguat </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .45pt; mso-bidi-font-family: Arial;">dengan ditambah menguatnya kehidupan sufistik di kalangan
kelompok </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;">keagamaan yang banyak menekan
aspek esoterisme ajaran Islam<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.1pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<sup>
</sup></span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .3pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Kemapanan ajaran Sunni membawa dampak munculnya
anggapan bahwa </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-bidi-font-family: Arial;">pintu <span style="letter-spacing: .1pt;">ijtihad
sudah tertutup dan, selebihnya, ummat Islam tinggal memanfaatkan warisan
intelektual abad-abad sebelumnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 2.25pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Akar pembaruan dalam Islam
sebelum abad modern dapat ditarik </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: Arial;">dari apa yang dipelopori Ibn
Taymia (1263/1328) di Siria dan Mesir dalam </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .2pt; mso-bidi-font-family: Arial;">memurnikan
ajaran Islam. Upaya pembaruan tersebut ditindak lanjuti oleh </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .4pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Muhammad bin Abdul Wahhab pada abad kedua belas/delapan
belas di </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .2pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Semenanjung <st1:place w:st="on">Arabia</st1:place>,
Syah Waliyullah (1702-1762) di India pada masa yang </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .15pt; mso-bidi-font-family: Arial;">sama. Pada abad modern, Muhammad Abduh (1849-1905)
beserta muridnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 2.25pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">M. Rashid Ridha (1865-1935) di
Mesir, Nemik Kemal, Zia Gokalp di Turki, </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .5pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir
Ali, Muhammad lqbal di India, dan di indonesia ada Ahmad </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .45pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Dahlan, Haji Agus Salim, Imam Zarkasyi. Mereka dapat
dimasukkan sebagai tokoh </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;">pembaruan di dunia Islam abad
modern.</span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .15pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 2.25pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Pembaruan yang mereka lakukan
merupakan aktifitas untuk </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .15pt; mso-bidi-font-family: Arial;">merubah kondisi umat Islam
yang sedang berlangsung menuju kondisi masa </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: Arial;">depan
yang dicita-citakan. Pembaruan Islam, dalam pandangan mereka </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">adalah penemuan kembali ajaran dasar yang berlaku abadi dan
dapat </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-bidi-font-family: Arial;">melampaui batasan ruang dan waktu<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<span style="letter-spacing: .1pt;"> </span><span style="letter-spacing: .3pt;">Mereka meyakini
bahwa apa yang </span><span style="letter-spacing: .35pt;">mereka upayakan adalah
untuk kemaslahatan hidup ummat Islam seperti </span><span style="letter-spacing: .4pt;">yang dicita-citakan ajaran Islam, atau tidak bertentangan dengan kaidah
agama Islam. Pembaruan mereka memperoleh justifikasi keagamaan, </span><span style="letter-spacing: .25pt;">yaitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan Hakim,
Abu Dawud dan Tirmidzi </span><span style="letter-spacing: .45pt;">dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa “Allah Ta'ala akan mengutus seorang kepada ummat
Islam untuk memperbarui </span><i><span style="letter-spacing: .05pt;">(yujaddidu)
</span></i><span style="letter-spacing: .1pt;">ajaran </span><span style="letter-spacing: .15pt;">keagaman mereka”<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.15pt;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 2.25pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .4pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Meskipun demikian terdapat
perbedaan arah pembaruan para pembaharu pra modern dan pembaruan modern. </span><st1:place w:st="on"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .15pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Para</span></st1:place><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;"> </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .15pt; mso-bidi-font-family: Arial;">pembaharu</span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;"> sebelum periode modern
melancarkan pembaruan untuk memurnikan </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .2pt; mso-bidi-font-family: Arial;">kehidupan k</span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .1pt; mso-bidi-font-family: Arial;">eagamaan </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-bidi-font-family: Arial;">ummat <span style="letter-spacing: .05pt;">Islam dari
bentuk </span><span style="letter-spacing: .15pt;">penyelewengan-</span><span style="letter-spacing: .4pt;">penyelewengan agar sesuai dengan corak kehidupan
sederhana seperti </span><span style="letter-spacing: .25pt;">yang dipraktekkan
zaman Rasulullah dan </span><i><span style="letter-spacing: .05pt;">ahl as-salaf.
</span></i><span style="letter-spacing: .2pt;">Akan tetapi tujan </span><span style="letter-spacing: .15pt;">pembaharu</span><span style="letter-spacing: .1pt;">
</span><span style="letter-spacing: .15pt;">modern,</span><span style="letter-spacing: .1pt;"> </span><span style="letter-spacing: .15pt;">adalah memberikan tafsiran baru
dari ajaran Islam agar </span><span style="letter-spacing: -.15pt;">di </span>masa
modern <span style="letter-spacing: .45pt;">ummat Islam tetap tidak tertinggal
dari bangsa lainnya </span><span style="letter-spacing: .1pt;">sekaligus tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.</span><span style="letter-spacing: .15pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 2.25pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt;"> Akan tetapi sebagian dari pembaharu
modern salah dalam memahami arti dalam “Pembaruan” itu sendiri. Pembaruan
pemikiran keagamaan dalam Islam atau <i>tajdid </i>seringkali diterjemahkan
menjadi modernisasi dan kini bahkan menjadi liberalisasi. Padahal <i>tajdid </i>berbeda
dari modernisasi ataupun liberalisasi baik secara epistemologis maupun
konseptual. Pembaruan pemikiran Islam yang dimotori oleh Nurcholis Madjid
adalah contohnya, yang kini bergulir menjadi proyek liberalisasi Islam di
Indonesia. Ini semua terjadi karena pengaruh Barat serta hegemoni Barat dan
mereka cenderung mengadopsi paham-paham dari mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 2.25pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt;"> Di pihak lain (Ulil Abshar)
menganggap sikap semacam – kritik terhadap epistemologi barat dan proyeknya - ini hanya <b>“menghabiskan energi dan kurang
bermanfaat”</b>. Lebih baik energi sarjana Islam di kerahkan untuk memproduksi
karya-karya cemerlang dalam bidang kajian Islam. “<b>Metode bisa dipinjam dari
manapun”</b>. Kajian Islam akan hidup dan sehat dengan segar-bugar justru jika
sarjana Islam berani terus melakukan eksperimetasi kajian dengan memakai
perlabagai ragam metodologi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 2.25pt; margin-top: 7.2pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt;"> Pada akhirnya kita dapat melihat secara umum
pendapat dari dua kubu, dengan terlebih dahulu melihat akar historis
perkembangan pembaruan dalam Islam. Sekali lagi tidak ada justifikasi dalam
tulisan ini, akan tetapi lebih </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">kepada melacak akar-akar
pembaruan dalam Islam dan </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.05pt;">mendorong pembaca
untuk belajar agar bisa menjadi <i>orang ketiga</i>.</span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 2.25pt; margin-top: 7.2pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 28.8pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: .35pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Maksudnya bukan seperti yang di ajarkan dalam ilmu bahasa
saja. Tapi begini : sebagai <i>orang pertama</i>, kita berpikir, merancang, memberi
komando. Sebagai <i>orang kedua</i>, kita penimbang, pembangkang, penolak
sebaliknya bisa juga jadi pembenar, penyambut orang yang pertama. Dan orang
yang ketiga – siapa dia? – dia sebagai pelaksana, sebagai orang lain yang kita
lihat pada cermin. Nah, kita memposisikan diri kita sebagai orang ketiga yang
dilihat oleh orang pertama dan orang kedua pada cermin itu. Dengan terlebih
dahulu mengerti duduk persolannya.<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: ZH-CN;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Tim
Penyusun Teks Book <i>Dirasat Islamiyah, sejarah dan pembaruan Islam </i>IAIN
Sunan Ampel. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Surabaya</st1:place></st1:city>.
Penerbit : CV Anika Bahagia. Hal.93 <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 28.8pt; mso-pagination: none; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 2.25pt; margin-top: 16.2pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">
DR Syafiq A. Mughni. Hanbali Movement in <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Baghdad</st1:place></st1:city> from Abu Muhammad al-Barbahari (w.
3921941) to Abu Ja'far al-Hashimt (w. 470/1077). Disertasi tidak diterbitkan. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Los Angeles</st1:place></st1:city> : <st1:place w:st="on"><st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype> of <st1:placename w:st="on">California</st1:placename></st1:place>, 1990.</span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt; letter-spacing: -.05pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 2.25pt; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">
Untuk kasus di Minangkabau, Tafiq Abdullah mencatat bahwa Tuanku dari Ulakan
merupakan khalifa Tarekat Syatariyah dan menjadi sumber otoritas keagamaan <span style="letter-spacing: -.1pt;">saat itu</span><span style="letter-spacing: .2pt;">.
</span>Hingga kemunculan gerakan Padri, mempertanyakan otoritas keagamaan ulama
Ylakan adalah harab bagi para guru agama di Minangkabau.</span> <span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Lihat
Taufiq <span style="letter-spacing: .05pt;">abdullah, "Adat dan Islam </span>:
Telaah mengenai Konflik di Minangkabau, "Anwar Ibrahim et. al (ed):
Reading On Islam in Southest Asia. <span style="letter-spacing: .05pt;">diterjemahkan
A Setiawan </span>Abadi, <i>Islam di Asia Tenggara. Prespektif Sejarah.</i> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="letter-spacing: -.1pt;">Jakarta</span></st1:place></st1:city><span style="letter-spacing: -.1pt;"> </span>: <span style="letter-spacing: -.1pt;">LP3E5,
hal. 194</span></span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.1pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"> </span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; letter-spacing: -.25pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow";">Deliar Noer, <i>Perkembangan dan sifat Gerakan Modem Islam di Indonesia,</i>
dalam Anwar Ibrahim.</span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow";"> <span style="letter-spacing: .25pt;">hal.
249-253.</span></span><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/7.%20Melacak%20Pembaruan%20Dalam%20Islam.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: ZH-CN;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Jalaluddin As-Suyuthi <i>Jami As-Shaghir </i>jilid ke-2 <st1:city w:st="on">Beirut</st1:city>, Darul Fikri. Hal.282</div>
</div>
</div>
<br />
</span><br />M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3776369992195818744.post-35035461722411871352012-06-18T00:58:00.001-07:002012-06-18T00:58:48.907-07:00Wacana Pendidikan Islam<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNPbZwJsCAX6TVEOdfNBij57QpM51e6lp6AFL0zV66KSgShjhnfMBvsYk1CWRQHd31rxHSsQnCtgN-WyNVk3C8oa6sEiSYvkE4yZqwVd_1_vLJGbUGx-Y2eQDm5SJ1Htr8HXndzejFBRnQ/s1600/madrasahinpak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNPbZwJsCAX6TVEOdfNBij57QpM51e6lp6AFL0zV66KSgShjhnfMBvsYk1CWRQHd31rxHSsQnCtgN-WyNVk3C8oa6sEiSYvkE4yZqwVd_1_vLJGbUGx-Y2eQDm5SJ1Htr8HXndzejFBRnQ/s320/madrasahinpak.jpg" width="320" /></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif;">Oleh: M. Arfan Mu’ammar</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify;">Pendidikan
Islam dalam perkembangannya hingga saat ini telah mengalami beberapa pergeseran
paradigma dalam penentuan konsep dan tujuannya, sehingga membuat beberapa
pemikir pendidikan mencoba mengulang-ulang dan merumuskan kembali konsep dan
tujuan pendidikan Islam agar benar-benar sesuai dengan apa yang dimaksud dalam
al-Qur’an.</span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify;"> Karena
sejatinya pendidikan Islam bukanlah sesuatu hal yang harus dan dapat disamakan
secara keseluruhan dengan konsep dan tujuan pendidikan yang ada di Barat saat
ini. </span><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify;">Tulisan
ini mencoba untuk menelaah kembali konsep dan tujuan pendidikan Islam yang
difokuskan pada pemikiran Syed Mohammad Naquib al-Attas dan beberapa tokoh
lainnya, dengan harapan pendidikan Islam yang sudah terimplementasikan saat ini
tidak bertentangan dengan konsep dan tujuan pendidikan Islam yang ada dalam
al-Qur’an dan al-Hadith. </span><span style="background-color: white;"><span class="fullpost"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kata
Kunci:</span></b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Adab,
Tarbiyah, Etika, Moral. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Pembicaraan mengenai bagaimana
mengentaskan pendidikan saat ini dari keterpurukannya terus saja dilakukan,
mulai peningkatan dana yang dialokasikan menjadi 20 persen adalah salah satu
dari usaha tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Akan tetapi sayangya, persepsi
mereka tentang pendidikan khususnya pendidikan Islam tampaknya mengalami
pergeseran pemahaman dalam konsepnya, sehingga mengakibatkan penerapan dari
konsep yang salah tersebut hingga saat ini tidak mengalami perbaikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Pergeseran pemahaman tersebut tidak
dapat kita lepaskan dari pengaruh faham Barat yang terus saja dipaksakan untuk
kita telan mentah-mentah dan harus kita ikuti kiblatnya. Terlihat dengan
munculnya pelajaran khusus yang membahas tentang “Perbandingan Pendidikan”
diberbagai negara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Pelajaran tersebut tentunya dapat
kita tangkap sebagai usaha untuk mencari bentuk pendidikan yang ideal saat ini
dari negara-negara maju dan perkembang sekalipun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Pendidikan di zaman keemasan Islam
pada masa Khulafa ar-Rrashidin, zaman keemasan Dinasti Abasiyah, Umayah dan
Dinasti Usmaniyah seakan terlupakan, sehingga mereka lebih sibuk membandingkan
model dan sistem pendidikan pada negara-negara maju di Barat saat ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Walaupun demikian, kita tidak
dapat begitu saja menafikan sistem dan pendidikan yang ada di Barat saat ini,
yang tentunya dalam melihat kesana harus kita landasi dengan konsep dan tujuan
pendidikan Islam yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadith.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Definisi
dan Konsep Pendidikan Islam<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Sebelum pembahasan kita menjurus
tentang bagaimana konsep pendidikan Islam sejatinya, ada baiknya jika kita
telusuri beberapa element mendasar yang menyanggah pendidikan Islam tersebut,
sehingga nantinya dapat dikembangkan menjadi sebuah rumusan pendidikan Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Adapun tiga element mendasar yang
terdapat dalam Pendidikan Islam adalah <i>Process, Content and Recipient </i>(Proses
– Isi – Penerima)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Yang dimaksud dengan proses
adalah proses penanaman (<i>process of instilling</i>)<i> </i>yang kemudian
dirujuk pada metode dan sistem pembelajaran. Jadi jika ada pertanyaan <i>“apakah
itu pendidikan?”</i> maka jawabannya adalah <i>“pendidikan adalah sebuah proses
penanaman sesuatu kepada manusia”</i> (Education is a process of instilling
something into human beings).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dari definisi pendidikan di atas,
selanjutnya menimbulkan sebuah pertanyaan: <i>“apa yang akan ditanam?” </i> (What is Instilled?). Dalam pendidikan Islam,
yang di tanam disini adalah <i>adab, </i>dengan demikian yang dimaksud dengan <i>content
</i>atau <i>isi </i>diatas adalah <i>adab.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Setelah pertanyaan <i>“apa yang
akan ditanam”</i> sudah terjawab, ada satu pertanyaan lagi yang perlu dijawab
yaitu: <i>“kepada siapa adab itu ditanamkan?”</i>, dalam pengertian ini adalah <i>penerima
</i>atau <i>recipient </i>dari pendidikan tersebut, apakah balita, anak-anak,
remaja, orang dewasa atau orang lanjut usia. Dari sinilah kemudian muncul
beberapa disiplin ilmu seperti: psikologi anak, psikologi remaja, pedagogy,
andragogy dan lain-lain. Karena metode penyampaian <i>isi</i> atau <i>content </i>disesuaikan
dengan penerima<i> isi</i> atau <i>content </i>tersebut. Maka mendidik anak-anak
tidak sama dengan mendidik remaja,
mendidik remaja tidak sama dengan mendidik orang dewasa dan seterusnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Akan tetapi element yang
terpenting dari ketiga element mendasar yang terdapat dalam pendidikan Islam
tersebut adalah <i>content </i>atau <i>isi. </i>Dan isi yang dimaksud adalah <i>adab,
</i>sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Muhammad “<i>addabani robbi ahsana
ta’dibi”. </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Hal tersebut sebagaimana yang
dipahami oleh al-Attas, al-Attas mengajukan definisinya tentang <i>adab</i>
sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">Adab adalah
pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwasannya ilmu dan segala sesuatu
yang ada terdiri dari hirarki yang sesuai dengan kategori-kategori dan
tingkatan-tingkatannya, dan bahwa seseorang itu mempunyai tempatnya
masing-masing dalam kaitannya dengan realitas tersebut dan dengan kapasitas
serta potensi fisik, intelektual dan spiritualnya<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Kalau benar-benar difahami dan
dijelaskan dengan baik maka konsep <i>ta’dib </i>adalah konsep yang paling
tepat untuk pendidikan Islam, bukannya <i>tarbiyah </i>ataupun <i>ta’lim </i>sebagaimana
yang dipakai pada masa itu (awal Islam). Dia mengatakan: “Struktur konsep <i>ta’dib
</i>sudah mencakup unsur-unsur ilmu (‘<i>ilm</i>), instruksi (<i>ta’lim</i>),
dan pembinaan yang baik (<i>tarbiyah</i>), sehingga tidak perlu lagi dikatakan
bahwa konsep pendidikan Islam itu adalah sebagaimana yang terdapat dalam tiga
serangkai konotasi “<i>tarbiyah – ta’lim – ta’dib”<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 12pt;">[4]</span></b></span><!--[endif]--></span></a>.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Al-Attas menolak peristilahan <i>Tarbiyah
</i>dan <i>Ta’lim </i>yang selama ini dianggap sebagai pengertian yang lengkap
tentang pendidikan dalam Islam, baik salah satu (tarbiyah atau ta’lim) atau
keduanya (ta’lim wattarbiyah). Sebab istilah tersebut menunjukkan ketidak
sesuaian makna (term <i>tarbiyah </i>is not quite precise nor yet a correct one
for connoting <i>education </i>in the Islamic sense)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Dan istilah <i>adab</i>,
oleh al-Attas di ibarat layaknya sebuah undangan untuk menghadiri jamuan
spiritual <i>inviting to a banquet. </i>Karena itulah ilmu pengetahuan dalam Islam
sangat dimuliakan seperti halnya al-Qur’an, karena al-Qur’an merupakan sumber
ilmu pengetahuan dalam Islam. Maka dalam mencari dan menikmati ilmu pengetahuan
yang dimuliakan itu, selayaknya didekati dengan perilaku yang sesuai dengan sifatnya
yang mulia. Sebagaimana yang dijelaskan al-Attas :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 7.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> Kitab
suci al-Qur’an adalah undangan Tuhan kepada manusia untuk menghadiri jamuan
kerohanian, dan cara memperoleh ilmu pengetahuan yang sebenarnya tentang
al-Qur’an itu adalah dengan menikmati makanan-makanan yang lezat yang tersedia
dalam jamuan kerohanian tersebut. Artinya, karena kenikmatan makanan yang lezat
dalam jamuan istimewa itu ditambah dengan kehadiran kawan yang agung dan
pemurah, dan karena makanan tersebut dinikmati menurut cara-cara, sikap, dan
etiket yang suci, maka hendaknya ilmu pengetahuan yang dimuliakan dan sekaligus
dinikmati itu didekati dengan perilaku yang sesuai dengan sifatnya yang mulia</span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><i><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[6]</span></b></span><!--[endif]--></span></i></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;">. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Adapun istilah
<i>Tarbiyah </i>dalam pandangan al-Attas lebih menyinggung aspek fisikal dalam
mengembangkan tanaman-tanaman, dan hanya terbatas pada aspek fisikal dan
emosional dalam pertumbuhan dan perkembangan binatang dan manusia<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a>. Oleh sebab itu <i>Tarbiyah
</i>hanya berkaitan dengan pengembangan fisikal dan emosional daripada manusia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Tujuan Pendidikan
Islam</span></b><b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Tujuan
pendidikan Islam pada hakekatnya adalah membentuk manusia yang berbudi pekerti
luhur, yang selalu menjalankan Syari’ah dan hukum-hukum Islam. Sebagaimana yang
di ungkapkan Al-Attas:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;">The aim of Muslim education is the creation of the “good and righteous man”
who worships Allah in the true sense of the term, builds up the structure of
his earthly life according to the sharia (Islamic law) and employs it to
subserve his faith.<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Nampaknya
pemikiran al-Attas diatas senada dengan apa yang diungkapkan Al-Ghozali dalam <i>Ihyau
Ulumuddin. </i>Adapun unsur-unsur pembentukan tujuan pendidikan dari al-Ghozali
dapat dilihat dalam pernyataannya berikut ini:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 36pt; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">“Sesungguhnya
hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam,
menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat
tinggi….”<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 36pt; text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 36pt; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">“……Dan
ini sesungguhnya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pengajaran dan
bukan ilmu yang beku yang tidak berkembang”<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 27pt; text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Demikianlah tujuan pendidikan
menurut al-Ghazali, yaitu sebagai sarana pendekatan kita kepada Allah, tujuan
menuntut ilmu adalah semakin dekatnya penuntut ilmu itu kepada Allah, bukan
malah semakin jauh dengan sang pencipta, seperti yang terjadi di Barat.
Jangankan semakin dekat, mempercayai keberadaannyapun tidak, inilah yang
menjadi problem.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Akhlak dan
moral merupakan suatu hal yang tidak dapat kita pisahkan dalam pendidikan.
Karenanya barang siapa yang bertambah ilmunya tetapi moralnya tidak bertambah,
maka dia semakin jauh dari Tuhannya <i>Man
Izdada Ilman Walam Yazdad Hudad, Lam Yazdad Minallahi Illa Bu’dan. <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Istilah
akhlak <i>(khuluk atau character)</i> di ambil dari al-Qur’an, sedangkan contoh
dari akhlak sendiri adalah sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi Muhammad. </span><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .3pt;">and you
(Muhammad) are on an </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">exalted standard of character </span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.25pt;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">. Selain
dari itu, istilah <i>khuluk </i>dalam khazanah Islam klasik di definisikan
sebagai sebuah jiwa yang menentukan tindakan manusia </span><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.4pt;">the </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.3pt;">soul which
determines human actions</span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.3pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.3pt;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;">Adapun Al-
Farobi salah seorang cendikiawan Islam klasik<i> </i>mendifinisikan <i>khuluk </i>sebagai
sebuah jiwa, dimana seseorang mengerjakan kebaikan dan keadilan adalah
menggambarkan sifat kebaikannya. Dan jika ia mengerjakan tindakan jahat dan
buruk, itu menggambarkan sifat keburukannya. </span><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .4pt;">The states of the soul by which
a man does good deeds </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.15pt;">and fair actions are the virtues, and those by which he
does </span></i><i><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">wicked deeds and ugly actions, are the vices</span></i><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; letter-spacing: .25pt;">.</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: -.25pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">Sedangkan Yahya ibnu ‘Adi (d.974) memberikan definisi
yang mendekatinya, yaitu sebagai sebuah jiwa yang mendorong pada tindakan tanpa
pikiran sebelumnya <i>a state of the soul by which man performs his actions
without thought or deliberation</i></span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;">Definisi Yahya ini, di ikuti oleh beberpa cendikiawan
muslim lainnya seperti Ibnu Miskawaih (d.1030). Demikian juga dengan
cendikiawan muslim lainnya yang menulis tentang etika dalam islam, seperti
al-Ghazali (d. 1111)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></a>,<sup> </sup>Fakhr
al-Din al-Razi (d. 1209)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
al-Tusi (d. 1274)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></a>, alDawwani
(d. 1502)<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.25pt;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
dan yang lainnya</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt; mso-bidi-font-family: "Bookman Old Style";">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .5pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Adapun moral dan akhlak dalam cakupan pendidikan, di
definisikan oleh sebagaian cendikiawan muslim sebagai <i>adab. </i>Karena salah
satu hal yang melekat dalam konsep pendididkan Islam adalah penanaman <i>adab </i>(inculcation
of <i>adab).</i></span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; letter-spacing: .25pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;">The fundamental element inherent in the concept of education in Islam is
the inculcation of <i>adab </i>(ta’dib),</span><a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> for it is <i>adab </i>in the all-inclusive sense al-Attas mean, as
encompassing the spiritual and material life of a man that instils the quality
of goodness that is sought after<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Akan tetapi, sebagaian besar pemikir
pendidikan Barat selalu mengesampingkan etika dalam tujuan pendidikannya,
walaupun ada beberapa dari sarjana Barat yang memiliki tujuan sama dengan
Pendidikan Islam, yaitu membentuk manusia yang bermoral, akan tetapi sayangnya
definisi moral dan etika di Barat dan Islam berbenturan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Maka dari itu, dibawah ini
penulis menyelipkan sedikit definisi dan pendangan Barat dan Islam tentang
Etika. </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Beberapa
Aspek Etika di Barat dan Islam<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Tampaknya
yang menjadi salah satu problematika dalam penerapan pendidikan Islam diatas
adalah adanya pergeseran faham etika dalam kalangan umat muslim.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Mereka cenderung lebih memaknai etika sebagaimana yang
difahami oleh Barat. Maka dari itu pada sub ini, penulis akan sedikit mencoba
menelusuri bagaimana gagasan etika Barat dan Islam, sehingga diharapkan tujuan
dari penerapan pendidikan Islam bisa terwujud sesuai dengan apa yang di anjurkan
dalam al-Qur’an.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Perkataan
“moral” berasal dari bahasa latin “mores” kata jama’ dari “mos” yang berarti:
adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila.
Sedangkan yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. jadi sesuai dengan
ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan sosial
atau lingkungan tertentu<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></a>. jadi suatu perbuatan
seseorang disuatu negara baik, belum tentu perlakuan tersebut dinegara lain
dianggap baik, disinilah moral bagi Barat tidak universal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Adapun perbedaan antara moral dengan etika adalah etika
lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Menurut pandangan ahli-ahli filsafat, etika memandang
laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral
menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Pengarang Abul A’la Maududi mengemukakan adanya moral
Islam dalam bukunya: <i>Ethical Viewpoint of Islam </i>dan memberikan garis
tegas antara moral sekuler dan moral Islam. moral sekuler bersumber dari
pikiran dan prasangka manusia yang beraneka ragam. sedangkan moral Islam
bersandar kepada bimbingan dan petunjuk
Allah dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> Dalam bahasa Indonesia, selain menerima perkataan akhlaq,
etika dan moral yang masing-masing berasal dari bahasa Arab, Yunani dan Latin,
juga dipergunakan beberapa perkataan yang makna dan tujuannya sama atau hampir
sama dengan perkataan akhlaq, ialah:
susila, kesusilaan, tata susila, budi pekerti, kesopanan, sopan santun, adab,
perangai, tingkah laku, perilaku dan kelakukan<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Cakupan
Etika Islam:<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"> </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Adapun
cakupan dari etika dalam Islam adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">a)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada
tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">b)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral,
ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah swt. (al-Qur’an)
dan ajaran Rasul-Nya (Sunnah).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">c)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat
diterima oleh seluruh ummat manusia di segala waktu dan tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">d)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Dengan ajaran-ajarannya yang praktis dan tepat, cocok
dengan fithrah (naluri) dan akal pikiran manusia (manusiawi), maka etika Islam
dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Goudy Old Style"; mso-fareast-font-family: "Goudy Old Style";">e)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Etika Islam mengatur dan mengarahkan fithrah manusia ke
jenjang akhlaq yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran
sinar petunjuk Allah swt. menuju keridlaan-Nya. dengan melaksanakan etika Islam
niscaya akan selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan yang keliru
dan menyesatkan<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Berbeda dengan etika dalam
pandangan Barat, Barat beranggapan bahwa Setiap seni, ilmu terapan, penelitian
sitematis, dan tindakan serta pilihan tampaknya bertujuan baik. Yang baik oleh
karenanya didefinisikan dengan tepat sebagai sesuatu dimana semua hal mengarah
kesana<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dan istilah “baik” menurut Barat memiliki
dua arti yang berbeda: (1). Hal yang secara intrinsik baik dan (2). Hal yang
baik karena kondusif terhadap <i>baik </i>secara intrinsik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Akan tetapi, doktrin (platonis)
tidak menunjukkan setiap jenis baik. Hanya hal yang diinginkan dan disukai demi
dirinya sendiri sajalah yang disebut “baik” dengan menunjuk satu bentuk <i>(form)</i>
saja<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Disinilah dapat dilihat ketidak
universalan etika dalam sudut pandang Barat, dan dapat dikatakan bahwa etika
atau ilmu etika di Barat bermasalah, sebagaimana yang dikatakan Nietzhe, bahwa
ilmu moral “Science of Morals” itu sendiri bermasalah, bahkan Schopenhauer<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></a>
menurutnya di anggap gagal dalam membangun moral<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Karena memang demi suatu
tujuanlah semua itu di Barat dilakukan. Inilah <i>yang baik</i> yang diperoleh
lewat tindakan menurut Barat. Jika ada banyak tujuan, akan ada banyak<i> yang
baik</i> yang dapat diperoleh lewat tindakan<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></a>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Akan tetapi, tidak semua tujuan
dalam setiap tindakan kita akan tercapai. Jika ada beberapa tujuan, mestinya
ada satu yang merupakan tujuan yang paling final dan paling sempurna di antara
banyak tujuan tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Jadi sudah jelas bahwa ukuran baik
atau tidaknya tingkah laku seseorang di Barat itu di ukur dari segi kepantasan
prilaku tersebut di masyarakat, jika masyarakat pada waktu itu menganggapnya
prilaku seseorang tersebut sebagai sebuah kewajaran, maka itu adalah ukuran
kebaikan di Barat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Adapun dalam Islam, ukuran kebaikan
dan keburukan sudah jelas tertera dalam al-Qur’an, seperti halnya keburukan
menurut al-Qur’an bisa dikategorikan sebagai hal yang haram, luka, penderitaan,
dan kemalangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">“……in the
Qur’an, showing that <i>su’ </i>in the basic sense may be applied to any kind
of harm, injury, affliction, and misfortune<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></a>”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span></b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Akan<b> </b>tetapi dalam perjalanannya, konsep dan
tujuan pendidikan seperti yang telah dipaparkan diatas tidak terlepas dari pro
dan kontra oleh sebagaian pemikir pendidikan Islam, sehingga menimbulkan
sedikit ganjalan dalam aplikasinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Mereka yang tidak sepaham, lebih
dikarenakan pemikiran mereka terkontaminasi oleh paham Barat yang hanya ingin
mencetak siswa-siswa yang cerdas, kreatif dan kritis, dengan jalan kebebasan
berfikir. Sehingga muncul sebuah selogan “karena kebebasanlah siswa akan
berfikir”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Di aspek lain, yang menjadi batu
ganjalan dalam penerapan konsep dan tujuan pendidikan Islam seperti yang telah
di ijtihadkan oleh beberapa cendikiawan muslim kita adalah adanya pergeseran
faham etika dalam benak umat muslim saat ini, sehingga ini menjadi salah satu
faktor dari banyak faktor kenapa hingga saat ini pendidikan Islam belum
sepenuhnya teraplikasi secara utuh di masyarakat.<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span>
<div align="center" class="MsoFootnoteText" style="text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
<b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Daftar
Pustaka<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">al-Ghozali
<i>Ihya Ulumuddin, </i>Juz I, Masyhdul Husaini, tt.</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">al-Attas, Syed Muhammad al-Naquib, (ed). <i>Aims And
Objectives of Islamic Education </i>(Jeddah: King Abdul Aziz University. 1979)
h. 88-89.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">_________,
<i>Islam, Secularism and the Philosophy of the Future. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>-<st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New
York</st1:place></st1:state>: Mansell Publishing Limited. 1985.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">_________,
<i>Prolegomena to The Methaphysics of Islam. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Kuala Lumpur</st1:place></st1:city>. International Institute of
Islamic Thought and Islamic Civilization (ISTAC). 1995. hlm: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">_________, <i>Islam and Secularism. </i>(Kuala Lumpur, Art Printing Works Sdn.
Bhd. 1993)</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">_________,
<i>The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of
Education. An address to the <st1:place w:st="on">Second World</st1:place>
Confrence on Muslim Educatiion, </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Islamabad</st1:place></st1:city><i>
</i><st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Pakistan</st1:place></st1:country-region>.
1980. dalam Wan Mohd Nor Wan Daud, <i>Konsep al-Attas Tentang Ta’dib. </i>Majalah
Islamia Thn I No 6, Juli – September 2005.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Abrasyi,
Atiyah. <i>At – Tarbiyah al-Islamiya wa Falasifatuha. </i>Darul Fikri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Adams,
Charles J. and Williams, John A. (Ed). <i>Structure of Ethical Terms in the
Qur’an. </i>McGill Islamic Studies.<i> </i>p. 232 </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Aristoteles. <i>Nocomachean
ethic. </i><st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Oxford</st1:placename>
<st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place> Press. 1998.
terj. <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
Oleh: Embun Kenyowati. <i>Sebuah Kitab Suci Etika. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Teraju. 2004.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Book, Conference - First World <i>Conference on Muslim
Education</i> (Jeddah-Mecca King Abdul Aziz University, 1393) A.H – 1977 A.D.
Recommendations. dalam Pendahuluan <i>Aims
And Objectives of Islamic Education </i>Syed Muhammad al-Naquib al-Attas (ed).
(Jeddah: King Abdul Aziz University. 1979)</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Dalin, Per and Val
D. Rust. <i>Toward Schooling for The Twenty-firs Century.</i> (<st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>. British
Library Cataloguing-in-Publication Data. 1996)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Hutchins, Robert
M. <i>The Meaning and Significance of Academic Freedom </i>(From The Annals of
The <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">American</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">Academy</st1:placetype></st1:place> of Political and Social Science,
XXX (July, 1955), 72-78. Copy right, 1955, The American Academy of Political
and Social Science) In Locke. Gibson. Arm <i>Toward Liberal Education </i>(<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">America</st1:place></st1:country-region>. August
1966)</span><b><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Nietzshe,
Friedrich. <i>Beyond Good and Evil. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Dover</st1:place></st1:city>
Thrift Edition. Translated by Hellen
Zimen. <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>.
<st1:place w:st="on">Mineola</st1:place>. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Dover</st1:place></st1:city>
Publication. 1997.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Omar, Mohd
Nasir. <i>Christian and Muslim Ethic – A Study of How to Attain Happiness as
Reflected in The Works on Tahdhib al-Akhlaq By Yahya Ibnu Adi (d. 974) and
Miskawaiyh (d. 10.30). </i>(<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Kuala
Lumpur</st1:place></st1:city>. Dewan Bahasa dan Pustaka. 2003)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 12.0pt;">Ya’qub, Hamzah. <i>Etika Islam </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>: CV Diponegoro.</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Makalah disampaikan pada kajian
selasa pagi dalam acara PPKKM pada tanggal 24 Juli 2007</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Syed Muhammd Naquib al-Attas, <i>Islam,
Secularism and the Philosophy of the Future. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>-<st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New
York</st1:place></st1:state>: Mansell Publishing Limited. 1985. hlm: 173. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Syed Muhammad Naquib al-Attas, <i>The
Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of
Education. An address to the <st1:place w:st="on">Second World</st1:place>
Confrence on Muslim Educatiion, </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Islamabad</st1:place></st1:city><i>
</i><st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Pakistan</st1:place></st1:country-region>.
1980. (Selanjutnya disingkat: CEII) dalam Wan Mohd Nor Wan Daud, <i>Konsep
al-Attas Tentang Ta’dib. </i>Majalah Islamia Thn I No 6, Juli – September 2005.
hlm: 76</span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Untuk definisi <i>adab</i> dapat
juga dilihat di Syed Muhammad Naquib al-Attas, <i>Prolegomena to The
Methaphysics of Islam. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Kuala
Lumpur</st1:place></st1:city>. International Institute of Islamic Thought and
Islamic Civilization (ISTAC). 1995. hlm: <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> al-Attas, <i>Islam, Secularism and the Philosophy of
the Future</i>. Op. Cit. hlm: 173.</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> <span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[6]</span></span><!--[endif]--></span>
Syed Muhammad Naquib al-Attas, <i>Islam
and Secularism. </i>(Kuala Lumpur, Art
Printing Works Sdn. Bhd. 1993) h. 149.</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">
CEII hlm: 29. Oleh karena itu kemudian timbul terminologi seperti <i>al-tarbiyah
al-badaniyah </i>(pendidikan jasmani/physical training), <i>tarbiyat al-hayawan
</i>(peternakan hewan), <i>tarbiyat ad-dajjaj </i>(peternakan dan pembiyakan
ayam), <i>tarbiyah al-samak </i>(pembiakan ikan), <i>tarbiyat al-nabat </i>(pembibitan
tumbuh-tumbuhan). </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Lihat:
Hans Wehr, <i>Arabic-English Dictionary, </i>edited by: J. M. Cowan, edisi
ketiga (Ithaca: Spoken Languages Services, 1976). </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Ahmad Salah
Jamjoom, Chairman, Follow-up Committee, First World, <i>Conference on Muslim
Education</i>. 1st, (Mecca, 1977) In
Foreword, <i>Aims And Objectives of Islamic Education </i>Syed Muhammad
al-Naquib al-Attas (ed) (Jeddah: King Abdul Aziz University. 1979) h. V.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> al-Ghozali <i>Ihya Ulumuddin, </i>Juz
I, Masyhdul Husaini, tt. Hal. 13</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn10">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ibid. hal 11.</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn11">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> <i>AI-Qur'an, </i><span style="letter-spacing: -.1pt;">68:4. See also </span><i>.S<sup><span style="letter-spacing: -.1pt;">-</span></sup><span style="letter-spacing: -.3pt;">ura,
</span></i><span style="letter-spacing: -.45pt;">26:137.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.45pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn12">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Dalam
penggunaan istilah <i><span style="letter-spacing: .1pt;">khuluq </span></i><span style="letter-spacing: .1pt;">dalam literatur arab</span><span style="letter-spacing: .05pt;">, Lihat, particularly, </span><span style="letter-spacing: .15pt;">Ibn
Manzw </span>n.d., <i><span style="letter-spacing: -.25pt;">Lisan al-:4rab, </span></i>6
vols. (Cairo:Dar al-Ma'arif, II, h. 1244<span style="letter-spacing: -.35pt;">1248.
dan Jamil Saliba, </span><i><span style="letter-spacing: .6pt;">al </span><span style="letter-spacing: .55pt;">Mu jam al </span><span style="letter-spacing: .15pt;">Falsafi
</span><span style="letter-spacing: -.1pt;">, 2 </span></i>vols. (Beirut: Dar al<span style="letter-spacing: .05pt;">Kitab al-Lubnani. I.</span><span style="letter-spacing: -.35pt;"> 1971)</span><span style="letter-spacing: .05pt;"> h. 49.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: .05pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn13">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> AI-Farabi, <i>Fusul,
</i><span style="letter-spacing: .25pt;">p. 27. Compare also al-Farabi, </span><i>al-Tanbih,</i>h<i>.
</i><span style="letter-spacing: -.1pt;">54-55.</span> dalam Mohd Nasir Omar. <i>Christian
and Muslim Ethic</i>. hlm: 3-4<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn14">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Yahya, <i><span style="letter-spacing: .1pt;">Tahdhib; </span></i><span style="letter-spacing: .1pt;">h<i>. </i></span>8-9. dalam Mohd Nasir Omar ibid. <span style="letter-spacing: -.15pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div id="ftn15">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: FR;"> Al-Ghazali, <i><span style="letter-spacing: .05pt;">Ihya
ulumuddin</span><span style="letter-spacing: .1pt;"> </span></i>III, p. 68; <i><span style="letter-spacing: .2pt;">Ihya' ET, </span><span style="letter-spacing: .15pt;">111,
</span></i><span style="letter-spacing: .15pt;">h</span><span style="letter-spacing: .1pt;">. 56-57. </span>7 </span><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; mso-ansi-language: FR;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn16">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: FR;"> Fakhr al-Din al-Razi, <i><span style="letter-spacing: .15pt;">Akhlaq ET, </span></i><span style="letter-spacing: .15pt;">h<i>. </i></span><span style="letter-spacing: -.15pt;">39-40.</span> </span><span lang="FR" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.15pt; mso-ansi-language: FR;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn17">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Al-Tusi, <i><span style="letter-spacing: .25pt;">Akhlaq, </span></i><span style="letter-spacing: .25pt;">h<i>. </i></span><span style="letter-spacing: -.15pt;">35-36.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.15pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn18">
<div class="MsoNormal" style="mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;"> Al-Dawwani, <i><span style="letter-spacing: .25pt;">Akhlaq, pp. </span></i><span style="letter-spacing: -.05pt;">30-31, 38-39.</span> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 8.0pt; letter-spacing: -.05pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn19">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;">Conference
Book, First World <i>Conference on Muslim Education</i> (Jeddah-Mecca King
Abdul Aziz University, 1393) A.H – 1977 A.D. Recommendations. h. 78,1:1.1.
dalam Pendahuluan <i>Aims And Objectives
of Islamic Education </i>Syed Muhammad al-Naquib al-Attas (ed). (Jeddah: King
Abdul Aziz University. 1979) h. 88-89.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn20">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Hamzah Ya’qub, <i>Etika Islam </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>: CV Diponegoro.
hlm. 14</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn21">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ibid. hlm. 14</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn22">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ibid. hlm. 15</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn23">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Ibid. hlm. 14</span><span lang="IN" style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn24">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> </span><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif"; font-size: 10.0pt;">Aristoteles. <i>Nocomachean
ethic. </i><st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Oxford</st1:placename>
<st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place> Press. 1998.
Terj. <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
Oleh: Embun Kenyowati. <i>Sebuah Kitab Suci Etika. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Teraju. 2004. h. 1.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn25">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Ibid. h. 9 <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn26">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Schopenhauer. Basis of Morality.
Translated by Arthur B. Bullock M.A. 1903. Hlm. 54 – 55. in Friedrich Nietzshe.
<i>Beyond Good and Evil. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Dover</st1:place></st1:city>
Thrift Edition. Translated by Hellen
Zimen. <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>.
<st1:place w:st="on">Mineola</st1:place>. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Dover</st1:place></st1:city>
Publication. 1997. Hlm. 56.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn27">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"> Friedrich Nietzshe. <i>Beyond
Good and Evil. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Dover</st1:place></st1:city>
Thrift Edition. Translated by Hellen
Zimen. <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New York</st1:place></st1:state>.
<st1:place w:st="on">Mineola</st1:place>. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Dover</st1:place></st1:city>
Publication. 1997. Hlm. 56. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn28">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";">Ibid . h. 11 <o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
<a href="file:///C:/Users/pai/Videos/Websiteku/Revisi/8.%20Wacana%20Pendidikan%20Islam.doc#_ftnref29" name="_ftn29" style="background-color: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Goudy Old Style","serif";"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[29]</span></span></span></span></a><span style="background-color: white; font-family: 'Goudy Old Style', serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Charles J. Adams and John A.
Williams (Ed). <i>Structure of Ethical Terms in the Qur’an. </i>McGill Islamic
Studies.<i> </i>p. 232</span><span style="background-color: white;"></span></span><br />M. Arfan Mu'ammarhttp://www.blogger.com/profile/09036561188166427186noreply@blogger.com1